Menko Maritim Indroyono Susilo menegaskan bahwa Indonesia tetap berkomitmen untuk berpartisipasi aktif dalam memenuhi target penurunan emisi karbon. Sebagai satu bukti komitmennya, Indonesia akan menawarkan Inisiatif Jakarta pada saat peringatan konferensi Asia Afrika ke-60 pada April mendatang.
Dalam pengarahan pada International Workshop on Forrest Carbon Emission di BPPT Jakarta, Menko Maritim mengungkapkan bahwa Indonesia bersiap menetapkan standar nasional pengukuran emisi karbon. ”Dengan standar itu, kita akan dapat menngetahui reduksi karbon dalam tujuh tahun terakhir,” kata Indroyono.
Sejak pencanangan reduksi karbon oleh Pemerintah Indonesia di Pittsburgh, AS, tahun 2007, rupanya belum ada standar pengukuran yang menyeluruh dan komprehensif.Pengukuran karbon baru dilakukan secara parsial oleh beberapa lembaga dengan standar yang berbeda-beda. Agar bisa mengakses sumber-sumber pendanaan dan bantuan internasional, Indonesia harus memiliki standar riset dan observasi emisi karbon. Untuk itu, antara lain melalui lokakarya internasdional itu, Menko Maritim berharap para ahli dari dalam dan luar negeri bisa merumuskan standar pengukuran karbon.
Berlangsung tiga hari sampai 5 Maret, lokakarya internasional dihadiri oleh 200 peserta dengan menampilkan 45 hasil riset dan proyek implementasi pemantapan emsii karbon di Indonesia. Acara diadakan BPPT bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, IPB dan Universitas Gottingen, Jerman. Hasil lokakarya akan menjadi masukan untuk menyusun position paper Indonesia pada pertemuan para pihak (COP) ke-21 di paris, Desember 2015. tambah Ketua Penyelenggara Ridwan Djamaludin.
Pada kesemepatan itu, Menko Maritim berpesan agar Indonesia berpartisipasi dalam merumuskan target-target SDG (Sustainable Development Goal) yang akan dibicarakan pada konferensi PBB di New York, September mendatang. Dari sisi kemaritiman, lanjutnya, setidaknya Indonesia berkepentingan pada tiga terget: yaitu target ke 13, 14 dan 15. Target 13 meliputi pelaksanaan aksi segera untuk mengatasi perubahan iklim. Target ke-14 tentang konservasi dan penggunaan lestari sumberdaya laut dan samudra untuk pembangunan berkelanjutan. Dan, target ke-15 adalah melindungi, merestorasi, mendorong pemanfaatan ekosistem teresterial yang berkelanjutan, mengelola hutan berkelanjutan, serta memperbaiki degradasi lahan dan menghentikan penurunan keragaman hayati.
Untuk diketahui, Indonesia berjanji memenuhi target reduksi emisi sebesar 26% pada tahun 2010. Bahkan bisa ditingkatkan menjadi 41% jika mendapat bantuan dana internasional.Untuk mencapai target tersebut berbagai upaya telah, sedang dan akan terus dilakukan. Indroyono menjelaskan, pihaknya akan mendorong riset potensi padang lamun dan mangrove dalam menyerap gas-gas penyebab efek rumah kaca. Dengan luas padang lamun 3,1 juta ha dan mangrive seluas 3,5 juta ha, diperkirakan dari sisi pesisir saja, Indonesia bisa mengurangi emisi karbon sebesar 15 juta ton CO2 per tahun melalui padang lamun dan sekitar 120 juta ton CO2 melalui hutan mangrove.
Beberapa sumber pendanaan untuk riset dan implementasi tersedia. Antara lain dari Global Environment Facility yang menyediakan hibah 4,3 milyar dolar selama periode 2014-2018. Indonesia setidaknya bisa memanfaatkan dana itu untuk tiga proyek: mangrove, pembasahan gambut, dan program rintisan perikanan pantai.