BPPT Bangun Ekosistem Inovasi Teknologi Penanganan Covid-19 Melalui TFRIC-19

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pandemi Covid-19 menimbulkan banyak dampak negatif, terutama menyangkut kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Pada sektor kesehatan masyarakat, pandemi yang terjadi secara masif ini menimbulkan permasalahan ketersediaan peralatan kesehatan, termasuk berbagai macam peralatan diagnostik dan peralatan perawatan kesehatan.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan pandemi global Covid 19 yang melanda seluruh negara di dunia menjadi persoalan berat yang dihadapi umat manusia. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 267 juta jiwa memiliki spektrum permasalahan yang cukup kompleks. Mulai dari sebaran penduduk di wilayah kepulauan, sampai belum meratanya kualitas pelayanan kesehatan, termasuk dalam hal kemampuan memeriksa dan mendiagnosa penderita Covid-19.

“Salah satu simpul terpenting untuk mengurai kompleksitas permasalahan terkait pandemi yang dihadapi adalah dengan mengedepankan solusi berbasis inovasi dan teknologi,” kata Hammam dalam Webinar Ekosistem Inovasi Teknologi Penanganan Covid-19: Peta dan Upaya Penguatannya pada Rabu (19/5/2021)

BPPT merespon kondisi tersebut dengan membentuk Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk penanganan Covid-19 (TFRIC-19) yang bertugas menginisiasi pengembangan solusi multi dimensi dengan dukungan peneliti dan perekayasa lintas disiplin dan lintas institusi. TFRIC-19, yang beranggotakan 8 institusi litbang pemerintah, 18 perguruan tinggi, 4 kalangan industri, 6 startup, 3 rumah sakit, dan 15 komunitas.

“Misi utama TFRIC-19 adalah mengembangkan sebuah model solutif untuk mengatasi pandemi dengan mengedepankan konsep ekosistem yang selain dapat mengakomodir kebutuhan berbagai teknologi dalam pengelolaan pandemi, juga sekaligus dapat mengkanalisasi berbagai potensi para peneliti dan perekayasa Indonesia dalam satu platform bersama,” terang Hammam.

Setelah terbentuk, TFRIC-19 dibagi menjadi lima sub-task force, yang terdiri dari tes non PCR (Rapid Diagnostic Test Kit) yang di dalamnya ada empat jenis kegiatan, termasuk rapid test kit untuk deteksi antigen dan microchip biosensor untuk deteksi antigen Covid-19; tes PCR (swab test); sistem citra medis berbasis artificial intelligence (AI); pemetaan whole genome sequencing origin orang Indonesia yang terinfeksi untuk pengembangan obat dan vaksin; serta sarana dan prasarana alat kesehatan, termasuk di dalamnya Lab Mobile BSL2 dan ventilator.

“Kelima hal ini membentuk sebuah rantai atau ekosistem dari teknologi yang dibutuhkan dalam melaksanakan testing, tracing, tracking, detecting, isolating, dan treating, yang memang harus dijalankan untuk memutus penyebaran Covid-19,” tuturnya.

Tiga bulan sejak pembentukannya, TFRIC pada 20 Mei 2020 telah menghasilkan produk-produk alkes yang sangat dibutuhkan pada saat itu. Presiden Joko Widodo memberikan apresiasi dan meluncurkan beberapa produk inovasi TFRIC-19 di Istana Negara, yaitu rapid test diagnostik, PCR tes kit, ventilator darurat, dan mobile laboratory BSL2. Pencapaian ini menjadi momentum bagi kebangkitan inovasi teknologi dan wujud terbangunnya ekosistem inovasi teknologi untuk mengatasi Pandemi Covid-19.

Menurut Hammam, terbangunnya ekosistem riset, inovasi, dan teknologi sebagai model untuk mendapatkan solusi komprehensif dalam menghadapi pandemi, adalah suatu terobosan besar terkait dengan upaya penyelesaian masalah secara sistematik dan konstruktif. Model solusi dengan pendekatan ekosistem dalam menghadapi Covid-19 yang dikembangkan melalui TFRIC-19 ini, secara holistik dan paralel telah menginisiasi proses hilirisasi inovasi di berbagai bidang sekaligus.

Konsep model ekosistem solutif ini, lanjutnya, jika dapat terus dikembangkan maka akan banyak potensi hasil riset yang dapat dihilirisasi serta mampu melalui “jembatan lembah kematian” (valley of death). Hammam berharap model ekosistem riset dan inovasi teknologi yang diperkenalkan melalui TFRIC-19 dapat direplikasi bahkan dimagnifikasi sebagai salah satu model pendekatan solutif bagi berbagai permasalahan bangsa yang bersifat multi dimensi.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengapresiasi langkah BPPT yang telah menginisiasi dan mengkonsolidasikan para periset khususnya di bawah TFRIC-19 yang dimulai sejak awal pandemi Covid-19. “TFRIC-19 masih terus dilanjutkan mengingat pandemi belum selesai dan kita juga masih masih terus diharapkan untuk mendukung dari sisi riset,” lanjutnya.

Handoko mengungkapkan, pada tahun ini BRIN akan fokus pada pengembangan vaksin dan alat deteksi/ skrining. Dua hal ini masih menjadi poin utama yang menjadi masalah besar pada penanganan pandemi Covid-19 yang belum tahu kapan bisa berakhir. Handoko berharap, seluruh periset di penjuru tanah air bisa bahu membahu untuk membantu dan mendukung upaya penanganan Covid-19.

“Kita siap mendukung para periset di seluruh tanah air untuk melakukan upaya terbaiknya dalam menghasilkan invensi yang sebagian kita harapkan bisa menjadi inovasi yang mampu memberikan kontrbusi riil bagi bangsa dan negara kita,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author