Investor Migas Perlu Kepastian Hukum

Sektor Migas memerlukan modal sekitar US$ 23 juta per tahun untuk aktifitas eksplorasi. Kepastian hukum, penyederhanaan perizinan dan pemberian insentif fiskal akan menarik investor pada industri Migas di Indonesia.

Lukman Mahfoedz, Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan cadangan minyak dan gas (migas) sangat besar dan potensial. Namun karena berbagai faktor, industri migas Indonesia sedang terpuruk.

Tumpang tindihnya peraturan antara pusat dan daerah, serta antar departemen membuat panjangnya mata rantai pengurusan di industri migas. “Untuk mengurus perizinan pengeboran migas, kita harus melengkapi perizinan sebanyak kurang lebih 80 item,” ujarnya di sela acara IPA 38  Press Conference di Jakarta, Indonesia (5/5).

Kendala lain menurut Lukman adalah permasalahan pertanahan yang memerlukan energi serta investasi besar. Padahal, sudah ada kontrak yang ditandatangani oleh pemerintah dengan swasta, berupa Kontrak Produksion Sharing (PSC), Join Operation Body (JOB)  dan Technical Assistant Contract (TAC) atau dalam bentuk lain. “Walau kontrak sudah ditandatangani, tidak mudah melakukan kegiatan usaha migas. Masih banyak lagi perizinan yang mesti dilengkapi,” terang Lukman

Kepastian hukum pada industri migas di Indonesia sangat dibutuhkan oleh Investor. Ketidaktertarikan investor dalam melakukan ekplorasi migas di Indonesia karena panjangnya perizinan.  “Untuk mendapatkan kelengkapan perizinan pengeboran sumur ekplorasi, bisa memakan waktu empat sampai lima tahun,” katanya.

Sebenarnya, Indonesia masih merupakan negara tujuan investasi sektor migas bagi investor dalam negeri maupun asing. Cadangan gas Indonesia sangat tinggi. “Belum lagi shell gass yang kita miliki juga sangat mengiurkan untuk diproduksi,” lanjutnya.

Menurut Lukman, dalam dekade tahun 80an, industri migas Indonesia sangat baik. Saat itu, produksi minyak Indonesia mencapai angka 1,2 juta barel/hari. Sekarang, produksi migas hanya 800 ribu barel/ hari.

Lukman berharap pemerintahan mendatang bisa lebih baik dalam mengelola sektor energi, baik itu energi fosil, non fosil dan energi terbarukan. Albarsah

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author