Jakarta, Technology-Indonesia.com – Serangan hama tikus menjadi kendala usahatani di lokasi Demplot Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Khusus dan VUB Padi Spesifik Lokasi di Subak Pengembungan Desa Tegaljadi, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali mengembangkan Tyto alba untuk mengatasi hama tikus tersebut.
Tyto alba merupakan jenis burung hantu yang dikenal sebagai burung hantu putih. Wajah berbentuk jantung, warna putih dengan tepi coklat. Mata menghadap ke depan, bulu lembut, berwarna tersamar dengan bagian atas berwarna kelabu terang. Makanan utama Tyto alba adalah tikus. Tyto alba mampu mengkonsumsi 3-4 ekor perhari dan mampu berburu tikus melebihi jumlah yang dimakannya.
Kelebihan lain Tyto alba adalah memiliki ukuran tubuh relatif lebih besar daripada spesies burung hantu yang lain. Memiliki kemampuan membunuh dan memangsa tikus cukup baik, cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan cepat berkembang biak.
Peneliti BPTP Bali I Nyoman Adijaya sekaligus koordinator kegiatan menjelaskan bahwa pengadaan Tyto alba sebagai upaya untuk antisipasi serangan hama tikus yang saat ini banyak menjadi kendala dalam usahatani petani di lokasi demplot yang dikembangkan pada 2021. “Kami harapkan Tyto alba nanti dapat berkembang dan menjadi sahabat petani di sini,” ungkapnya.
Pada awal Juli 2021 setelah pengamatan komponen pertumbuhan tanaman Demplot VUB Padi Khusus dan VUB Padi Spesifik Lokasi di Subak Pengembungan Desa Tegaljadi, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan dilakukan penyerahan 2 pasang burung hantu (Tyto alba) oleh komunitas Bakti Ring Pertiwi kepada pekaseh dan Pj. Perbekel Desa Tegaljadi. Serah terima dihadiri oleh Anggota Komisi IV DPR RI I Nyoman Kartika, PPL, Pekaseh serta krama Subak Pengembungan.
Ketua Komunitas Bakti Ring Pertiwi, I Putu Parta Yasa sebagai penyedia Tyto alba menambahkan bahwa adanya lonjakan hama tikus tidak terlepas dari ketidakseimbangan ekosistem, sehingga perlu adanya intervensi dari manusia. Salah satunya dengan memanfaatkan musuh alami seperti Tyto alba.
Dirinya mengajak petani Subak Pengembungan dan masyarakat sekitar untuk memulai dari diri sendiri mencintai dan menjaga tatanan alam. “Semoga Tyto alba ini bisa dijaga dengan baik oleh masyarakat dan bisa berkembang biak secara alami sehingga memberikan manfaat bagi kawasan yang lebih luas,” ungkapnya.
Menyambut program pengembangan Tyto alba Kelihan Subak Pengembungan I Made Muliana menyampaikan rasa terima kasihnya kepada BPTP Bali dan semua pihak yang terkait. Untuk selanjutnya akan dibuatkan kesepakatan/perarem subak agar Tyto alba yang diadakan ini terjaga dan dapat berkembang biak secara alami didaerahnya.
“Kami juga sudah menjalin komunikasi dengan pihak Desa Tegaljadi dan subak-subak lain disekitar kami agar nantinya bisa memberikan pemahaman kepada warga subaknya untuk turut menjaga Tyto alba ini,” jelasnya. (Sumber BPTP Bali)