Jakarta – Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Kepala BSN Bambang Prasetya mengatakan standardisasi akan menyesuaikan perkembangan revolusi industri, termasuk konsep Masyarakat 5.0.
“Rentang tren industri 4.0 dan konsep Masyarakat 5.0 memang sangat berdekatan, dan kita harus bisa berjalan dalam pada dua era perubahan tersebut. Intinya perubahan ini menuju efisiensi dan itu kunci memenangkan persaingan. Namun dengan syarat mengacu pada mutu di level apapun,” ujar Bambang Prasetya disela-sela Seminar Standardization in a Living “Society 5.0” di Jakarta, Rabu (27/03/2019).
Untuk itu, lanjut Bambang, kemajuan teknologi yang begitu cepat tersebut, perlu diantisipasi. “Salah satunya dari sisi standardisasi. Bisa dibayangkan apabila standardisasi ini tidak ada. Standardisasi ada sejak peradaban manusia itu ada, maka perkembangan standardisasi akan selalu berjalan beriringan dengan perkembangan peradaban. Standardisasi akan selalu menjadi flatform bagi kehidupan manusia,” tegasnya.
Menurut Bambang, pemerintah Indonesia memang baru tahun lalu merespon kebutuhan era industri 4.0 melalui Kementerian Perindustrian dengan mengenalkan Making Indonesia 4.0 yang dicanangkan Presiden Joko Widodo pada April. Industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data. Istilah ini dikenal dengan nama Internet of Things (IoT).
Jepang kemudian menciptakan konsep baru, yaitu “super-smart society” (Society 5.0). Konsep masyarakat 5.0 mengacu pada kecerdasan buatan yang memperhatikan sisi kemanusiaan dan akan mentransformasi jutaan data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan.

Saat ini, tercatat sekitar 223 Standar Nasional Indonesia (SNI) yang mendukung revolusi industri 4.0. Sementara itu, untuk mendukung konsep masyarakat 5.0, capai sekitar 504 SNI. Standar tersebut diantaranya menyangkut keamanan informasi, record management, logistik, dan infrastruktur.
Menurut Bambang, untuk menjamin mutu, keselamatan, dan kemananan dalam menggunakan teknologi inovasi, penerapan SNI menjadi sangat penting. “Tanpa standar dalam menggunakan teknologi inovasi tersebut, produk atau sistem tersebut tidak bisa bekerja secara selaras. Apalagi kaitannya dengan data dan informasi, misalnya drone, robot, keamanan informasi karena melibatkan big data, smart city. Ini menjadi penting sebagai contoh keamanan teknologi informasi sebuah aplikasi atau web. Persoalan ini bisa terjawab dengan standar,” tegasnya.
Dalam seminar ini, hadir Chairman of Japan Society 5.0 Standardization on Promotional Committee Masahide Okamoto, Staf Ahli Menteri PPN Bidang Pemerataan dan Kewilayahan Oktorialdi, Ketua KADIN Rosan Perkasa Roeslani, staff Ahli ICT Kementerian Kominfo Dr. Dedy Permadi, dan Direktur Utama PT Adhya Tirta Batam Benny Andrianto Antonius
Rosan Perkasa Roeslani, Ketua KADIN (Kamar Dagang dan Industri), mengatakan sejumlah perusahaan anggota KADIN telah menerapkan industri 4.0. “Masalah terbesar saat ini terjadi pengurangan tenaga kerja, karena ada beberapa bidang di industri yang digantikan robot,” ungkapnya.
Untuk itu, Rosan mengharapkan para pemangku kepentingan, baik pemerintah, dunia usaha,dan akademisi harus duduk bersama untuk merumuskan kebijakan yang tepat dan sesuai dengan adanya perubahan yang begitu cepat. “Indonesia berkompetisi dengan negara-negara tetangga. Jangan sampai, tren sudah masuk Indonesia, kita baru menyusun regulasinya, “ ujarnya. Saat ini, anggota KADIN tersebar di 34 propinsi, 500 Kabupaten/kota mencapai 462 ribu perusahaan diluar UMKM.
Foto : Aldy, Humas BSN