Sepanjang 2016, banyak capaian BPPT yang dihasilkan oleh Kedeputian Pusat Kebijakan Teknologi (PKT) dan Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA). Capaian tersebut disampaikan dalam acara Refleksi BPPT di Jakarta, Senin (15/8/2016).
Kedeputian Pusat Kebijakan Teknologi (PKT BPPT) pimpinan Tatang A. Taufik terus berupaya mewujudkan program nasional pengembangan Techno Park. BPPT juga memberikan layanan Technical Assistance Pengembangan perkuliahan technopreneurship, pengembangan pusat-pusat inovasi dan layanan bersama (ko-inkubasi). Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan penebaran benih ikan Nila Salina di kawasan Techno Park Perikanan Kota Pekalongan.
Menurut Tatang A. Taufik, dalam Roadmap National Science and Techno Park (2015-2019), BPPT mentargetkan ada 22 perguruan tinggi yang melaksanakan perkuliahan technopreneurship. Pada tahun 2015 tercapai target 10 perguruan tinggi. Sementara pada 2016 ada penambahan dua perguruan tinggi yaitu Universitas Diponegoro dan Universitas Pekalongan. BPPT juga mentargetkan 22 pusat inovasi yang dibangun dan berfungsi, serta 67 perusahaan inovatif yang dihasilkan.
BPPT juga melakukan layanan Audit Teknologi pabrik gula milik BUMN atas permintaan Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Audit teknologi ini bertujuan memberikan rekomendasi kepada Kemenperin mengenai kemampuan pabrik gula dalam mengolah gula putih menjadi gula kristal putih.
Selain itu, BPPT berupaya membawa konsep Smart City atau Daerah Cerdas, yakni suatu daerah yang pemerintah dan masyarakatnya memiliki kemampuan dan prestasi sangat tinggi atau meningkat pesat dalam membawa kemajuan, kualitas kehidupan dan keseimbangan lingkungan di daerahnya serta dalam beradaptasi terhadap dinamika perubahan.
Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA BPPT) yang dipimpin oleh Wimpie AN Aspar berhasil melakukan inovasi dan layanan teknologi modifikasi cuaca untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sumatera. BPPT bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terlibat aktif dalam penanggulangan asap akibat Karhutla melalui penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Provinsi Riau dan Sumatera Selatan. Hingga 2 Agustus 2016, sudah 5,5 Milyar m3 air hujan dijatuhkan untuk membasahi lahan gambut dan berhasil meminimalisir Karhutla.
BPPT bekerjasama dengan beberapa instansi memanfaatkan TMC untuk pengisian air Danau Matano dan Danau Towuti (Sulawesi Selatan), pengisian Waduk PLTA Ir. PM Noor (Kalimantan Selatan), serta pengisian air Waduk PLTA Kotapanjang dan Singkarak (Riau dan Sumatera Barat).
BPPT juga mengembangkan Teknologi Pengolahan Sampah guna mereduksi volume sampah dan pemusnahan sampah yang menghasilkan bonus berupa energi listrik. Pada Mei 2016, BPPT berhasil melakukan Layanan Teknologi Survei Kelautan dengan menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya IV. Survei ini bertujuan menghasilkan data terkini dan terakurat terkait pengelolaan ikan di sebelas wilayah Indonesia.
Selain pengolahan sampah, BPPT mengembangkan inovasi teknologi pengolahan air siap minum (Arsinum). Teknologi yang sudah diaplikasikan lebih dari 50 lokasi ini mampu mengubah air gambut, air asin, air payau, air keruh, air sadah maupun air hujan hingga menjadi air siap minum.
Saat ini, Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) BPPT bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)mengembangkan sistem pemantauan kualitas air sungai secara online dan realtime. Inovasi ini digunakan untuk mengetahui kualitas air sungai dengan hanya membuka pesan pendek di telepon genggam. Peralatan pemantauan telah dipasang di tiga lokasi pada 2015 dan tujuh lokasi pada 2016 di Sungai Ciliwung, Cisadane, Serayu, dan Bengawan Solo. Targetnya sampai 2019 akan terpasang di beberapa DAS di Indonesia.