Intip Super Blood Wolf Moon Di Belahan Dunia

Jakarta – Fenomena super blood wolf moon menghiasi cakrawala di beberapa belahan dunia mulai Minggu (20/1) malam hingga Senin (21/1).

Sejumlah negara di benua Eropa, Afrika, dan Amerika bisa menikmati pemandangan super blood wolf moon dengan jelas.

Mengutip AFP, sejumlah kota seperti Mexico City, Los Angeles, Paris, dan gurun Moroko bisa melakukan pengamatan super blood wolf moon dengan jelas. Sementara pada Senin dini hari, fenomena serupa juga bisa diamati di Amerika dan petang hari di Eropa dan Afrika.

Fenomena ini menjadi istimewa bagi masyarakat di Eropa lantaran gerhana bulan total terakhir terjadi pada Juli 2018 lalu. Sementara fenomena serupa diperkirakan baru akan terjadi pada 2022 mendatang. Kendati tidak semua area di Eropa bisa mengamati super moon hingga 2029 nanti.

Saat puncak gerhana malam nanti, Bulan akan tampak bulat sempurna sekitar tiga jam. Pada satu jam pertama Bulan akan tampak hilang di balik bayangan Bumi. Satu jam berikutnya Bulan akan tampak berwarna merah, oranye, dan merah muda diikuti dengan sinar yang lebih cerah dan bersinar.

Berbeda dengan gerhana pada umumnya, Bulan akan tampak 14 persen lebih besar dan 40 persen lebih cerah dari biasanya. Hal ini karena jarak Bulan dengan Bumi sekitar 358 ribu kilometer.

Super blood wolf moon terjadi ketika Bulan berada di orbit terdekat dengan Bumi (super) dan akan berwarna kemerahan darah (blood) saat jelang terjadinya fenomena gerhana. Hal inilah yang membuat Bulan memantulkan cahaya Matahari menjelang gerhana total.

Sementara sebutan wolf (berarti serigala) diambil dari almanak petani kuno di negara-negara Barat ketika terjadi bulan purnama di bulan Januari.

Kendati demikian, fenomena serupa tidak bisa dinikmati di Indonesia lantaran saat terjadi super blood wolf moon waktu masih siang hari. Indonesia hanya akan kebagian cahaya supermoon sepanjang Senin (21/1) malam.

Selain Indonesia, fenomena serupa juga tak bisa dinikmati oleh masyarakat di London karena cuaca mendung.

Di Indonesia hanya terjadi Supermoon, yaitu fenomena ketika bulan pada posisi lebih dekat dengan bumi karena orbitnya yang berbentuk lonjong atau elips. Hal itulah yang akan membuat bulan terlihat 30 persen lebih bercahaya dan besar ketika berada pada posisi yang lebih dekat dengan bumi.

“Gerhana bulan total tidak bisa diamati di Indonesia. Hanya Amerika dan Eropa,” terang Kepala Lembaga Astronomi dan Penerbangan Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin saat  melalui pesan singkat pada Senin (21/1).

“Gerhana bulan total (blood moon) tidak bisa terlihat karena saat itu di Indonesia siang hari,” lanjutnya.

Sementara itu, super blood wolf moon terjadi ketika bulan berada di orbit terdekat dengan bumi (super) dan akan berwarna kemerahan (blood) saat jelang terjadinya fenomena gerhana. Hal ini terjadi karena Bulan memantulkan cahaya Matahari menjelang gerhana total.

Kendati demikian, Thomas membenarkan bahwa Indonesia setidaknya masih kebagian cahaya supermoon. Fenomena itu akan terjadi hari ini sepanjang malam. “Secara astronomi tidak ada keistimewaan [supermoon pada 21 Januari]. Namun publik tertarik mengamati supermoon, saat purnama terdekat,” ungkapnya.

Berbeda dengan pengamatan gerhana Matahari, gerhana Bulan bisa diamati dengan mata telanjang. Pastikan pengamat berada di tempat yang tidak tertutup awan ketika ingin melihat fenomena ini terjadi.

Dikutip dari CNNIndonesia

You May Also Like

More From Author