Perguruan Tinggi Mengejar ‘Hantu’

innovation
Perguruan tinggi di Indonesia jangan hanya menjadi penghasil sumber daya manusia berkualitas tanpa menghasilkan karya.

Sayangnya saat ini banyak karya peneliti lulusan perguruan tinggi yang tidak diminati oleh kalangan industri.  

Ditemui di sela acara Kuliah Umum Innovation Lecture oleh Sven Thore Holm dari Swedia dalam rangka peringatan Hakteknas ke-16, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Djoko Santoso mengatakan perguruan tinggi sebagai pencetak sumber daya manusia dan ilmu sudah banyak yang bagus.  

“Hasil SDM lulusan perguruan tinggi inilah yang harus diserap oleh penggunanya. Tapi kalau belum banyak digunakan ya..tanya saja kepada para penggunanya mengapa mereka tidak mau menggunakan hasil-hasil penelitian dari peneliti yang ada. Berbeda dengan di Swedia, disana ada yang namanya Badan Tranfer Teknologi yang melalukan riset untuk sektor-sektor yang yang membutuhkan. Dan industrinya memanfaatkan hasil riset itu,” katanya di Tangerang (10/8).

Pada kesempatan sama Deputi Bidang Kelembagaan Iptek Benyamin Lakitan mengatakan ada persoalan mendasar mengapa akademisi gengsi melalukan penelitian yang dibutuhkan masyarakat.

“Selama ini ada anggapan tidak keren kalau akademisi tidak melakukan penelitian yang canggih. Tetapi kenyataannya masyarakat kita belum membutuhkan hasil penelitian canggih itu. Sebaliknya teknologi yang dibutuhkan masyarakat merupakan teknologi rendah dan menengah,” ungkap Benyamin.   

Benyamin menyontohkan kalangan perguruan tinggi yang hanya mengejar peringkat semata. Padahal peringkat bagi perguruan tinggi itu bukan jaminan.

“Sekarang ini coba lihat, perguruan tinggi berlomba mengejar status sebagai University World Security. Memang itu realistis tetapi peringkat kan bukan jaminan. Sama saja seperti mengejar hantu. Perguruan tinggi berlari cepat sementara yang dibutuhkan masyarakat masih bersifat tradisional,” tuturnya.

Idealnya menurut Benyamin, perguruan tinggi di Indonesia ini bisa menjadi agen perubahan untuk mengembangkan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat.

”Ini bisa dimulai dengan bidang yang paling banyak melibatkan orang, misalnya pangan. Karena semua masyarakat Indonesia ini butuh pangan. Kalau akademisi bisa melihat ini sebagai peluang maka teknologi yang dihasilkan akan bermanfaat bagi masyarakat. Demikian juga permasalah teknologi yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga penelitian di kita, masih banyak yang mengembangkan teknologi yang sebenarnya tingkat kebutuhannya di masyarakat kecil,” tambahnya.

Ke depan teknologi yang dibutuhkan lanjut Benyamin adalah teknologi yang efektif dan efisien. *

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author