Pati, Technology-Indonesia.com – Universitas Hang Tuah Surabaya dan Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan) mendiskusikan rencana kerja sama pengabdian masyarakat di ruang kerja Kepala Balingtan di Pati, Jawa Tengah pada Selasa (10/9/2019). Dalam diskusi tersebut, dosen Universitas Hang Tuah, Dr. Nirmalasari Idha Wijaya memaparkan bentuk pengabdian masyarakat yang akan dilaksanakan bersama Balingtan.
“Rencana pengabdian ini tidak hanya dengan Balingtan saja, namun kami menggandeng berbagai pihak yaitu Universitas Muria Kudus, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Tribuana Tungga Dewi Malang dan mitra-mitra lainnya,” ungkap Nirmala.
Berawal dari keluhan masyarakat di Desa Bringin, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati terhadap polusi dari pembakaran limbah sekam dan kotoran ayam dari peternakan ayam pedaging, Nirmala menangkap peluang untuk memanfaatkan limbah tersebut untuk diolah menjadi biochar yang berguna untuk pertanian masyarakat setempat. Mengetahui bahwa Balingtan mempunyai program diseminasi produk ramah lingkungan, Nirmala membidik Balingtan untuk bersama-sama mengolah limbah tersebut. Harapannya, Balingtan dapat memberikan sentuhan teknologi terhadap produknya.
Kepala Balingtan, Ir. Mas Teddy Sutriadi, M.Si menyambut baik rencana kerja sama pengabdian tersebut. “Intinya adalah kita bisa memecahkan masalah limbah yang dihadapi oleh masyarakat,” jelasnya.
Balingtan, lanjutnya, siap melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan teknologi yang telah dihasilkan, seperti biochar-kompos yang mengkombinasikan antara biochar dan kompos.
Sejalan dengan penjelasan Teddy, Ahli Peneliti Utama Balingtan Dr A. Wihardjaka menyampaikan bahwa biochar saja tidak cukup untuk meningkatkan kualitas tanah, namun harus ada penambahan bahan organik lagi. “Pengalaman kami dengan menggunakan biochar-kompos bagus pada tanaman hortikultura,” kata Jaka.
Nirmala semakin yakin bahwa langkahnya melibatkan Balingtan akan membuahkan hasil. Pada sesi presentasinya dia menjelaskan pembuatan tungku pembakar limbah pertanian yang dipelajarinya dari kunjungan ke Balingtan sebelumnya. “Saya lihat Balingtan punya tungku pembakar limbah namun kita perlu modifikasi sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dengan biaya operasional yang terjangkau,” tandasnya.
Dalam presentasinya Nirmala mendapatkan masukan dari beberapa peneliti Balingtan. “Penggunaan kapur dan coconut husk (sabut kelapa) dapat digunakan untuk memperkaya produk akhir biochar yang selain dapat meningkatkan kualitas tanah juga sebagai penghambat nitrifikasi yang dapat menurunkan emisi N2O,” demikian masukan dari Anggri Hervani, SP., M.Si (peneliti GRK).
Kerja sama pengabdian masyarakat ini akan dilakukan selama 3 tahun. Pada tahun pertama kegiatan difokuskan pada sosialisasi pemanfaatan limbah pertanian berdaya nilai ekonomi. Sosialisasi ini nantinya akan dibingkai dalam bimbingan teknik pengelolaan limbah pertanian dengan sasaran peserta adalah penduduk setempat dan masyarakat sekitarnya.
Berikutnya di tahun kedua adalah proses pembuatan produk dengan teknologi inovatif. Pada tahun ketiga adalah aplikasi produk di lahan petani. Pada setiap tahap kegiatan, Balingtan akan berperan aktif terutama pada kegiatan aplikasi di lapangan. “Pada tahun ketiga inilah peran diseminasi kita akan terlihat, demplot aplikasi produk ini akan memperlihatkan kualitas produk yang kita hasilkan,” pungkas Teddy.