Jakarta, Technology-Indonesia.com – Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 260 juta jiwa, harus dapat memenuhi kebutuhan pangan nasional dengan memanfaatkan sumber daya hayati yang ada. Salah satunya, pengembangan jamur pangan atau edible mushroom sebagai alternatif sumber pangan fungsional yang memiliki nilai gizi tinggi.
Iwan Saskiawan, Peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan kebutuhan alternatif pangan fungsional telah menjadi perhatian pemerintah, khususnya untuk budidaya jamur dan pengembangan pisang. Khusus untuk jamur, data Kementerian Pertanian RI menunjukkan luas kebun jamur di Indonesia meningkat signifikan dari waktu ke waktu.
“Kecenderungan peningkatan luas tanam budidaya jamur disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kandungan gizi yang tinggi, teknologi budidaya jamur yang ramah lingkungan, kondisi alam yang mendukung, nilai ekonomi yang tinggi, dan peluang pasar yang luas,” terang Iwan dalam Media Briefing “Pangan Fungsional: Jamur dan Pisang” pada Rabu (28/3/2018) di Media Center LIPI, Jakarta. Kegiatan ini bagian dari program Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) XI.
Iwan memaparkan jamur merupakan organisme tingkat rendah yang tidak mempunyai khlorofil (zat hijau daun). Untuk keperluan hidupnya, jamur menyerap nutrisi dari lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis jamur dapat menghasilkan tubuh buah yang berukuran makroskopis, yang dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan.
Dalam ilmu taksonomi (pengelompokan makhluk hidup), jamur merupakan salah satu mikroorganisme yang digolongkan dalam satu kerajaan (kingdom) khusus yaitu Fungi. Kingdom fungi berada di antara plantae dan animalia. Karena itu secara nutrisi dan secara tekstur jamur itu mendekati animalia atau hewan.
Iwan menjelaskan, jamur bisa menjadi bahan pangan fungsional, baik yang bersifat sebagai nutraceutical (jamur segar) maupun nutriceutical (bahan olahan/ekstrasi jamur). Jamur pangan mulai dikembangkan sebagai komoditas sayuran organik yang tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia sehingga menjaga kelestarian lingkungan. Limbah yang berasal dari media tanam jamur pangan dapat diolah dan dijadikan sebagai pupuk organik untuk menjaga kesuburan tanah.
Kandungan gizi dalam jamur juga tinggi. Jamur tiram putih mengandung protein rata-rata 3,5-4 persen dari berat basah, berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering, kandungan proteinnya 19-35 persen, lebih tinggi dari beras yang hanya 7,3 persen, gandum 13,2 persen, dan susu sapi 25,2 persen.
“Jamur tiram putih juga mengandung lemak sebanyak 72 persen. Di dalam jamur, terdapat asam lemak tidak jenuh, sehingga aman dikonsumsi penderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. Lalu, sekitar 28 persen asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalamnya dapat menimbulkan rasa khas yang enak,” jelas Iwan.
Dalam kesempatan yang sama, Ryan Haryo Setiawan Peneliti Puslit Biologi LIPI memaparkan kandungan protein yang dimiliki jamur tiram putih dapat dijadikan sebagai sumber protein murah pengganti daging atau sebagai Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Jamur tiram putih mengandung beberapa senyawa aktif yang bersifat sebagai imunomodulator untuk menjaga daya tahan tubuh dari serangan penyakit.
Menurut Ryan, bubur jamur sebagai MPASI bisa berfungsi untuk pencegahan stunting atau anak bertubuh pendek karena pertumbuhan yang tidak normal. Faktor penyebab stunting antara lain panjang bayi saat lahir, riwayat pemberian ASI, pemberian MPASI terlalu dini, sanitasi dan higienitas, dan lain-lain. “Faktor penyebab stunting sangat dipengaruhi saat 1000 hari pertama kehidupan bayi,” lanjut Ryan.
MPASI yang diformulasikan berbahan baku tepung jamur tiram yang dicampur tepung tempe, susu skim bubuk, dan bahan tambahan lainnya. Saat ini, Puslit Biologi LIPI berhasil membuat prototype yang menyerupai produk komersial. Puslit Biologi LIPI juga mengembangkan jamur tiram sebagai bahan baku yogurt dan es krim.
“Puslit Biologi LIPI akan terus melakukan penelitian jamur tiram putih dan jamur lainnya ini meliputi aspek biologi, teknik budidaya, serta produk olahan pangan fungsional,” pungkasnya.