Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merespon pandemi Covid-19 dengan membentuk Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC-19) pada 15 Maret 2020. TFRIC-19 ini telah menghasilkan berbagai produk inovasi penanganan Covid-19. Pada 2021, ekosistem inovasi teknologi ini dilanjutkan dengan peluncuran TFRIC-19 Tahap 2 Tahun 2021 atau TFRIC-19 Next Generation.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan TFRIC-19 dibentuk dengan tugas menginisiasi pengembangan solusi multi dimensi dengan dukungan peneliti dan perekayasa lintas disiplin dan lintas institusi. TFRIC-19, yang beranggotakan 8 institusi litbang pemerintah, 18 perguruan tinggi, 4 kalangan industri, 6 startup, 3 rumah sakit, dan 15 komunitas.
“Misi utama TFRIC-19 adalah mengembangkan sebuah model solutif untuk mengatasi pandemi dengan mengedepankan konsep ekosistem yang selain dapat mengakomodir kebutuhan berbagai teknologi dalam pengelolaan pandemi, juga sekaligus dapat mengkanalisasi berbagai potensi para peneliti dan perekayasa Indonesia dalam satu platform bersama,” terang Hammam saat Peluncuran TFRIC-19 Tahap 2 Tahun 2021 dalam Webinar Ekosistem Inovasi Teknologi Penangangan COVID-19: Peta dan Upaya Penguatannya pada Rabu (19/5/2021).
Menurut Hammam peluncuran ini dalam rangka penguatan penanganan pandemi Covid-19 dan menjaga serta memperkuat ekosistem inovasi TFRIC-19 yang telah terbangun.
Pada kesempatan tersebut, Hammam mengutip pesan Presiden Joko Widodo saat melaksanaan pemantauan parameter penanganan pandemi dan mencegah meluasnya Covid-19 di berbagai daerah. Peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi selepas masa libur panjang ini sangat menghantui, karena ada perbandingan dari berbagai negara yang mengalami second wave bahkan third wave.
“Kita akan terus menguatkan semangat untuk mengatasi pandemi ini dengan seluruh pengalaman yang ada dan meningkatkan serta menjaga kewaspadaan. Kita tetap melaksanakan protokol kesehatan, tetapi tidak menyurutkan kita untuk bergiat di dalam riset dan inovasi di dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan yang muncul akibat pandemi Covid-19,” tutur Hammam.
TFRIC-19 tahun 2021 ini, terang Hammam, diarahkan pada lima aksi utama. Pertama, aksi penguatan kajian keekonomian dan teknologi yang meliputi kajian rantai pasok, kajian supply demand, kajian pra komersialisasi, kajian kesiapan industri manufaktur, kajian Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), audit teknologi, dan kajian peta ekosistem inovasi.
Kedua, aksi inovasi teknologi alat kesehatan meliputi inovasi ventilator ICU, Direct Digital Radiography (DDR), kit pengukur kadar antibodi kuantitatif, dan rapid test antigen.
Ketiga aksi inovasi teknologi suplemen kesehatan meliputi suplemen kesehatan berbasis bawang putih terfermentasi (black garlic), suplemen kesehatan berbasis beta glucan (polisakarida hasil fermentasi yeast), dan suplemen dalam bentuk biskuit padat gizi yang diperkaya dengan vitamin dan mineral.
Empat, aksi penguatan data sains dan aplikasi kecerdasan buatan. Beberapa aktivitas antara lain inovasi aplikasi artificial Intelligence (AI) untuk deteksi Covid-19, database biosprospeksi tanaman obat, mikroba dan senyawa berpotensi obat untuk Covid-19 dan penyakit infeksi lainnya, sebagai data set artificial intelligence.
Lima, aksi penguatan kerjasama komersialisasi dan media. “Aksi ini diharapkan dapat memberikan muatan positif pada aksi-aksi inovasi produk yang dikembangkan konsorsium TFRIC sekaligus juga menjadi ajang pembuktian kolaborasi dan sinergi yang akan dijalankan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional,” pungkasnya.