TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan mesin pengolahan terintegrasi dan teknologi proses pembuatan gula dari tanaman sorgum. Hal ini sebagai upaya mendukung pemanfaatan sorgum sebagai bahan pangan alternatif dan bioenergi.
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG) BRIN, Sandi Darniadi mengatakan bahwa teknologi tepat guna ini telah dikembangkan selama kurang lebih dua tahun sejak 2023, yakni mesin roller press dan vacuum evaporator. Sedangkan pada 2024, mesin yang dikembangkan adalah open pan cooker dan oven dehydrator.
Teknologi tersebut kini digunakan dalam produksi gula sorgum di Sekemala Integrated Farm (SEIN Farm), Kecamatan Ujungberung, Bandung.
“Purwarupa dari riset kami selama kurang lebih dua tahun lebih adalah alat open pan cooker. Kemudian alat vacuum evaporator, alat roller press, serta alat penepung dan pengayak untuk gula sorgum,” jelas Sandi saat menghadiri panen perdana batang sorgum manis dan riset teknologi tepat guna peralatan pengolah produk gula semut sorgum, di Bandung, Selasa (8/7/2025).
Sandi merinci proses pengolahan gula sorgum diawali proses ekstraksi atau penggilingan batang sorgum manis menggunakan mesin roller press. Kapasitas mesin roller press sekitar 250 kilogram input batang per jam.
“Dari sini, kita akan peroleh nira sorgum atau cairan manis dari batang sorgum yang merupakan bahan baku dari gula sorgum,” tuturnya.
Sebelum diproses menjadi gula, bahan atau nira disimpan di tangki atau storage untuk mengendapkan impurities atau pengotor dari nira tersebut. Proses pengolahan gula selanjutnya menggunakan vacuum evaporator, yaitu teknologi suhu rendah menggunakan pemanasan, namun dalam kondisi vakum. Alat ini digunakan untuk membuat atau memproduksi sirup gula dari nira sorgum.
Lebih lanjut, Sandi menjelaskan terkait open pan cooker. Alat ini berfungsi mengolah gula semut dari nira sorgum. Open pan cooker berkapasitas sekitar 30 kilogram nira per proses. Sedangkan proses untuk sirup gula menggunakan vacuum evaporator, yaitu kurang lebih sekitar 4 jam untuk kapasitas 30 liter.
“Satu kali proses atau per batch kurang lebih lima sampai enam jam proses. Kemudian, jika sudah diperoleh bongkahan-bongkahan gula atau kristal dari gula semut, kami akan lanjutkan pengeringan menggunakan oven dehydrator yang merupakan alat pengering yang sudah kami hasilkan dari riset tahun sebelumnya,” kata Sandi.
Sorgum Manis Varietas Bioguma
Pada 2025, BRIN melalui pendanaan Rumah Program Hilirisasi Produk Pertanian, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, bersama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung dan Universitas Pasundan membangun demplot percobaan tanaman sorgum manis varietas Bioguma di lahan seluas 600 meter persegi untuk bahan baku gula sorgum, yang berlokasi di SEIN Farm.
SEIN Farm menjadi lokasi Pilot Plant Sorgum Center Indonesia (SCI), yakni lokasi penelitian tanaman sorgum yang kemudian diolah menjadi beberapa produk, termasuk gula sorgum, gula semut, dan sirup gula.
“Karena itu, riset yang kami lakukan di lokasi ini adalah terkait dengan teknologi tepat guna untuk pengolahan gula semut dan sirup gula dari batang sorgum manis,” terang Sandi.
Sandi menegaskan bahwa produk gula semut dan gula cair dari sorgum sudah dilakukan analisa agar memenuhi kriteria dan kualitas seperti gula semut dan gula cair dari aren maupun tebu pada umumnya.
Dia menegaskan, kapasitas dan riset teknologi beberapa peralatan atau prototipe yang dikembangkan BRIN adalah tepat guna.
“Tentunya untuk kapasitas dan teknologi yang dikembangkan seminimal mungkin atau tepat guna, karena akan digunakan oleh pengguna atau UMKM. Mesin ini diharapkan efisien bahan bakar dan efektif untuk memperoleh produksi gula semut dan gula cair,” jelasnya.
“Mudah-mudahan prototipe yang kami riset dan teknologi yang kami hasilkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pada umumnya,” harapnya.
Sekretaris Prodi Magister Teknologi Pangan Universitas Pasundan, Wisnu Cahyadi, yang juga Direktur SCI menyampaikan harapannya agar kerja sama yang dilakukan bersama BRIN dapat terus berlanjut. Mengingat, sorgum memiliki berbagai peluang manfaat baik bagi kesehatan, pangan, pupuk, pakan ternak, dan energi.
“Hari ini kami sudah melakukan panen perdana untuk sorgum. Setelah panen ini, kita akan coba olah menjadi beberapa produk, di antaranya gula sorgum. Harapan kami, kerja sama ini tidak berhenti di sini karena sorgum merupakan tanaman yang sangat bermanfaat dan perlu dukungan berbagai pihak,” jelas Wisnu.
Kepala DKPP Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, kolaborasi riset akan menjadi peluang untuk ketahanan pangan lokal dan diversifikasi pangan. Di mana, sorgum menjadi bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional yang memerlukan dukungan berbagai pihak terkait.
“Bagi kami, ini menjadi peluang bagaimana pemerintah harus mampu menyediakan pangan yang cukup termasuk menyediakan pangan lokal dan diversifikasi pangan. Sorgum bisa menjadi sebuah alternatif pangan untuk ketahanan pangan. Mudah-mudahan kerja sama ini terus berkembang,” pungkas Gin Gin. (Sumber: brin.go.id)
BRIN Kembangkan Mesin Terintegrasi untuk Produksi Gula Sorgum
