Terobosan Kemenristekdikti Cetak Tenaga Kerja Berkualitas di Era Revolusi Industri 4.0

Serang, Technology-Indonesia.com – Dengan bonus demografi yang begitu besar, Indonesia masih dihadapkan dengan tantangan kebutuhan tenaga kerja berkualitas dan terampil di era Revolusi Industri 4.0. Menurut data Badan Pusat Statistik, pada Februari 2018 baru 12,17% tenaga kerja Indonesia yang merupakan lulusan perguruan tinggi.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan pentingnya memperbanyak lulusan pendidikan tinggi berkualitas yang diarahkan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dengan mendorong lulusan terserap di dunia kerja ataupun menjadi wirausaha (entrepreneur).

“Yang dibutuhkan dunia kerja saat ini adalah skills yang kompetitif dan pendidikan yang tidak berhenti setelah memperoleh gelar (innovation capability). Lulusan perguruan tinggi kedepan tidak cukup dia dibidangnya saja, tapi bagaimana menyiapkan dia ke bidang entrepereneur serta menciptakan digital talent-nya,” tutur Menristekdikti pada Diskusi Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) di Gedung Pendopo Gubernur Banten, Kota Serang, Banten pada Kamis (6/12/2018).

Pada diskusi tersebut, Menristekdikti menyampaikan paparan bertajuk “Strategi Mempersiapkan Lulusan Perguruan Tinggi Siap Kerja dan Membuka Peluang Lapangan Kerja”. Menristekdikti memaparkan, di era disrupsi teknologi Revolusi Industri 4.0 sebagian besar perusahaan menggunakan teknologi untuk menjual produk mereka secara online. Untuk itu, Indonesia perlu meningkatkan kualitas keterampilan tenaga kerja dengan teknologi digital.

Data Kamar Dagang dan Industri menunjukkan pada 2018 terdapat 2,8 juta lapangan kerja. Angka tersebut di atas proyeksi pemerintah sebesar 2,6 juta lapangan kerja. Namun, hanya 2,4 juta tenaga kerja yang terserap dari jumlah lapangan kerja yang tersedia. Hal ini karena sebagian tenaga kerja Indonesia belum memiliki kompetensi yang sesuai maupun keahlian yang dibutuhkan dunia Industri.

Menristekdikti mengungkapkan, negara-negara G20 termasuk Indonesia, menginginkan pendidikan (tinggi) dapat relevan dengan perkembangan zaman agar lulusan tetap kompetitif. Karena itu, pendidikan harus terus berpacu dengan inovasi sosial dan teknologi seperti Kecerdasan Buatan, Big Data dan Internet of Things (IoT). “Pendidikan tinggi diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi dengan mendorong lulusan menciptakan lapangan kerja melalui kewirausahaan (entrepreneur),” tuturnya.

Untuk itu, beberapa strategi telah dilakukan Kemenristekdikti dalam mencetak lulusan berkualitas yang selaras dengan kebutuhan dunia usaha. Pertama, dengan membangun ekosistem perguruan tinggi yang mampu merespon Industri 4.0. Kedua melakukan reorientasi kurikulum yang mampu merespon perkembangan teknologi digital dan robot yang pesat untuk mencetak lulusan yang memiliki kompetensi pengetahuan dan teknologi digital, kompetensi sosial dan lifelong learning. Salah satunya melalui peningkatan pendidikan di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics).

Ketiga, melaksanakan student mobility dan internship/magang. Keempat, meningkatkan kompetensi entrepreneurial melalui pendidikan kewirausahaan. Kelima, revitalisasi politeknik. Saat ini terdapat 12 pilot project politeknik yang telah direvitalisasi dan menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK) serta Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), bertambahnya tenaga dosen dari industri, dan dosen-dosen yang telah mendapatkan sertifikat kompetensi baik itu internasional maupun dalam negeri.

Melalui Polytechnics Education Development Program (PEDP) telah dikembangkan kurikulum pendidikan vokasi berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sebanyak 79 prodi, pembentukan 28 LSP dan 89 TUK, 11.931 mahasiswa yang telah mendapatkan sertifikat kompetensi, dan 254 perjanjian kerjasama dengan dunia industri.

“Seluruh program studi di perguruan tinggi, terutama pendidikan vokasi harus mempunyai lembaga sertifikasi profesi masing-masing. Tahun depan kami proyeksikan 100.000 lulusan memiliki sertifikasi kompetensi,” harap Menteri Nasir.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah dapat dilakukan dengan membangun Akademi Komunitas. Contohnya, akademi komunitas berbasis pesantren di Jepara yang memiliki value added yang sangat baik. Beberapa lulusannya sudah terserap sampai ke luar negeri.

Selain Menristekdikti, diskusi FMB 9 menghadirkan pembicara Gubernur Banten,Wahidin Halim; Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhamad; serta Direktur Kerjasama dan Pemberdayaan Kementerian PUPR, Dewi Chomistriana.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author