Denpasar, Technology-Indonesia.com – Kemajuan suatu bangsa selalu berdasarkan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Untuk itu iptek dan inovasi harus bisa membuat sesuatu menjadi lebih baik, lebih efisien, dan bisa memenangkan persaingan antara bangsa-bangsa di dunia, khususnya bangsa-bangsa di Asia.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan hal tersebut pada Puncak Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-24 di Lapangan Puputan Renon,Denpasar, Bali pada Rabu (28/8/2018). Hakteknas ke-24 tahun 29 yang dipusatkan di Bali ini mengusung tema Iptek dan Inovasi dalam Industri Kreatif 4.0.
Ilmu pengetahuan dan teknologi, lanjutnya, tdaklah berarti semua harus berbicara tentang informasi teknologi, tetapi setiap inovasi yang dapat meningkatkan nilai tambah. “Setiap usaha, ilmu pengetahuan, kebersamaan, riset dan sebagainya yang dapat memberikan nilai yang lebih baik dari pada sebelumnya, memberikan efisiensi dari sebelumnya, biaya lebih murah dari sebelumnya atau yang lebih besar produktivitasnya dari pada sebelumnya. Itulah inovasi,” tambahnya.
Jusuf Kalla yang sudah empat kali menghadiri puncak peringatan Hakteknas mengingatkan bahwa inovasi akan menjadi lebih makna dan dirasakan manfaatnya jika sudah dikomersilkan atau dipasarkan, bukan sekedar memenuhi lemari atau perpustakaan, sehingga dibutuhkan kerjasama antara akademisi, universitas, dan para pengusaha.
“Kita hadir di sini dengan tujuan sama yaitu untuk mencapai kemajuan dan mencapai tujuan kebangsaan kita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,” tambahnya.
Karena itu, Wapres mendorong peneliti dan perekayasa untuk tidak cepat puas dan terus mempelajari teknologi yang sudah mutakhir dari negara lain untuk dikembangkan di Indonesia. Jusuf Kalla juga menekankan agar peneliti dan perekayasa di Indonesia tidak perlu malu untuk mempelajari teknologi terakhir dari negara lain selama dalam proses pengembangan teknologi.
“China memiliki kemajuan teknologi yang sangat cepat. Pertama meniru, kedua memperbaiki, ketiga inovasi. Itu langkah-langkah yang dibuat oleh China dan juga Jepang pada waktu itu. Meniru, (kemudian) meningkatkan inovasi. Tidak ada negara yang bisa langsung maju. Teknologi merupakan sesuatu yang berkembang, karena itu tidak bisa dimulai dari nol,” ungkapnya.
Menurutnya, dibutuhkan sekali perubahan-perubahan budaya untuk maju, seperti budaya membaca, riset dan sebagainya karena hal itu akan meningkatkan mutu dan kemajuan bangsa. Para ilmuwan, akademisi, dan sainstis diharapkan bekerja bukan karena senang bekerja tapi karena ingin mencapai hasil yang lebih baik.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong perguruan tinggi mengembangkan Kawasan Sains dan Teknologi (KST) atau Science and Techno Park (STP) untuk meneliti dan mempelajari inovasi sekaligus menjadikan hasil inovasi tersebut bernilai komersial dan bermanfaat bagi masyarakat.
“Perguruan tinggi nanti harus punya Science and Techno Park. Tujuannya adalah para peneliti, inventor, dan inovator nanti menginkubasi (mengembangkan) hasil penelitiannya dengan industri melalui Techno Park tersebut. Kalau sudah mature, dia (hasil penelitian tersebut) dikeluarkan dari situ supaya melakukan bisnis di luar,” ungkap Menristekdikti.
Menristekdikti mengungkapkan salah satu hasil penelitian dari STP yang sudah masuk ke industri adalah hasil penelitian tentang stem cell dari Universitas Airlangga yang diproduksi massal oleh PT Phapros, anak perusahaan salah satu BUMN, PT Kimia Farma.
“Stem cell untuk facial sekarang sudah diproduksi oleh perusahaan Phapros, yang hasil penelitian dari Universitas Airlangga di Surabaya. Berapa total omzetnya sekarang? Sudah ratusan milyar. Ini yang kita dorong terus, hasil inovasi perguruan tinggi,” ungkap Menteri Nasir.
Hakteknas ke-24 Tahun 2019 diselenggarakan di Bali karena Pulau Dewata ini memiliki wisata, industri kreatif, entrepreneurship, dan pendidikan tinggi yang memadai, sesuai dengan tema Iptek dan Inovasi dalam Industri Kreatif 4.0 dan sub tema Industri Kreatif 4.0 untuk Kemandirian dan Daya Saing Bangsa dan tagline Inovasi Bangun Bangsa.