LIPI Kukuhkan Tiga Profesor Riset

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kembali mengukuhkan tiga Profesor Riset dari bidang keilmuan yang berbeda. Tiga peneliti yang dikukuhkan menjadi profesor riset adalah Zainal Arifin di bidang pencemaran laut, Tri Nuke Pudjiastuti bidang keamanan internasional dan isu-isu strategis, serta Didik Widyatmoko bidang konservasi dan pengelolaan lingkungan.

Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset Bambang Subiyanto menjelaskan, ketiga peneliti yang dikukuhkan merupakan profesor riset ke-510, 511 dan 512 dari 8.734 peneliti secara nasional. Sementara untuk lingkungan LIPI, merupakan profesor riset ke-128, 129 dan 130 dari 1.624 peneliti.

Pada kesempatan tersebut, Zainal Arifin peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI menyampaikan orasi berjudul “Peran Riset Ekotoksikologi Logam Berat dalam Pengelolaan Ekosistem Perairan Pantai.” Ia menyatakan bahwa industrialisasi, pengembangan kota dan urbanisasi menjadi faktor paling signifikan yang mempengaruhi kualitas ekosistem perairan pantai.

“Pantai-pantai kota yang ada di sepanjang pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, sebagian pantai barat dan timur Kalimantan cenderung memiliki tingkat kontaminasi logam berat yang lebih tinggi dibanding pantai-pantai di kawasan timur Indonesia seperti Maluku, Nusa Tenggara Barat dan Papua,” jelas Zainal dalam orasi Pengukuhan Profesor Riset di Jakarta pada Selasa (18/12/2018).

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kontaminasi logam berat antara lain aktivitas industri yang terkonsentrasi di sepanjang pantai, tingkat urbanisasi yang tinggi, dan pertumbuhan kota yang tidak terkelola.

Zainal mengungkapkan, perlu tiga data penting yang harus dipenuhi, yaitu pemahaman spesiasi logam berat dalam sedimen, pengembangan bio indikatormulti-spesies, dan pengembangan uji toksisitas logam berat dengan spesies lokal. “Integrasi tiga informasi tersebut ditambah perubahan perilaku masyarakat akan memperkuat upaya pengelolaan ekosistem perairan pantai di Indonesia, sehingga sumberdaya hayati laut akan lebih sehat dan aman dikonsumsi,” ujarnya.

Tri Nuke Pudjiastuti dalam orasi berjudul “Pemaknaan Baru Prinsip Non-Interference Pada Penanganan Migrasi Paksa Dalam Kerangka Mekanisme ASEAN,” mengungkapkan perlunya pemaknaan baru mengenai prinsip tidak ikut campur (non-interfence) untuk penanganan migrasi paksa dalam kerangka ASEAN.

“Cox’s Bazar, Bangladesh, yang merupakan tempat penampungan pengungsi etnis Rohingya terbesar di dunia, adalah bukti kompleksitas masalah migrasi paksa membutuhkan penanganan secara komprehensif,” tutur Tri Nuke.

Peneliti dari Pusat Penelitian Politik LIPI ini menjelaskan, upaya yang dibangun untuk mencari jalan keluar penyelesaian migrasi paksa Rohingya sepenuhnya merupakan bagian dari diplomasi humanitarian. “Perlu mengubah mandat The ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Center) dari penanganan akibat bencana alam ditambahkan dengan bencana sosial,” ujarnya.

Tri Nuke mengharapkan ketegasan ASEAN memilah antara kepentingan politik keamanan internal dan yang sifatnya transnasional serta regional. “Hal itu akan berpengaruh bagi negara-negara anggota ASEAN dalam bersikap dan bertindak,” terangnya.

Sementara, Didik Widyatmoko dalam orasi berjudul “Inovasi dan Strategi Konservasi Tumbuhan Indonesia untuk Mengurangi Laju Kepunahan” mengungkapkan, ancaman kepunahan keanekaragaman tumbuhan di Indonesia yang makin serius.

“Dari 386 spesies terancam punah pada 2009 menjadi 437 pada 2018. Jika kategori Hampir Terancam (Near Threatened) dimasukkan jumlahnya bahkan meningkat mencapai 600 spesies,” jelasnya.

Menurut Didik, inovasi dan strategi konservasi tumbuhan Indonesia sangat diperlukan karena lebih dari 50% spesies pohon bernilai komersial. “Sekitar 1.300 spesies berkhasiat obat, berbagai spesies berpotensi pangan, dan sebagian besar tumbuhan langka Indonesia belum diteliti,” ungkapnya.

Peneliti dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI ini menyatakan menyatakan, Kebun Raya memiliki fungsi konservasi sangat strategis karena saat ini mengelola sekitar 104.761 spesimen ilmiah terdiri atas 7.365 spesies, atau sekitar 34,4% tumbuhan berbunga dan paku Indonesia.

“Koleksi ilmiah berupa cadangan sumberdaya genetik yang tidak ternilai harganya tersebut tersimpan di 37 Kebun Raya Indonesia yang memberikan kontribusi sangat signifikan bagi konservasi global,” terangnya.

Ia juga menyatakan, kawasan konservasi ex- situ (kebun raya) dan in-situ merupakan kekuatan besar bukan hanya dalam konservasi tumbuhan, tetapi juga menjadi modal besar pembangunan ekonomi dan sosial bangsa.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author