Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) meluncurkan kit diagnostik untuk deteksi penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan cangkang kapsul dari rumput laut. Kedua produk tersebut merupakan hasil kerekayasaan dan inovasi BPPT di bidang kesehatan.
Kepala BPPT, Unggul Priyanto mengatakan kit diagnostik ini merupakan salah satu prototipe produk untuk deteksi dini dan deteksi non dini penyakit DBD. Dengan teknik kromatoimunografi, kit diagnostik dapat mendeteksi keberadaan antigen NS one (NS 1), suatu glikoprotein yang terakumulai pada plasma sel yang terinfeksi virus dengue. Antigen ini muncul lebih awal dibandingkan antibodi.
“Penyakit demam berdarah bisa dideteksi lebih awal dengan menggunakan kit diagnostik ini. Selain itu Kit diagnostik ini juga dirancang untuk mendeteksi antibodi dari virus nyamuk demam berdarah di dalam serum darah pasien terduga menderita DBD,” jelas Kepala BPPT di Pameran Lab Indonesia, Jakarta Convention Center, Jakarta pada Rabu (4/4/2018).
Dalam pengembangan dan inovasi Kit Diagnostik DBD, BPPT bekerjasama dengan Badan Litbang Kementerian Kesehatan dan Yayasan Hepatika Mataram untuk melengkapi kebutuhan teknologi dan validasi teknis terhadap prototipe produk kit diagnostik ini. BPPT juga bermitra dengan Tanaka Kikinzoku Jepang dan PT Kimia Farma untuk melakukan produksi dan komersialisasi Kit Diagnostik DBD.
“Semoga prototipe sediaan Kit Diagnostik DBD ini, segera dapat difinalisasi menjadi sediaan kit diagnostik yang fungsional melalui rangkaian uji fungsi secara klinis, di produksi dan digunakan untuk mempercepat deteksi dan tindakan penanganan demam berdarah di Indonesia,” harap Kepala BPPT.

Hasil inovasi BPPT kedua yang dikenalkan adalah cangkang kapsul dari rumput laut yang merupakan salah satu bahan sediaan tambahan yang sangat penting dalam industri obat. Ketersediaan cangkang kapsul dalam Jumlah yang cukup, kualitas yang terjamin dan memiliki penerimaan masyarakat yang tinggi sangat diperlukan.
Melalui tahapan dan proses inovasi para perekayasa BPPT telah berhasil mengembangkan teknologi yang tepat untuk mengolah rumput laut menjadi sediaan cangkang kapsul yang memenuhi persyaratan kefarmasian dan keekonomian.
“Dengan menggunakan bahan baku rumput laut yang sangat melimpah dan halal, produk cangkang kapsul ini diharapkan mempunyai daya saing yang tinggi secara ekonomi dan dapat diterima baik oleh masyarakat pengguna,” papar Kepala BPPT.
Pembuatan kapsul yang diformulasi dari bahan rumput laut merupakan upaya diversifikasi produk aplikasi rumput laut yang diolah di dalam negeri. Kapsul yang ada saat ini dibuat dari gelatin yang bahan bakunya adalah impor. Gelatin merupakan bahan yang berasal dari tulang atau kulit hewan.
“Seringkali kapsul menjadi pertanyaan masalah kehalalan dari bahan baku, dengan adanya rumput laut ini bahan baku dari rumput laut maka kita harapkan keraguan masyarakat terhadap masalah ini akan bisa diatasi. Kapsul yang diformulasi dari bahan rumput laut tidak menggunakan bahan yang berasal dari hewan sehingga cocok bagi vegetarian serta lebih terjamin halal,” ungkapnya.
Inovasi kapsul rumput laut yang diberi nama Rulindo Caps merupakan produk kapsul rumput laut pertama yang siap diproduksi industri kapsul dalam negeri. Sejak awal pengembangannya BPPT melibatkan mitra industri PT. Kapsulindo Nusantara, mulai dari prototipe hingga iterasi berbagai tahap pengujian dan uji coba produksi skala industri.
“Rulindo Caps secara fisik memiliki penampilan yang sangat baik, dan memenuhi standar kefarmasian dan keekonomian, sehingga diharapkan dapat meningkatkan diversifikasi produk rumput laut dalam negeri dalam rangka menuju kemandirian,” pungkasnya.