Tim EDP Yogyakarta Saat Konferensi Pers Pelepasan Nyamuk Ber-Wolbachia (foto Humas UGM)
Technology-Indonesia.com – Angka kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Yogyakarta masih tergolong tinggi. Hingga saat ini, demam denggi masih menjadi endemis di wilayah ini. Kenyataan ini mendorong tim Eliminate Dengue Project (EDP) Yogya terus mengembangkan metode pengendalian DBD secara biologis dengan menyebar nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia.
Peneliti EDP Riris Andono Ahmad menyebutkan sejak 2016 hingga 2017 EDP telah menyerahkan 7 ribu ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia di tujuh kelurahan di Kecamatan Tegal Rejo dan Wirobrajan. Sebelumnya, pada 2014 telah dilepas nyamuk ber-Wolbachia di beberapa desa di Kabupaten Sleman dan Bantul.
“Saat ini telah selesai penyebaran nyamuk ber-Wolbachia tahap pertama dan akan terus dimonitor sampai 2019. Hasilnya menunjukkan nyamuk ini mampu bertahan dengan jumlah yang tinggi dalam populasi dan tetap konsisten,”paparnya pada Jum’at (16/6/2017) di Ruang Fortakgama UGM.
Riris menjelaskan saat ini masih berlangsung pelepasan nyamuk tahap kedua hingga bulan Oktober 2017. Meski pelepasan belum selesai dilaksanakan, sudah terlihat adanya tren positif peningkatan populasi nyamuk.
“Kita terus melakukan monitoring apakah ada penurunan DBD sampai akhir 2019. Data yang diperoleh nantinya diharapkan bisa memberikan bukti kepada pemerintah bahwa nyamuk ber-Wolbachia mampu menekan angka demam denggi sehingga bisa dijadikan sebagai kebijakan nasional dalam pengendalian DBD,” paparnya.
Koordinator Bidang Pengendali Penyakit dan Masalah Lingkungan (P2MK) Dinas Kesehatan DIY, Trisno Agung Wibowo menyampaikan DBD masih menjadi endemis di DIY sehingga penyakit ini terus ditemukan sepanjang waktu. Angka kejadiannya mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Pada 2010 terjadi 5.121 kasus demam berdarah dan meningkat menjadi 6.318 kasus di 2016.
“Namun terjadi penurunan di tahun 2017. Hingga bulan April 2017 terjadi 332 kasus DBD, sementara sebelumnya hingga April 2016 terjadi sebanyak 444 kasus,” jelasnya.
Kendati terjadi penurunan kasus demam denggi, Trisno menghimbau masyarakat untuk tetap wasapada terhadap penyakit ini. Pasalnya, DIY masih menjadi wilayah endemis penyebaran nyamuk demam berdarah.
“Masyarakat tetap perlu melaksanakan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M,” tegasnya.
Terkait pengendalian demam berdarah melalui pelepasan nyamuk ber-Wolbachia yang dilakukan EDP UGM, Trisno berharap langkah tersebut dapat memberikan dampak positif dalam upaya menekan angka kasus DBD di DIY. Penanggulangan secara biologis ini dapat dikombinasikan dengan pengendalian demam berdarah secara fisik, kimiawi, maupun mekanis.
“Harapannya bisa berkontribusi dalam menurunkan kasus demam berdarah di DIY,” pungkasnya.
