Menristekdikti Mohamad Nasir dalam acara peletakan batu pertama pembangunan gedung Institut Teknologi Batam (ITEBA) pada Jumat (26/1/2018). Foto: Widiasmi Pangestika/Kemenristekdikti
Technology-Indonesia.com – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meletakkan batu pertama pembangunan gedung Institut Teknologi Batam (ITEBA) pada Jumat (26/1/2018). Menristekdikti juga secara resmi memberikan SK izin operasional ITEBA disaksikan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB).
Menristekdikti mengatakan tantangan menapaki era Revolusi Industri 4.0 sudah di depan mata. Untuk itu, diperlukan beberapa perguruan tinggi dalam bidang teknologi untuk menyokong kompetensi lulusan yang siap menghadapi revolusi industri tersebut.
Salah satu perguruan tinggi yang akan menjadi salah satu penyokongnya adalah ITEBA. Menristekdikti mengimbau agar ITEBA maupun Batam Tourism Polytechnic (BTP) yang dikelola oleh Yayasan Vitka Tirta melakukan terobosan di era Revolusi Industri 4.0.
“Misalnya laboratorium bisa dibuat audiovisual. Ke depan kuliah ada tiga model yang akan dikembangkan yaitu Face to face, blended learning, dan online learning system,” ungkap Nasir.
Menurut Menristekdikti dosen yang mengajar di BTP sebaiknya tidak hanya dari akademisi tapi juga dari industry agar bisa memberikan pemahaman di dunia industri. Meski dosen tersebut tidak memiliki kualifikasi S2, namun bisa dipertimbangkan jika memiliki sertifikasi kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).
“Jangan hanya terkungkung dengan peraturan. Yang penting lulusannya nanti bisa terserap di industri. Jika tidak, kita akan tertinggal di era disruptif inovasi,” tandas Nasir.
Menurut Ketua Pembina Yayasan Vitka Tirta yang juga MenPAN RB, Asman Abnur selain potensi pariwisata yang besar, Batam juga memiliki potensi SDM dalam bidang teknologi informasi (IT).
“Karena itu kami ingin sekali agar SDM yang potensial ini dapat kami didik agar SDM Indonesia berdaya saing. Kini SDM di seputaran Batam, baru kuliah sebentar saja kebayakan sudah ditawari kerja di beberapa negara tetangga,” tuturnya.
Asman mengatakan dirinya ingin mencoba memadukan antara pariwisata dengan teknologi. Menurutnya, industri pariwisata ke depan tidak akan ada matinya.
“Untuk itu perlu SDM yang menguasai industri pariwisata. Keberadaan BTP ini agar bisa menyiapkan SDM yang nantinya memiliki kompetensi di bidang pariwisata,” ucapnya.
Terkait dengan pengembangan teknologi, Asman berharap di Batam bisa dibuat pusat rekayasa teknologi seperti Sillicon Valley di Amerika Serikat. Hal ini karena di Batam telah ada industri digital animasi yaitu Nongsa Digital Park. Letak Batam yang berdekatan dengan Singapura bisa menjadi nilai tambah.
“Industri sekarang ini yang dibutuhkan adalah industri yang memiliki nilai inovasi tinggi. Untuk itu, kehadiran ITEBA diharapkan bisa menjadi penyokong industri inovasi tersebut,” pungkasnya.
ITEBA saat ini baru memiliki dua Fakultas yaitu Fakultas Teknologi Industri dengan program studi Teknik Industri dan Manajemen Rekayasa, serta Fakultas Teknologi Informasi dengan program studi Sistem Informasi, Teknik Komputer, Desain Komunikasi Visual, dan Matematika. Pada kesempatan yang sama ITEBA melakukan penandatanganan kerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).