Pusat Iptek dan Bahasa Tingkatkan Kemampuan Literasi Sains Masyarakat Pontianak

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pusat Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Bahasa (Pusat Iptek dan Bahasa) Kota Pontianak berdiri pada 23 Oktober 2014 sebagai sarana mengembangkan minat masyarakat terhadap perkembangan Iptek serta budaya membaca dalam suasana yang menyenangkan.

Pusat Iptek dan Bahasa dilengkapi dengan Pusat Peragaan Iptek untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat agar dapat melihat dan mempelajari rahasia alam serta kemajuan teknologi. Melalui alat peraga, pengunjung bisa merasakan secara langsung fenomena dan khasanah Iptek sehingga dapat menjadi inspirasi serta menumbukan daya kreativitas dan inovasi.

Pusat Iptek dan Bahasa juga dilengkapi dengan laboratorium bahasa untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing masyarakat Kota Pontianak. Kemampuan berbahasa asing akan sangat penting untuk meningkatkan daya saing SDM Kota Pontianak dalam menghadapi persaingan mendapatkan pekerjaan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Kepala Pusat Iptek dan Bahasa Pontianak, Teguh Sapto Prijadi mengungkapkan pendirian Pusat Iptek dan Bahasa awalnya diinisiasi Pusat Peraga Iptek (PP-Iptek) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Saat itu, Tim PP-Iptek mengadakan pameran keliling di Pontianak dan bertemu dengan Wali Kota Pontianak.

“Pusat Iptek dan Bahasa sampai sekarang baru mempunyai sekitar 36 alat peraga, masih kecil sekali karena termasuk yang baru berdiri. Kita ingin tiap tahun bisa menambah alat terus,” kata Teguh di sela Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Asosiasi Science Center Indonesia (ASCI) ke-V pada Kamis (22/11/2018) di PP-Iptek komplek Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.

Kepala Pusat Iptek dan Bahasa Pontianak, Teguh Sapto Prijadi di sela Rakornas ASCI di Jakarta.

Menurut Teguh, Pusat Iptek dan Bahasa berdiri di atas lahan yang cukup luas, tapi yang dipakai baru 2.700 meter. Memiliki bangunan tingkat tiga dengan tingkat paling atas masih kosong. Jumlah pengunjungnya, diakui Teguh, belum banyak, sekitar 6000-an pengunjung per tahun. “Mungkin perkembangannya masih lama untuk siap jadi pusat iptek yang sebenarnya,” tuturnya.

Selain 36 alat peraga iptek, daya tarik bagi para pengunjung adalah demo sains, pemutaran film dan sebagainya. Pada awal berdiri, PP-Iptek memberi hibah berupa alat peraga antara 4 hingga 10 unit. Teguh mentargetkan setiap tahun bisa menambah 10 unit alat peraga, sehingga lima tahun kedepan paling tidak sudah memiliki 150 unit alat peraga. Untuk itu, pihaknya menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

Pusat Iptek dan Bahasa secara berkala mengadakan kursus bahasa asing secara gratis untuk masyarakat. Kursus bahasa yang digelar antara lain Bahasa Inggris, Mandarin, Arab dan Bahasa Korea. “Yang mengikuti kursus bahasa itu lebih banyak dari pengunjung Science Center. Pesertanya kebanyakan mahasiswa, dan anak-anak,” ungkap Teguh.

Pusat Iptek dan Bahasa juga dilengkapi dengan Taman Bacaan Digital. Pengunjung dapat mengakses buku-buku dalam bentuk elektronik menggunakan komputer yang tersedia.

“Selama berdiri sampai sekarang, kendalanya utama dari segi SDM yang terbatas, baru 9 orang. Karena milik pemerintah daerah, untuk perekrutan ada aturannya, sehingga menyulitkan kita untuk menambah SDM,” ungkap Teguh

Kendala lainnya, menurut Teguh, adalah masalah anggaran. Saat ini, untuk mengunjungi Pusat Iptek dan Bahasa masih gratis, sedangkan APBD dari daerah kecil. Jika ada rencana menarik uang tiket dari pengunjung untuk memajukan Pusat Iptek dan Bahasa, sangat tergantung kebijakan Wali Kota.

Dengan mengikuti Rakornas ASCI, Teguh berharap perkembangan Science Center di daerah lebih bagus dan ada peningkatan terus menerus. Hasil Rakornas akan dibawa ke pimpinan daerah. “Harapan saya dukungan dari pusat semakin besar, terutama kepada kepala-kepala daerah supaya pengembangannya lebih bagus,” lanjutnya.

Dengan adanya Pusat Iptek dan Bahasa Kota, Teguh berharap masyarakat Kota Pontianak mampu mengembangkan kemampuan literasi sains yang dimilikinya. Literasi sains merupakan kemampuan masyarakat untuk dapat menerapkan ilmu sains dalam kehidupannya sehari-hari sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam menjalankan kehidupannya dan bersaing di era globalisasi.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author