Bersembunyi Dibalik Calling Card

calling_card
Pengamat Teknologi Informasi (TI) Abimanyu Wachjoewidajat, mengatakan praktisi Telematika mengetahui secara teknis keberadaan Nazaruddin dengan cara melacak mantan bendahara umum Partai Demokrat saat berdialog dengan salah satu stasiun televisi.

Bagaimana cara melacaknya? Durasi yang lama pembicaraan antara Nazaruddin dengan presenter televisi yang mewancarai bisa menjadi awal keterlacakan orang yang paling dinanti kehadirannya di negeri ini. Namun sayangnya suara Nazaruddin yang terdengar lewat telepon ini tak bisa dilacak keberadaannya.

Menurut Abimanyu Nazaruddin tak mungkin sebegitu lugu hingga berani menelepon tanpa memastikan keamanannya. Berdasar kualitas suara dari percakapan yang terjadi, ia yakin Nazaruddin tak menelepon dari perangkat selular. Besar kemungkinan ia menelepon menggunakan Calling Card (CC).

Hal ini bisa diketahui melalui beberapa hal. Pertama, berkomunikasi dengan orang menggunakan CC memiliki pola suara yang persis seperti yang terjadi pada Nazaruddin, yakni terdapat jeda.

Kedua, CC merupakan cara termudah berkomunikasi secara aman dan anonymous (tidak diketahui) karena bisa dibeli dimana saja, bahkan tanpa perlu identitas. Ketiga, CC umumnya menggunakan teknologi VoIP (komunikasi via internet). Yakni, menggunakan infrastruktur atau mediasi pengantar secara digital via internet.

Pada teknologi ini, karena ujungnya analog, maka konversi kualitas suaranya jadi berkurang. Terlebih saat terdengar suara ponsel berbunyi saat ia berbicara di MetroTV pada detik 0:46-0:53 dan 1:22-1:25, seperti diungkap Abimanyu pada INILAH.COM.

Selain melalui CC, metode aman lain yang bisa dipakai Nazaruddin adalah Call Conference (CF). Melalui metode ini, Nazaruddin berkomunikasi dengan rekannya terlebih dahulu kemudian rekannya tersebut melakukan panggilan ke MetroTV atau TVOne.

Setelah terhubung, Nazaruddin dan MetroTV atau TVOne bisa berbicara dan rekan Nazaruddin diam. Melalui cara ini, nomor yang tercatat pada pesawat penerima adalah nomor rekan Nazaruddin, bukan nomor Nazaruddin.

Salah satu kunci pembuka misteri ini terletak pada kedua stasiun TV tersebut. Meski begitu, Abimanyu mentakan Nazaruddin bisa saja menelepon langsung ke jaringan PSTN stasiun TV. Cara ini juga sangat mungkin dan biasanya juga menurunkan kualitas suara.

Namun, karena adanya UU pers yang melindungi narasumber, polisi menjadi tak mudah melakukan pelacakan, kecuali mencari info ke Telkom guna memeriksa incoming call bila benar melalui PSTN yang nomornya pasti sangat banyak.

Selama Nazaruddin memakai salah satu dari dua cara tersebut atau bahkan gabungannya, maka  Abimanyu menegaskan masa kebebasannya bisa lebih lama lagi.

Sementara  pengamat telekomunikasi Budi Raharjo seperti diungkap Inilah.com  mengatakan ada beberapa cara melakukan pelacakan Nazaruddin lewat sambungan teleponnya. Pelacakan bisa melalui call records, melakukan tracking dan pelacakan memanfaatkan BTS operator.

Melalui call records, detil lokasi dan lainnya bisa diketahui dan terlihat jelas. Metode tracking bisa diterapkan saat yang bersangkutan melakukan panggilan telepon. Namun sayangnya, proses pelacakan melalui metode ini memakan waktu yang sangat lama.

Pelacakan melalui BTS operator juga bisa dilakukan namun pihak berwenang harus bekerjasama terlebih dahulu dengan operator di luar negeri. Meski tak bisa secara tepat menunjuk lokasi, melalui BTS, area tempat buronan ini bisa diketahui.

Sedangkan untuk melacak lokasi buronan ini melalui Blackberry Messenger BBM, kerjasama dengan Research In Motion dan operator di luar negeri menjadi suatu keharusan. Jika Nazaruddin berada di luar negeri, pemerintah atau pihak berwajib tak bisa berbuat apa pun.

Namun harus ada kerjasama terlebih dahulu dengan operator di luar negeri agar pelacakan bisa terus dilakukan lanjut Budi. Jika Nazaruddin di Indonesia, pelacakan bisa dilakukan dengan sangat mudah.***

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author