Sistem Monitoring DAS Berbasis IoT dan Citizen Science

TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE) mengembangkan beberapa sistem monitoring daerah aliran sungai (DAS) berbasis internet of things (IoT) dan citizen science.

Peneliti Ahli Utama PREE BRIN, Hunggul Yudono Setio Hadinugroho menjelaskan, pengembangan sistem ini dimulai dari keprihatinan para peneliti terhadap kejadian-kejadian di lapangan, serta pentingnya kebijakan yang berbasis data.

Sistem ini bertujuan untuk mendorong kebijakan pengelolaan DAS berbasis data, mengintegrasikan data dan informasi DAS dalam satu sistem informasi, serta melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat dan praktisi, dalam pengumpulan data.

“Semua ini diawali dari kegelisahan para peneliti ketika melihat banyak kejadian. Hal ini juga sejalan dengan peraturan yang menerangkan bahwa kebijakan harus berbasis bukti, dan berbasis data meskipun terkadang instrumen untuk mengakuisisi data itu sendiri belum tersedia, kalaupun ada harganya mahal sehingga jumlahnya tidak murni untuk kebutuhan,” ungkap Hunggul dalam Webinar Jamming Session ke-11 pada Kamis (18/07/2024).

Kegiatan yang diinisiasi oleh Kelompok Riset (Kelris) Pengelolaan DAS Terpadu ini mengusung tema “Pemanfaatan & Pengembangan Teknologi Instrumentasi Monev DAS Partisipatif Berbasis Penginderaan Jauh dan IoT”.

Hunggul juga menjelaskan bahwa yang menjadi dasar dalam Pengembangan Sistem Monitoring DAS Berbasis IoT dan citizen science antara lain mendorong terwujudnya kebijakan pengelolaan DAS yang berbasis data, mengintegrasikan data dan informasi DAS dalam satu sistem informasi, serta melibatkan berbagai stakeholser.

Selain itu, juga mengintegrasikan berbagai bidang ilmu antara lain teknik RS dan GIS, Computer programing/pendayagunaan AI, elektronika dan instrumentrasi, dan melibatkan berbagai peran serta masyarakat dalam prose pengumpulan data yang sangat terkait dengan kehidupan mereka.

“Bagaimana cara mengintegrasikan data dan informasi dalam satu sistem informasi yang sudah diakses, mudah dibaca, dan kemudian mudah dirumuskan ketika ada kegiatan berasal dari data informasi yang ada. Yang paling penting melibatkan stakeholder potensial yang tidak hanya pembuat kebijakan, tetapi juga sampai ke kalangan masyarakat atau kalangan praktisi,” kata Hunggul.

Integrated Watershed Monitoring System yang masih dalam pengembangan, merupakan suatu sistem yang berbasis web yang mengintegrasikan beberapa aplikasi untuk memantau air, udara, lahan, dan sosial kelembagaan. Dengan demikian, data-datanya terintegrasi dengan menggunakan teknologi yang dikombinasikan.

Salah satu alat yang digunakan dalam Integrated Watershed Monitoring System, adalah Very Early Warning System (VEWS), yaitu sistem untuk peringatan dini bencana banjir dan longsor. Sistem ini dikembangkan secara partisipatif dengan pendekatan Citizen Science yang melibatkan perangkat desa berserta murid dan guru sekolah dasar. Pendekatan ini juga ditujukan untuk meningkatkan literasi dan kesadaran bencana sejak usia dini.

“Mengapa VEWS yang digunakan, karena kalau biasanya banjir itu dari tinggi muka air, kemudian longsor dari gerakan tanah, sedangkan VEWS yang akan dikembangkan ini lebih dari itu, jadi tidak dari tinggi muka air, tetapi dari curah hujan yang akan berpotensi menghasilkan perbahan tinggi air, begitu juga dengan pergerakan tanah longsor yang dimulai dari kelembaban tanah,” jelas Hunggul.

“VEWS sudah diaplikasikan di Banjarnegara dan Wonosobo, dan sekarang dicoba diaplikasikan di Semarang, basisnya bisa terbaca di web aplikasi berbasis android,” sambungnya.

Pada 2023 dikembangkan ATHUS yang dimodifikasi ModATHUS, ini menjadi instrumen deteksi dini longsor berbasis IoT dengan menggabungkan sensor akuisisi data curah hujan, sensor kelembaban dan suhu udara sekitar, sensor kelembaban tanah, GPS, serta sensor orientasi 3D untuk mendeteksi gerakan tanah.

“ATHUS kita pasang di hulu-hulu DAS yang memang tidak terjangkau oleh alat-alat BMG ataupun alat-alat lainnya. Sementara hulu-hula DAS adalah sumber utama penyebab banjir sehingga kita perlu mengakses data di situ dan yang mengamatinya adalah anak-anak sekolah,” ungkap Hunggul.

ModATHUS dilengkapi sensor berbasis IoT yang merupakan kerja sama peneliti dengan MBKM sehingga bisa menduga real time data tentang kelembaban tanah, data dengan kelembaban udara, termasuk orientasi 3D. Tidak hanya pergerakan tanah, tetapi juga kelembaban dan curah hujan yang menyebabkan kelembaban tanah yang memicu longsor.

Selain VEWS dan ATHUS, ada juga SI TERKA (Sistem Determinasi Teknik Rehabilitasi Lahan dan Konservasi tanah) presisi berbasis android dan web, ini dikembangkan dengan pendayagunaan artificial Inteligent (AI).

Aplikasi ini digunakan untuk memanfaatkan data dan informasi spasial, data tanah, dan parameter lingkungan lainnya, termasuk data sosial kelembagaan, investasi kebijakan. Selain itu juga ditujukan untuk memberikan solusi yang inovatif dan mudah diakses bagi para pemangku kepentingan, termasuk petani dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan lahan dan konservasi tanah dan air.

Instrumen yang lainnya adalah waterQ (Sistem monitoring kualitas dan kuantitas aliran sungai) dan SI PUBER (Sistem dan Instrumen Pemantauan Polutan Udara Bergerak).

WaterQ merupakan perangkat monitoring kualitas dan kuantitas aliran sungai yang dilengkapi dengan sistem informasi berbasis web dan android untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi kualitas dan kuantitas real time, mengintegrasikan berbagai sensor, sesuai dengan posisi penempatan WaterQ.

Data kualitas dan kuantitas air yang diperoleh dari waterQ dapat dimanfaatkan instansi pengguna di beberapa sektor sebagai acuan dalam pengelolaan bahan pencemaran perairan dan upaya mitigasi bencana banjir.

Sementara SI PUBER dirancang untuk mengatasi kelemahan pemantau statis, menggabungkan lima sensor untuk akuisisi data parameter kualitas udara, serta modul GSP dan komunikasi Data.

“Diintegrasikan dalam ojek online berbasis GPS untuk menjangkau lebih banyak lokasi, dengan cepat, dengan sebaran spasial dan temporal yang kontinu dan lebih aplikatif serta murah dibandingkan instrumen pemantauan statis,” pungkas Hunggul. (Sumber brin.go.d)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author