TechnologyIndonesia.id – Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi solusi strategis untuk memenuhi kebutuhan energi bersih dan berkelanjutan di tengah krisis iklim global. Dengan potensi matahari yang melimpah, Indonesia dapat mempercepat transisi energi sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah melakukan berbagai riset atau penelitian mengenai PLTS. Bahkan BRIN telah memanfaatkan PLTS Apung On Grid untuk kebutuhan internal di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) B.J. Habibie, Serpong.
Lektor Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir (PRTRN)-BRIN, Ignatius Agus Purbhadi Wirgiyanto dalam kegiatan Knowledge Sharing and Gathering (KSG) PRTRN, Selasa (24/6/2025), menjelaskan bahwa PLTS Apung On Grid tersebut ditempatkan di atas danau, penggunaannya untuk mensuplai kebutuhan listrik di Masjid Bahrul Ulum yang berada di KST Serpong.
Dalam kegiatan tersebut, Ignatius menjelaskan bahwa PLTS Apung yang ada di Kawasan BRIN Serpong bertipe On Grid, dengan kapasitas sebesar 5 kWP. PLTS ini memiliki daya maksimal sebesar 5,36 kWP dengan sistem On Grid.
“Sistem ini adalah sistem yang terhubung dengan jaringan yang ada, di sini berarti jaringan PLN, tidak bekerja sendiri tapi tersambung dengan PLN. Kelebihan energi yang dihasilkan bisa diekspor ke jaringan PLN tetapi tidak memberikan kontribusi seperti pengurangan biaya,” jelasnya.
Ignatius melakukan analisa mengenai performa dari PLTS Apung yang ada di lokasi tersebut dengan berbagai parameter dan simulasi. Hal tersebut untuk mengetahui efektivitas dan performa dari PLTS Apung On Grid.
“Kami membandingkan pengukuran nyata dengan simulasi Pvsyst untuk menilai kinerja dari PLTS, untuk menganalisa digunakan standar IEC 61724, dengan parameter kunci diantaranya ada Yield Factor, Yield References, Performance Ratio, dan Capacity Factor,” ungkap Ignatius.
Menurutnya, hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukan kalau PLTS Apung On Grid memiliki performa dan efisiensi yang baik, namun tetap dapat dikembangkan lebih lanjut di masa depan.
“Dari segi analisis menunjukan performa yang sangat baik, namun memang agak sedikit berbeda dengan hasil simulasi maksimal, hal tersebut karena PLTS memang dipasangkan semacam limiter agar tidak terjadi kelebihan daya yang terbuang terlalu banyak, salah satu alasan karena adanya regulasi yang membatasi” jelasnya.
Ignatius menambahkan bahwa teknologi floating photovoltaics FPV sangat menjanjikan tetapi tetap memerlukan pengoptimalan lebih lanjut, salah satunya adalah mengoptimalkan beban yang dipasok dengan daya keluaran FPV.
Kepala PRTRN-BRIN, Topan Setiadipura dalam acara tersebut mengungkapkan, kemampuan memahami teknologi PLTS dapat memberikan insight baru dalam pengembangan teknologi reaktor.
“Teknologi PLTS memang berbeda dengan teknologi reaktor, akan tetapi tema dan kompetensi narasumber sangat bermanfaat dalam pengembangan energi reaktor. Ke depan, kombinasi antara renewable, terutama SMR (Small Modular Reactor) dan micro reaktor akan semakin banyak,” kata Topan. (Sumber: brin.go.id)
PLTS Apung On-Grid di BRIN Serpong Miliki Efisiensi dan Performa Baik
