Perkuat Inovasi, Kemeristekdikti Dorong Mobilitas Peneliti

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terus berupaya mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM) ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) melalui mobilitas peneliti dari perguruan tinggi dan lembaga litbang ke industri. Mobilitas peneliti diharapkan dapat memperkuat inovasi.

Direktur Sistem Inovasi Kemenristekdikti, Ophirtus Sumule mengatakan Indonesia memiliki SDM Iptek yang kuat itu di lembaga Litbang maupun perguruan tinggi. Namun, sampai sekarang peneliti yang ada di lembaga litbang atau perguruan tinggi tidak bisa secara konsepsi bisa masuk ke industri untuk mengembangkan teknologi.

“Karena itu, saat industri mengembangkan teknologi, kita mengharapkan para peneliti ikut mengembangkan teknologi itu bersama-sama dengan industri. Jadi ini yang kita mau atur supaya para peneliti ikut bersama-sama mengembangkan teknologi mereka yang dikembangkan industri,” terang Ophir di sela-sela Focus Group Discussion (FGD) Mobilitas Peneliti antar Lembaga Litbang Publik dan Industri di Jakarta pada Senin (5/8/2019).

Menurut Ophir, ada beberapa peraturan yang menghambat mobilitas peneliti. Misalnya, tidak boleh lebih dari enam bulan, sementara untuk proses pengembangan teknologi di industri membutuhkan waktu panjang sampai menjadi sebuah hasil.

Pihaknya berharap, selain dimungkinkan para peneliti melakukan mobilitas ke industri, juga harus diatur supaya peneliti ini tidak rugi. Misalnya dosen harus tinggal selama enam bulan di industri, mereka tidak punya kesempatan untuk mengajar, membimbing dan sebagainya. “Sementara mereka mengembangkan teknologi yang diharapkan bermanfaat untuk masyarakat luas. Nah ini harus ada mekanisme bagaimana untuk menilai, sehingga karir mereka tetap bisa berjalan dengan baik,” lanjutnya.

Ophir mengatakan, FGD akan mendiskusikan berbagai hal yang menghambat terjadinya mobilitas peneliti dari perguruan tinggi maupun peneliti di lembaga Litbang untuk masuk ke industri. Melalui diskusi ini diharapkan banyak ide-ide atau masukan-masukan dan identifikasi hambatan-hambatan yang diperoleh untuk nanti dicarikan solusinya dalam bentuk regulasi terhadap mobilitas peneliti.

“Sebaliknya, apa yang terjadi di industri, setelah terjadi mobilitas di sana, peneliti bisa kembali dan memberikan warna terhadap pengembangan riset di perguruan tinggi atau lembaga Litbang. Sehingga terjadi interaksi yang saling menguntungkan,” tutur Ophir.

Pada kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti mengatakan sumberdaya yang terbatas harus dipakai secara efektif dan efisien dengan konsep sharing resources. Sharing tersebut tidak hanya fasilitas, pelayanan, laboratorium, industri tapi juga SDM. Jadi selain sharing SDM, mereka bisa memanfaatkan laboratorium dan jaringan yang ada.

“Inovasi-inovasi itu harus dilakukan karena sebuah perusahaan atau industri tanpa inovasi baru akan ketinggalan, karena masyarakat pasti memilih yang lebih murah, lebih efisien, efektif dan mudah. Maka industri harus dilakukan inovasi-inovasi bersama peneliti dan dosen-dosen. Peneliti bisa tinggal di Industri selama tiga bulan, tapi sebelum tiga bulan juga disebut mobilitas,” katanya.

Presiden Joko Widodo, lanjutnya, telah menyampaikan pidato pada 14 Juli 2019 mengenai prioritas SDM, mulai dari ibu hamil, balita sampai vokasi yang kerjasama dengan industri dan manajemen talenta. Untuk manajemen talenta, Kemenristekdikti telah mengundang talenta-talenta orang Indonesia yang tersebar di berbagai negara pada 18, 19, 20 sampai 24 Agustus 2019 untuk kontribusi membangun bangsa melakukan suatu percepatan.

“Mereka bisa mobile ke sini, orang kita juga bisa mobile ke luar negeri. Demikian juga mobilitas tadi dari universitas ke industri dan ke laboratorium pusat-pusat penelitian LPNK dan sebaliknya, peneliti LPNK bisa ke universitas,” tuturnya.

Ali Ghufron mencontohkan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) membangun pesawat N219 bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Para peneliti ITB yang ikut dalam pengembangan pesawat tersebut bisa masuk program S2 atau S3. “Jadi, pesawat selesai, program S2 atau S3 juga selesai atau ada tambahan projek lagi,” lanjutnya.

Selain itu, Kemenristekdikti juga memiliki projek namanya Rispro (Riset Inovatif Produktif) dengan mengirim berbagai macam peneliti ke dalam maupun ke luar negeri serta antara perguruan tinggi dengan institusi-institusi penelitian.

FGD yang melibatkan para pemangku kepentingan, baik pemerintah, akademisi (Litbang pemerintah dan perguruan tinggi) serta kalangan bisnis (BUMN dan swasta murni) diharapkan menghasilkan rekomendasi yang akan disampaikan pada Rakornas Iptekin 2019 pada 26 dan 27 Agustus 2019 di Denpasar, Bali.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author