Terlepas dari pro dan kontra pembangunan PLTN di Indonesia, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir tetap diperlukan.
Ketua Dewan Guru Besar Universitas Indonesia, Biran Affandi mengatakan Indonesia akan maju jika menguasai ilmu dan teknologi nuklir. “Soal dibangun atau tidaknya pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) itu soal lain,” ujar Biran disela diskusi “Perlukah PLTN dibangun di Indonesia untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Nasional,” di Kampus UI,Depok, Selasa (19/4).
Menurut Biran, penguasaan pengetahuan dan teknologi nuklir di Indonesia saat ini jalan di tempat. Ia menyontohkan Indonesia memiliki doktor spesial nuklir namun tidak bisa berbuat banyak. ”Doktor spesialis nuklir kita seperti mati segan hidup tak mau,” tegas Biran.
Sebenarnya lanjut Biran, pada kondisi damai energi nuklir bisa dimanfaatkan untuk bidang kesehatan. Sayangnya, penguasaan pengetahuan nuklir sampai saat ini tidak mengalami kemajuan signifikan.
Biran juga berpendapat pembangunan pembangkit tenaga nuklir di Indonesia belum waktunya. ”Karena Indonesia masih memiliki alternatif energi lainnya seperti, angin, matahari, laut. Selain itu saat ini resistensi yang menolak PLTN masih tinggi,” ujarnya.
Sejalan dengan itu panelis dari Komisi VII DPRI Zulkifli, mengatakan meski berat untuk membangun PLTN dalam waktu dekat tetapi kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi teknologi harus dipacu termasuk nuklir.
Zulkifli menjelaskan mengapa berat bagi Indonesia jika membangun PLTN dalam kurun 10-20 tahun ke depan. Hal ini dipicu adanya perubahan mental model di Komisi VII DPR RI saat ini.
”DPR sebelumnya menyetujui rencana pemerintah membangun PLTN karena adanya mental model yang sama yaitu dalam menghadapi krisis energi. Tetapi dengan adanya peristiwa Fukushima mental modelnya berubah. Berat, jika PLTN akan dibangun dalam 10-20 tahun ke depan. Mungkin PLTN baru bisa menjadi alternatif energi pada 30-40 mendatang,” paparnya.
Sementara Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Umiyatin Hayati Triastuti pada kesempatan sama mengatakan dalam rencana pembangunan jangka panjang membangun PLTN bukan merupakan tujuan tetapi sebagai alat ketahanan energi.
”PLTN dalam rencana pembangunan jangka panjang menjadi instrumen alternatif sumber energi,” ujarnya. Namun pelaksanannya harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. ***