Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) meluncurkan tiga skema beasiswa pascasarjana (S-2 dan S-3) di universitas dalam negeri maupun luar negeri. Beasiswa ini bertujuan meningkatkan jumlah tenaga pendidik atau dosen serta ilmuwan di Indonesia yang kompetitif di masa depan.
Tiga beasiswa yang diluncurkan adalah Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN), Beasiswa Afirmasi untuk Perguruan Tinggi Negeri Baru (PTNB), dan Beasiswa Program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Kuota beasiswa keseluruhan sebanyak 1.400 peserta, dengan rincian 1.000 peserta untuk BPP-DN, 150 peserta beasiswa Afirmasi PTNB, dan 250 beasiswa PMDSU.
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti, Ali Ghufron Mukti mengatakan mutu dan kompetensi dosen akan menentukan output lulusan sekaligus reputasi suatu perguruan tinggi. Undang Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan kualifikasi akademik minimum bagi dosen adalah lulusan program magister untuk program pendidikan diploma, dan sarjana, dan lulusan program doktor untuk program pendidikan pasca sarjana.
“Sepuluh tahun sejak Undang-Undang tersebut atau tahun 2015 seharusnya tidak ada lagi dosen lulusan S1. Sementara kita masih punya 34.933 dosen lulusan S1,” kata Ali Ghufron dalam konferensi pers Launching Beasiswa Ristekdikti, di Jakarta, Senin (5/6/2016).
Sedangkan jumlah professor, lanjut Ghufron, masih ada di angka 5.389 orang. Idealnya, Indonesia membutuhkan 22 ribu profesor. Dosen S3 di Indonesia seharusnya sekitar 30 ribu orang, tapi sekarang masih 25.394 dosen.
Dosen yang pensiun tiap tahun sekitar 1.200-2.000 dosen. Hingga tahun 2021 diperkirakan lebih dari 6.000 dosen akan pensiun. Sementara, dalam tiga tahun terakhir, hampir tidak ada perekrutan dosen baru.
“Karena itu untuk memperkuat dan meningkatkan kompetensi dan meningkatkan kapasitas dosen, kita melaunching tiga skema beasiswa. Beasiswa ini menjadi terobosan untuk meningkatkan kapasitas dosen dan mencetak sumber daya iptek dikti dari sarjana unggul,” ujar Ghufron.
Selain itu, Kemenristekdikti berupaya mengatasi kekurangan dosen dengan mempercepat proses pengurusan guru besar yang sebelumnya membutuhkan waktu dua tahun, menjadi dua bulan.
Ghufron menjelaskan, beasiswa jenjang S-2 untuk dosen tetap yang memiliki NIDN atau NUPN diberikan melalui skema beasiswa Afirmasi PTNB. Sedangkan BPP-DN diberikan kepada dosen di lingkup Kemenristekdikti untuk menempuh jenjang S-3.
Sementara PMDSU merupakan beasiswa program percepatan pendidikan untuk lulusan sarjana fresh graduate yang memenuhi kualifikasi menjadi seorang Doktor dengan masa pendidikan 4 tahun yang dibimbing Promotor handal Tanah Air. Pada program ini, peserta PMDSU dituntut menghasilkan minimal 2 buah publikasi hasil riset di Jurnal Internasional.
Selain itu, tersedia tiga beasiswa dosen jenjang S3 (Doktor) ke luar negeri, yakni dilakukan melalui skema Dikti Funded Fulbright ke Amerika Serikat (AS) untuk 50 peserta, dan OeAD dengan Austria untuk 10 peserta. Serta Beasiswa Newton Fund bagi dosen tetap yang akan melanjutkan pendidikan Doktor pada bidang kemaritiman dan ilmu kelautan dengan kuota 8 peserta.
“Untuk ketiga beasiswa dalam negeri, yaitu BPP-DN, Beasiswa Afirmasi, dan PMDSU sudah mulai dibuka pendaftarannya 5 Juni sampai dengan 30 Juni 2017,” pungkasnya.
Artikel terkait : Inilah 3 Beasiswa Kemenristekdikti