Periset BRIN Widya Fatriasari Kembangkan Penelitian Berbasis Lignin

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Penelitian berbasis lignin mengantar Widya Fatriasari meraih penghargaan periset berprestasi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Lignin adalah polimer kompleks yang ditemukan dalam dinding sel tumbuhan dan berfungsi sebagai perekat dan untuk memberikan kekuatan dan ketahanan terhadap serangan mikroorganisme perusak.

Widya merupakan peneliti di bidang Biomassa dan Bioproduk, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL) BRIN. Saat ini, ia menjabat sebagai ketua kelompok penelitian Bioproduk Berbasis Polifenol sejak 2019.

Sesuai bidang penelitiannya, sejak 2019, Widya diminta menekuni bidang terkait dengan lignin pada Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk (PRBB), ORHL – BRIN. Menurutnya, penelitian berbasis lignin ini sangat ekspansif di dunia.

“Jika kita bisa memanfaatkan lebih dalam lagi, pada kelompok polimer turunannya salah satunya adalah lignin, disini bisa menjadi berbagai macam produk yang potensial,” ujarnya.

Pemanfaatan lignin berdampak secara langsung bagi industri dan lingkungan, hal ini dapat dilihat karena adanya kerjasama kolaborasi dalam industri. Pada 2021, ia bekerja sama dengan PT Greenie Alam Indonesia untuk mengembangkan teknologi ekstraksi lignin dari pelepah pinang dan pemanfaatannya untuk komposit yang arahnya ke produk yang tahan api.

Kerja sama lain pada 2022 dengan PT Solusi Biru Indonesia atau Blue Engine untuk pemanfaatan biomecal pulp, contohnya seperti biomecal pulp yang biasa digunakan di rumah sakit seperti kindey tray dan pispot.

Penelitian biomedical pulp berasal dari jerami padi, sedang dikembangkan dan bisa diimplementasikan di Indonesia atau terutama di rumah sakit. Hasil dari penelitian ini masih dalam tahap pengembangan prototype.

Biomedical pulp sebenarnya berasal dari jerami kemudian dikonversi menjadi pulp, hal itu berarti menghilangkan lignin dahulu untuk memperoleh selulosa, kemudian dicetak sesuai molding dengan cara sesederhana mungkin.

Sifat tahan air biomedical pulp diperlukan jika diaplikasikan pada pispot yang awalnya bisa menampung urine pasien, harus dibuang dalam masa pembuangan sekitar 4 jam, tetapi saat ini sudah menemukan tahan sampai 7 jam dengan teknologi pemanfaatan lignin dan hidrogel. Teknologi ini di Indonesia baru pertama dan belum ada di Indonesia yang semua produknya.

Widya menceritakan perjalanannya sebagai peneliti tidak selalu mulus, pasti ada tantangan yang ia hadapi. “Masalah sepertinya semua periset sama, bagaimanakah kita memanfaatkan fasilitas secara optimal dan membangun jejaring, serta memanfaatkan semua skema yang ada semaksimal mungkin,” imbuhnya.

Saat ini, ia sedang dalam proses untuk mengembangkan riset sebuah produk kecantikan atau kosmetik yang bekerjasama dengan Universitas Mulawarman yang mengembangkan kosmetik berbasis biomassa.

Salah satu produk yang sedang ia kembangkan adalah sunscreen dengan berbahan lignin sebagai zat aditifnya, karena lignin sendiri memiliki sifat antioksidan dan antimikroba yang bisa menangkal radikal bebas.

Menurutnya, hambatan sebagai periset adalah soal fasilitas yang co-sharing, tetapi ia bisa mengatasi hal itu dengan cara bekerja lembur jikalau memang diperlukan.

Namun menurutnya hal yang paling menjadi hambatan ketika ia sedang bekerja adalah bahan-bahan untuk penelitian kedatangan bahannya cukup lambat, tetapi ia tetap bisa mengatasinya dengan cara mengerjakan project dari pihak lain seperti Universitas.

“Beberapa project dengan universitas dan di situ saya switch-switch gitu, biasanya agak mirip-mirip, jadinya saya bisa ngambil bahan dari sana, jadi nanti tinggal tunggu bahan dari pihak universitas, kalau menurut saya riset dan project itu tidak bisa single harus ada dana pendampingnya,” imbuhnya.

Selama karirnya sebagai seorang periset, Widya telah mendapatkan banyak Penghargaan dan telah mendapatkan Hak Paten terhadap penemuan-penemuan dari hasil riset yang telah ia kembangkan.

“Saya kerja kolaborasi contohnya industri dengan Blue Engine ada empat paten dan satu desain industri saya peroleh, memang kerjasama itu karena di dalam ruang lingkupnya harus menghasilkan juga publikasi-publikasi, sedangkan proses paten itu kan dari apa yang saya kembangkan,” imbuhnya.

Harapannya sebagai periset terhadap penemuan yang akan memberikan dampak besar bagi masyarakat di Indonesia.

“Tentunya penelitian akan berujung pada terpakai secara masyarakat ataupun industri jadi kebermanfaatannya itu ternyata itu dirasakan begitu itu harapannya, dan semoga penelitian-penelitian di bidang biomassa dan bioproduk dapat menghasilkan produk-produk ramah lingkungan kemudian memang dibutuhkan oleh masyarakat kita,” jelasnya.

Lalu, ia memberi masukan kepada peneliti muda dibidang yang sama yaitu biomassa dan bioproduk jikalau kolaborasi jangan segan dan untuk terus mencoba setiap peluang yang ada, bisa itu peluang proposal dan sebagainya dan memenuhi persyaratan. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author