Jakarta, Technology-Indonesia.com – Universitas Syiah Kuala (USK) mengukuhkan Dr. Ir. Hammam Riza Yusuf, M.Sc. IPU sebagai profesor bidang kecerdasan artifisial pada Senin, 21 Februari 2022. Pengukuhan dilaksanakan dalam Sidang Terbuka Senat USK yang yang berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh.
Prof. Hammam dalam orasinya berjudul “Lompatan Inovasi Teknologi Kecerdasan Artifisial Menuju Indonesia 2045,” memaparkan bahwa teknologi Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Artifisial (KA) berkembang sangat pesat dan membuat dampak yang besar di seluruh dunia, melalui pemanfaatannya di lingkungan pribadi, komunitas, bisnis, bahkan berpengaruh pada proses politik
Kecerdasan Artifisial, terangnya, telah mempengaruhi semua disiplin keilmuan, ekonomi, dan industri. Berbagai aplikasi KA dikembangkan dengan dukungan percepatan infrastruktur komputasi dan sains data.
Prof. Hammam menerangkan bahwa sistem KA merupakan hasil dari penggabungan pembelajaran mesin (machine learning), big data, komputasi super, komputasi awan, dan jaringan 4G/5G yang mampu mendorong transformasi digital di berbagai sektor pembangunan.
“Para pemangku kepentingan seperti pemerintah, industri, akademisi, dan, organisasi masyarakat sipil atau komunitas harus berkolaborasi memanfaatkan teknologi KA ini, bakan Presiden RI pun menyampaikan untuk menggunakan KA dalam pelayanan publik pemerintahan sebagai upaya reformasi birokrasi,” ujar Prof. Hammam yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) periode 2019-2021.
Prof. Hammam menambahkan dalam lima tahun kebelakang, KA memasuki era baru, memberikan manfaat seluas imajinasi kita. Hal ini dipicu oleh berbagai terobosan yang dicapai pada ranah aplikasi yang dapat dikelompokkan atas machine learning, computer vision, dan natural language processing. Saat ini ketiga teknologi KA tersebut juga telah dipakai di berbagai aplikasi cerdas yang kita gunakan.
Dalam upaya menghadapi kemajuan pesat teknologi global, berbagai negara bahkan telah membuat Strategi Nasional (Stranas) KA. Indonesia juga harus memiliki Stranas KA agar dapat berdaya saing dan mandiri serta tidak tertinggal dalam pemanfaatan teknologi KA.
Pada 2020, di awal pandemi Covid-19, BPPT melalui kolaborasi quad helix berbagai institusi pemerintah, universitas (termasuk Universitas Syiah Kuala), lembaga litbangjirap (penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan), industri serta komunitas merumuskan Stranas KA 2020-2045.
Stranas KA 2020-2045 telah diluncurkan pada Hari kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) pada 10 Agustus 2020. “Rumusan strategi nasional ini menjadi arah kebijakan nasional untuk kesiapsiagaan dan perencanaan nasional agar mampu memanfaatkan secara optimal perkembangan teknologi KA di tanah air,” tuturnya.
Stranas KA menandai kesiapan pemerintah dalam menyiapkan regulasi dan kebijakan penguasaan teknologi KA, pengembangan talenta nasional, mengembangkan program penelitian-perekayasaan yang potensial, mempertahankan daya saing ekonomi dengan didukung KA, serta memastikan pemanfaatan teknologi KA yang bertanggung jawab.
“Ini mensejajarkan Indonesia dengan lima puluh negara lainnya yang telah mengadopsi KA. Tujuannya agar kita dapat berdaya saing serta mandiri dan tidak tertinggal dalam pemanfaatan teknologi KA secara global,” tegasnya.
Prof Hammam juga menyampaikan bahwa perkembangan teknologi KA, tidak terlepas dari teknologi ABCD yaitu AI, Blockchain, Cloud, (Big) Data Science yang begitu pesat.
“Hal ini menuntut kita untuk terus berbenah, menyiapkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana pendukung, serta menyiapkan talenta muda KA agar mampu menghadapi perkembangan dari teknologi tersebut,” imbuhnya.
Menurutnya, di era Revolusi Industri 4.0, pemanfaatan KA dan sains data menjadi keniscayaan. Untuk itu, dalam upaya mewujudkan visi Universitas Syiah Kuala sebagai universitas yang inovatif, mandiri, dan terkemuka, diperlukan penguatan dalam riset dan pendidikan, khususnya dalam KA dan sains data.
Pada kesempatan tersebut, USK juga mengukuhkan Dr. Faisal, SE., M.Si., MA dan Dr. Rusli Yusuf, M.Pd, sebagai profesor. Rektor USK, Prof. Dr. Samsul Rizal menilai kepakaran ketiga profesor baru ini juga sangat penting bagi kemashalatan umat.
Salah satunya, kepakaran Prof. Hammam pada bidang kecerdasan buatan sangat penting untuk pengembangan teknologi di Indonesia. Mengingat teknologi kecerdasan artifisial berkembang sangat pesat dan dapat berperan signifikan dalam mengatasi berbagai persoalan di setiap aspek kehidupan.
Samsul Rizal mengatakan semua sektor, termasuk perguruan tinggi, harus bergerak bersama melakukan pengembangan kecerdasan artifisial. Kajian ini juga dapat mendorong USK untuk lebih memaksimalkan perannya dalam menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi di bidang kecerdasan artifisial dan berdaya saing global.