Alat Penanam Benih Kentang, Mampu Tanam Benih Dalam Waktu 5 Jam/Hektare

Tangerang, Technology-Indonesia.com – Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah mengembangkan berbagai inovasi teknologi mekanisasi pertanian untuk mendukung pertanian yang maju, mandiri, dan modern. Salah satunya, prototipe alat penanam benih kentang yang mampu menanan benih seluas 1 hektare dalam waktu 5 jam.

Prototipe alat tanam hasil rekayasa Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) Balitbangtan ini memiliki 2 baris jalur penanam dengan jarak tanam 60 cm dan jarak dalam baris 30 cm. Alat ini ditarik dengan traktor roda empat dengan minimal daya 40 HP yang dilengkapi dengan penebar pupuk.

Perekayasa dari BBP Mektan, Wahyu Satria mengungkapkan alat tanam benih kentang ini mempunyai tipe putar vertikal. Untuk mengoperasikannya membutuhkan tiga operator. Satu operator untuk mengendalikan traktor dan dua operator di bagian belakang untuk memastikan benih kentang masuk ke dalam alat pengangkut.

“Terkadang ada alat pengangkut yang kosong, terkadang ada berisi dua kentang. Petani kentang inginnya satu benih untuk satu lubang. Operator yang ada di belakang berfungsi untuk memastikan hal tersebut,” terang Wahyu disela acara peluncuran awal Inovasi Teknologi Mekanisasi Pertanian untuk Lahan Kering di BBP Mektan, Tangerang, Banten, pada Kamis (21/10/2021).

Lebih lanjut Wahyu menerangkan bahwa alat tanam benih kentang ini dimodifikasi untuk jarak antar barisnya yaitu 60 cm dengan jarak dalam baris 30 cm dan lebar kerjanya 90 cm. Jarak antar baris bisa disetel misalnya menjadi 40 cm. Dengan kecepatan kerja 3 km perjam, alat ini mampu menanan benih seluas 1 hektare dalam waktu 5 jam.

“Sebelum menggunakan alat tanam, lahan harus diolah terlebih dahulu menggunakan rotari, selanjutnya membuat guludan dengan alat penggulud. Setelah itu baru menggunakan alat tanam benih kentang ini,” terangnya.

Perekayasa dari BBP Mektan, Wahyu Satria di samping alat tanam benih kentang

Selain menghemat waktu, menurut Wahyu, alat tanam ini juga menghemat biaya tanam. Jumlah tenaga kerja juga sangat berkurang dari 10 orang untuk 5 hari kerja, menjadi 5 jam per hektare dengan tenaga 3 orang. Untuk menanam benih kentang secara manual, membutuhkan biaya sekitar Rp 8 juta per hektare. Sementara dengan alat tanam ini hanya sekitar Rp 3 juta hingga Rp 4 juta per hektare.

Alat tanam ini pernah diujicoba di Banjarnegara, Jawa Tengah dalam kegiatan Riset dan Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK) Kentang pada September 2021. Program RPIK dilaksanakan Balitbangtan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional melalui penerapan pertanian modern di setiap tahapan budidaya.

Teknologi mekanisasi dari BBP Mektan yang diterapkan untuk mendukung budidaya kentang di Banjarnegara antara lain mesin pembuat guludan, mesin penanam benih kentang, mesin pemanen, serta alat pengangkut sarana produksi dan hasil panen.

Wahyu mengatakan, petani kentang Banjarnegara sangat senang dengan alat penanam benih kentang karena sangat membantu terutama dari sisi efisiensi. “Biaya tanam juga sangat berkurang dari 10 orang untuk 5 hari kerja menjadi 5 jam per hektare,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author