Sejarah Panjang Pengamatan Cuaca di Indonesia

alt

Judul Buku : BMKG, 70 Tahun Melayani Masyarakat
Penulis : Tim Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Penerbit : BMKG bekerjasama dengan MAPIPTEK
Tebal : viii + 206 halaman
Cetakan : I, Agustus 2017
 
Technology-Indonesia.com – Sejarah mencatat pengamatan cuaca dilakukan pertamakali pada tahun 1700an saat penjelajahan bangsa Eropa dengan kapal-kapalnya ke kepulauan Nusantara. Pada masa kolonisasi Belanda, penelitian cuaca diawali dr Onnen melalui penakaran hujan di Bogor pada 1841.
 
Penelitian kebumian sebenarnya telah dilakukan para ilmuwan Eropa pada pertengahan abad ke 17 yaitu tahun 1652. Penelitian ini mengawali perburuan rempah dan minyak oleh bangsa Eropa di negeri timur untuk kemudian mengkolonisasi. 
 
Survei rintisan ini mendorong Kolonial Belanda yang telah bercokol di negeri ini sejak awal abad 19 atau tahun 1806 membentuk kelembagaan untuk melakukan pemantauan cuaca dan survei kebumian.Penelitian ini diperlukan untuk mendukung pembukaan perkebunan dan pencarian bahan tambang terutama emas dan minyak  di Nusantara. 
 
Belanda mendirikan lembaga Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi pada 1866 dan mengangkat Dr. Bergsma sebagai Direktur pertama. Selama berdirinya lembaga ini meningkatkan cakupan penelitian cuaca bukan hanya untuk pertanian tapi juga penerbangan. Pada era kolonial Jepang (1942-1945) instansi ini sempat berganti nama menjadi Kisho Kauso Kusho. 
 
Memasuki kemerdekaan RI hingga abad 21 beberapa kali pergantian nama dilakukan mengikuti perubahan pergantian kebijakan pemerintah dan reorganisasi yang dilakukan. Beberapa nama yang pernah terpampang di instansi yang berpusat di Jakarta ini adalah Jawatan Meteorologi dan Geofisika, Lembaga Meteorologi dan Geofisika,  Direktorat Meteorologi dan Geofisika, Pusat Meteorologi dan Geofisika, dan Badan Meteorologi dan Geofisika. 
 
Melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, BMG berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Sejalan dengan pergantian nama itu reskturisasi dilakukan dengan menambah bidang Klimatologi. Penelitian iklim belakangan menjadi fokus dikaitkan dengan gejala perubahan iklim yang kian menguat dengan efek yang menimbulkan cuaca ekstrem  di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Fenomena alam ini menjadi perhatian negara di dunia karena pengaruhnya bagi perekonomian dan pembangunan.
 
Dalam pemantau cuaca dan iklim BMKG meningkatkan kerjasama dengan berbagai lembaga riset dunia antara lain WMO dan NOAA untuk melakukan penelitian atmosfer dan kelautan, antara lain untuk mengetahui kondisi gas karbon di atmosfer dan pemahami fenoma ENSO.
 
Peningkatan kemampuan dan keahlian dan jumlah personel BMKG dilakukan antara lain dengan meningkatkan status Akademi Meteorologi dan Geofisika menjadi Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG). 
 
Dukungan data dan informasi pemantauan dan prediksi cuaca dan peringatan dini bencana hidrometeorologi dan geofisika pun dilakukan BMKG dengan meningkatkan jejaring pemantau MKG dan jejaring layanan komunikasi dan informasi ke instansi terkait dan ke seluruh Indonesia. 
 
Buku yang ditulis dalam rangka 70 tahun BMKG ini mencoba menelusuri rekam jejak peristiwa lahirnya pengamatan dan pengukuran cuaca, iklim, dan geofisika selama 150 tahun di Indonesia. Selama dua periode penjajahan hingga memasuki masa kemerdekaan dan sampai saat ini pengamatan MKG ini tak pernah berhenti.
 
Selain sejarah, buku ini juga mencatat hasil-hasil riset dan inovasi BMKG, potret sumber daya manusia MKG, produk dan layanan BMKG, serta tantangan dan masa depan. Buku ini juga berisi pesan dan kesan dari berbagai tokoh terkait peran BMKG. 
 
Dalam jangka panjang peran BMKG untuk memberikan layanan informasi MKG kian diperlukan. Salah satunya sebagai upaya peredaman dampak bencana hidrometeorologi dan kebumian yang intensitasnya terus meningkat dan skala kebencanaannya kian besar dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia.
 

 

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author