Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Pusat Teknologi Material (PTM) berhasil mengembangkan implan tulang Stainless Steel 316L dari bahan baku lokal. Implan tulang ini lebih murah 70 persen dari harga implan tulang impor.
Direktur PTM BPPT, Asep Riswoko mengatakan implan tulang ini menggunakan bahan baku utama Ferro-Nickel lokal dari Pomala, Sulawesi Tenggara. “Uji produksi massal 500 implan di industri telah dilakukan dan dapat mereduksi harga implant 60% sampai 70% dibandingkan harga implan tulang impor yang setara,” ungkapnya dalam Media Gathering BPPT di Jakarta, Selasa (19/4/2016).
Menurut Asep, efisiensi tanpa mengesampingkan kualitas terus diupayakan oleh PTM BPPT. Upaya penyediaan alat kesehatan berbahan baku lokal ini dilakukan dengan memberi nilai tambah sumber daya lokal sehingga dapat memperkuat industri nasional.
Kebutuhan nasional alat kesehatan (alkes) implan untuk penyelenggaraan jaminan kesehatan sangat tinggi. Angka kecelakaan lalu lintas yang tinggi serta meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia, membutuhkan implan kerusakan tulang.
Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2012 menyebutkan belanja total alkes RI mencapai kurang lebih Rp 7 triliun. Mayoritas belanja alkes sekitar Rp 6.74 triliun berasal dari impor, kontribusi industri manufaktur lokal alkes hanya sekitar empat persen. Padahal, potensi pasar alkes di Indonesia cukup besar mencapai 6 persen dari PDB.
Asep mengatakan contoh produk implan buatan BPPT telah memenuhi syarat material medis kedokteran orthopedi. Kekuatan mekanik bahan implan juga sesuai standar internasional (ASTM F 138/ISO 5832-1 dan ASTM A 276).
Asep berharap inovasi ini dapat dijadikan produk implan generik nasional yang efektif untuk pelayanan kesehatan masyarakat. “Semoga ijin edar Kementerian Kesehatan segera keluar. Implan tulang berbahan baku lokal bisa menjadi angin segar bagi peserta BPJS,” pungkasnya.