JAKARTA — Adanya mitos menyesatkan membuat penanganan penyakit kanker terkendala. Mitos-mitos inilah yang menyebabkan penyakit kanker tumbuh subur. Kasusnya pun terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Sulit menangani kanker selama mitos sesat terkait kanker masih berkembang di tengah masyarakat,” kata Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Ekowati Rahadjeng, Selasa (5/2), terkait peringatan Hari Kanker Sedunia bertema ‘Hilangkan Mitos Tentang Kanker’, di gedung Kemenkes.
Mitos yang dimaksud antara lain: tak perlu bicara kanker, tidak ada gejala atau tanda-tanda kanker, tidak ada yang bisa dilakukan dengan kanker dan tidak punya hak untuk mendapatkan perawatan kanker.
“Kanker itu jenis penyakit yang bisa disembuhkan. Asalkan ditemukan sejak dini. Peluang untuk sembuh jauh lebih besar ketika kanker ditemukan pada tahapan dinim. Sesungguhnya, semua kanker dapat dicegah dan diobati,” tandasnya.
Ia menegaskan, kanker bukanlah penyakit keturunan, meski ada juga yang karena genetik. Itu artinya semua orang, siapapun memiliki risiko terkena penyakit kanker jenis apa saja.
Karena itu tidak pada tempatnya jika orang menabukan bicara kanker, tidak mau mengetahui kanker atau tidak peduli dengan kanker.
“Dengan mengetahui kanker, orang akan bisa melakukan tindakan pencegahan, bisa melakukan keputusan pemeriksaan ketika mengalami salah satu gejala yang dicurigai kanker,” ujarnya.
Menurutnya, ketidakpedulian orang terhadap kanker, membuat sebagian besar penderita kanker mendatangi rumah sakit pada stadium lanjut. Situasi tersebut jelas akan mempersulit tindakan pengobatan dan penanganannya.
“Kanker itu membutuhkan pengobatan medis yang sifatnya lebih pasti. Sayangnya, pada sejumlah kasus, penderita kanker acapkali lebih percaya pada obat-obatan herbal atau obat alternatif,” ungkapnya.
Melihat hal ini, Kemenkes bekerjasama dengan organisai profesi, LSM dan instansi lainnya terus berupaya melakukan soialisasi tentang deteksi dini kanker.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menyebutkan pada 2005 orang yang mati karena kanker mencapai 7 juta per tahun, kasus baru 11 juta per tahun dan orang hidup dengan kanker mencapai 25 juta.
Pada 2030, kasus tersebut diperkirakan akan meningkat 3 kali lipat. Angka kematian akibat kanker mencapai 17 juta, kasus baru 27 juta dan orang yang hidup dengan kanker mencapai 75 juta. Dari jumlah tersebut 70 persen di antaranya berada di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. (tety)