KTN 2019 Fokus 4 Bidang

Jakarta – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kembali menggelar Kongres Teknologi Nasional. Ada 4 fokus bidang dalam KTN tahun ini yaitu kebencanaan, transportasi perkeretaapian, SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik), dan inkubasi bisnis teknologi.

“Hasil KTN tahun ini diarahkan sebagai bahan masukan kebijakan teknologi kepada pemerintah dalam penyusunan rancangan teknokratis Rencana Pembangunan Jangka Menengah IV,” ujar Kepala BPPT Hammam Riza dalam pembukaan KTN 2019 di Jakarta, Rabu (20/13/2019).

Hadir dalam acara pembukaan Menteri PAN RB Syafruddin, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan jajaran pejabat tinggi lainnya.

Dalam sambutannya, Hammam membandingkan Indonesia dengan Korea Selatan dan Tiongkok yang awal 1960-an ketiganya memiliki kondisi perekonomian yang hampir sama.

“GDP (Gross Domestic Product-red) perkapita Korsel sejak 1973 mulai meninggalkan GDP perkapita Indonesia dan Tiongkok, dan terus melesat sehingga menembus 12.000 dolar pada 1995 atau kategori negara maju,” ujarnya.  

Pada 1978, lanjut dia, GDP perkapita Indonesia selalu sedikit lebih tinggi dibandingkan GDP perkapita Tiongkok.  “Namun sejak krisis ekonomi 1998, GDP perkapita Indonesia turun drastis di bawah GDP perkapita Tiongkok, bahkan menjadi tertinggal jauh,” ungkapnya. 

Saat ini, GDP perkapita Tiongkok tercatat mencapai lebih dari US$8.000. “Sementara Indonesia masih stagnan pada level di bawah 4.000 dolar sejak tahun 2010,” ujar Hammam.

Hammam mengungkapkan salah satu kunci keberhasilan Korsel dan Tiongkok tersebut, dengan membangun kemampuan industri manufakturnya melalui technological learning (belajar dari pihak luar) dan technological development (mengembangkan indigenous technology).

“Indonesia mulai berada di atas Tiongkok pada 1978, karena didorong program transformasi industri yang diinisiasi BJ Habibie. Namun program-program industri strategis dihentikan oleh IMF (International Moneter Fund-red) sejak 1998,” tukasnya.

Kendati demikian, Hammam menegaskan BPPT akan terus  meningkatkan peran inovasi teknologi sehingga mampu mendongkrak peningkatan perekonomian Indonesia secara signifikan. Salah satu indikatornya, yaitu pertumbuhan TFP (Total Factor Productivity)

Tercatat inovasi dan layanan teknologi BPPT memiliki nilai  TFP rentang 2015-2017 sebesar 2,53 persen, atau lebih tinggi dari nilai rata-rata pertumbuhan TFP nasional sebesar 0,9%.

Berdasarkan skenario pertumbuhan potensial pada 2020 -2024, rata-rata pertumbuhan TFP nasional pada akhir tahun 2024 ditargetkan mencapai 1,5% dari pertumbuhan ekonomi nasional.  “Target BPPT rata-rata pertumbuhan TFP BPPT pada 2024 harus mampu capai nilai sebesar 4,21 persen,” tegas Hammam.

You May Also Like

More From Author