Jakarta, Technology-Indonesia.com – Huawei berkolaborasi dengan mitra strategis serta para pemangku kepentingan dalam ekosistem energi terbarukan menggelar konferensi bertema “Green, the New Fashion”.
Konferensi bertujuan mendorong kerja sama antara para pemangku kepentingan dalam ekosistem tersebut untuk menggerakkan laju transformasi energi hijau Indonesia menuju target nol emisi karbon pada 2060.
Andy Liu, CEO Huawei Digital Power Indonesia, mengatakan selain dikenal sebagai penyedia teknologi informasi dan komunikasi (TIK), Huawei juga merupakan penyedia solusi bagi industri daya.
“Kami menghadirkan solusi-solusi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi daya dan mendigitalisasi industri secara keseluruhan,” kata Andy Liu melalui keterangan tertulis pada Selasa (9/8/2022).
Andi melihat tenaga surya sebagai sumber energi baru terbarukan yang berpeluang besar menjadi salah satu sumber daya utama di Indonesia.
“Dengan potensi daya puncak pada kondisi optimal melebihi 3.000 Gigawatt-peak (GWp), kita harus memaksimalkan tenaga surya agar dapat memberdayakan transformasi industri daya Indonesia menjadi lebih hijau, ramah lingkungan, serta membuka lapangan kerja yang semakin luas dan menghasilkan dampak yang dirasakan seluruh rakyat Indonesia,” tuturnya.
CEO Indonesia Power, Ahsin Sidqi mengatakan Indonesia Power dan Huawei berkolaborasi untuk membangun ‘bisnis energi masa depan’ yang berbasis green and clean electricity. Bersama Huawei, pihaknya siap mendukung gelaran KTT G20 di Bali dan menyediakan energi baru terbarukan dengan harga terjangkau, memangkas emisi karbon, serta menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.
“Wujud nyata kerjasama telah direalisasikan dalam pengembangan pembangkit PLTS land-based berkapasitas 4.25 MWp dengan Battery Energy Storage System 3.0MW/1.84 MWh di Nusa Penida, sebagai bagian dari program hibridisasi pembangkit diesel eksisting,” terangnya.
CEO Pertamina Power Indonesia, Dannif Danusaputro menjelaskan bahwa Pertamina sedang bertransformasi dari perusahaan minyak dan gas menjadi perusahaan energi yang komprehensif, termasuk menyediakan energi baru terbarukan seperti tenaga surya.
Selain mengurangi emisi karbon, energi baru terbarukan juga dapat menghasilkan potensi ekonomi yang sangat besar bagi Indonesia. “Seiring bertambahnya permintaan terhadap Solar PV, Pertamina akan bekerja sama dengan Huawei untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi produksi, serta keandalan daya,” katanya.
Senada, Wirawan, Direktur Operasional Pembangkitan Jawa-Bali mengatakan bahwa PLN berambisi menjadi perusahaan listrik bersih dengan cara mengurangi setara dengan 900 juta ton karbon dioksida dalam bentuk total cost of ownership (TCO) pada tahun 2060.
Menurutnya, pemilihan teknologi yang efisien dan dapat menghasilkan dampak maksimal, didukung dengan pengetahuan dan wawasan baru, merupakan salah satu komponen utama dari strategi PLN untuk menjadi penyedia listrik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Kami menantikan kolaborasi lebih lanjut dengan pengembang teknologi seperti Huawei yang dapat menawarkan solusi-solusi yang diperlukan Pembangkitan Jawa-Bali,” sebutnya.
Mengingat peran penting tenaga surya dalam pembangunan ekonomi hijau dan terbarukan, Andhika Prastawa, Ketua 2 Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) menilai bahwa peluang bagi pemain industri masih terbuka lebar.
Ketertinggalan kapasitas sebesar 100 megawatt total daya yang dihasilkan dari tenaga surya dibandingkan dengan target 6 gigawatt pada tahun 2025 merupakan peluang usaha, sekaligus permasalahan yang perlu dipecahkan seluruh pemangku kepentingan.
“Padahal, tangkapan tenaga surya melalui Solar PV dapat diskalakan ke besaran gigawatt hanya dalam hitungan tahun. Ini juga akan membantu tercapainya target penggunaan energi terbarukan yang ditetapkan untuk 2025,” kata Andhika.
Karena itu menurut Andhika, perlu kolaborasi antara pemerintah, PT. PLN, dan industri swasta nasional, termasuk Huawei sebagai penyedia teknologi, untuk memperluas pemanfaatan Solar PV di seluruh Indonesia, baik untuk ukuran rumah tangga maupun industri.
Bramantya, General Manager Net Zero Hub, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) menjelaskan bahwa Net Zero Hub merupakan upaya nyata KADIN untuk mendorong sektor swasta agar turut menyukseskan komitmen net zero carbon nasional melalui pemanfaatan energi terbarukan.
“Semakin ketatnya regulasi mancanegara serta kebijakan korporasi mewajibkan kita untuk beradaptasi dan merealisasikan upaya-upaya yang pro terhadap pemanfaatan energi baru terbarukan di seluruh industri dan lini,” terang Bramantya.
Pemanfaatan energi terbarukan secara menyeluruh adalah sebuah tantangan yang multi-dimensional dan kompleks, namun pihaknya mengapresiasi para mitra yang hadir mengembangkan dan menyediakan solusi untuk membantu kami menjawab tantangan tersebut.
“Huawei melalui solusi TIK-nya memainkan peran kunci dalam percepatan digitalisasi penyediaan daya dan pemanfaatan energi baru terbarukan, yang akan mempertahankan daya saing industri lokal di kancah global,” paparnya.
Mengutip International Energy Agency (IEA), penghasil utama emisi karbon secara global adalah listrik, industri, dan transportasi. Sektor listrik dan transportasi masing-masing menyumbang 40% dan 21% dari total emisi karbon dunia, sementara sektor TIK mengkonsumsi 4% dari produksi listrik global.
Untuk mencapai target nol emisi karbon, produksi listrik rendah karbon dan konsumsi energi listrik adalah suatu keharusan. Huawei Digital Power bekerja sama dengan jajaran mitranya untuk terus melakukan inovasi dalam produksi dan konsumsi energi guna mewujudkan hasil yang ramah lingkungan dan rendah karbon, di antaranya melalui Smart PV, digitalisasi energi, fasilitas daya situs, fasilitas pusat data, dan mPower.
Huawei memegang teguh janjinya untuk bumi yang lebih hijau, yakni “Tech for a Better Planet”, seraya terus melakukan investasi untuk upaya-upaya menekan emisi karbon, mendorong energi terbarukan, berkontribusi pada ekonomi sirkular, dan pelestarian lingkungan dengan teknologi.
Hingga saat ini, Huawei Digital Power telah membantu pelanggannya menghasilkan 443,5 miliar kWh energi hijau, menghemat 13,6 miliar kWh energi listrik, dan memangkas emisi karbon dioksida hingga 210 juta ton, atau setara dengan menanam 290 juta pohon.