Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kebijakan new normal ramai diperbincangkan di berbagai media sosial. Bahkan tagar #NewNormal di twitter menjadi trending topik dalam tiga hari terakhir. Ada pro dan kontra, namun wajar. Bagi rumah tangga produsen atau petani, kebijakan ini disambut gempita lantaran ada asa baru produk-produk pertanian bisa kembali ke pasaran dan kesejahteraan kembali meningkat.
Guru Besar Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas) Imam Mujahidin Fahmid mengatakan jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) menurut Survei Pertanian Antar Sensus (Sutas) Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 didominasi oleh usaha peternakan (13,5 juta), padi (13,1 juta), perkebunan (12 juta), hortikultura (10 juta), dan palawija (7 juta).
“Para petani ini adalah garda terdepan dalam penyediaan pangan di masa pandemi Covid-19. Mereka tentu berharap new normal ini akan mengembalikan gairah yang sempat menurun saat awal pandemi,” ujar Imam saat seminar online bertema “Menuju New Normal: Tantangan dan Perubahan Sosial Masyarakat Tani Masa Covid-19” yang digelar oleh Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Unhas, Makassar pada Jumat (5/6/2020).
Apa yang dikatakan Imam sangat beralasan mengingat beberapa waktu lalu Kepala Badan Ketahanan Pangan, Agung Hendriadi menyampaikan bahwa petani tetap produksi pangan saat pandemi dan pada situasi new normal ini. Sebelas komoditas pangan strategis mulai dari beras, cabai, bawang hingga gula pasir dan minyak goreng kondisinya semuanya surplus, artinya kebutuhan tercukupi dan produksi banyak.
“Tidak ada permasalahan di sisi produksi, yang menjadi kendala saat pandemi adalah distribusi barang dari produsen dan konsumen sebagai implikasi dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun ini wajar dan Kementerian Pertanian telah melakukan intervensi dengan fasilitasi distribusi bahan pangan ke berbagai wilayah yang defisit” ungkap Agung saat memaparkan penyediaan dan kebutuhan pangan bulan April hingga Juni, tempo hari.
Oleh karenannya, Imam berkeyakinan new normal ini akan menjadi peta jalan baru bagi masyarakat petani untuk kembali bersemangat menggarap lahan pertanian karena pasar sudah mulai terbuka lebar. Ada beberapa perubahan kecenderungan perilaku masyarakat tani yang akan mengalami pergeseran.
Pertama, penggunaan internet untuk bisnis. Saat ini BPS mencatat ada 4,5 juta petani yang aktif sebagai pengguna internet. Dengan adanya pandemi dan new normal ini maka penggunaan sosial media sebagai market place produk pertanian akan meningkat.
Kedua, kreativitas atau inovasi sosial masyarakat tani meningkat karena secara tidak langsung diajari merespon masalah melalui entitas sosial. Ketiga, peran governance/pengambil kebijakan akan semakin adaptif sehingga ketangguhan sosial lebih kuat.
“Sekarang semua kementerian/lembaga mengalami refocusing anggaran. Namun kita bisa lihat petani kita mampu bertahan dengan terus memproduksi pangan. Artinya, mereka mampu secara kolektif mengatasi dampak dari pandemi dengan caranya. Oleh karenanya, negara harus lebih mengulurkan tangannya kepada petani agar interaksi lebih kuat dan problem sosial masyarakat mudah diatasi,” lanjut Imam
Senada dengan hal tersebut, Bayu Krisna Murti, Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Indonesia (AAI) berpendapat bahwa nyatanya masyarakat petani saat pandemi ini tidak begitu terdampak. Hal ini dibuktikan dengan produktivitasnya dalam menghasilkan bahan pangan, yang perlu diwaspadai adalah sektor off farm-nya.
“Kalau on farm tidak terlalu besar risiko, yang terdampak besar adalah trading atau pasarnya. Jadi kalau pasarnya terdampak, maka akan berimplikasi terhadap gairah memproduksi. Maka ini perlu menjadi perhatian pemerintah agar sisi distribusi barang tetap dikendalikan,” terang Mantan Wakil Menteri Pertanian tahun 2010-2011 ini.
Rektor Unhas, Dwia Aries Tina Palubuhu menyampaikan apresiasinya kepada Kementerian Pertanian atas kinerjanya dalam menghadapi pandemi ini. “Saya terus terang apresiasi kepada Pak Menteri Syahrul Yasin Limpo karena luar biasanya bisa survive menghadapi covid-19 ini sehingga pangan tetap terjaga,” lanjutnya.
Acara Seminar yang dihadiri oleh Menteri Pertanian sebagai keynote speaker ini juga diikuti Dekan dan Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian UNHAS, dan Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Sulawesi Selatan. Serta 1.234 peserta dari berbagai kalangan akademisi, praktisi, birokrat, dan masyarakat umum di seluruh Indonesia melalui kanal zoom dan Youtube Channel.