Hermawan Kartajaya: Integrasi Teknologi dan Manusia Kunci Maksimalkan Potensi Pasar

TechnologyIndonesia.id – Dalam dunia yang berkembang pesat, pemahaman dan adaptasi terhadap tren global dan lokal sangat penting dalam pengambilan keputusan bisnis. Kondisi global dan Indonesia saat ini dapat dianalisis melalui lima faktor utama atau 5D (Drivers), yaitu politik, ekonomi, budaya sosial, teknologi, dan pasar.

Di tengah ketidakpastian politik yang sedang melanda, perubahan teknologi menjadi faktor yang paling signifikan. Perusahaan harus berhati-hati dan siap beradaptasi dengan perubahan teknologi untuk bertahan dan berkembang dalam ketidakpastian politik dan ekonomi.

Hermawan Kartajaya, Founder & Chair of MCorp menyampaikan hal tersebut saat mengulas “Tech x Human: PRODUCT Management” dalam seminar HK Master Class Series 5 Episode 2 pada Selasa (30/7/2024). Dalam sesi ini, Hermawan Kartajaya menekankan pentingnya integrasi antara teknologi dan manusia dalam menjalankan bisnis di era sekarang yang penuh ketidakpastian.

Integrasi antara teknologi dan manusia menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi pasar dan menjawab tantangan global. Teknologi telah mengalami demokratisasi yang pesat, dari era bercocok tanam, hingga industri informasi, hingga saat ini dimana internet, artificial intelligence (AI), dan, robotika menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Teknologi AI saat ini berada dalam persaingan ketat dengan berbagai platform seperti GPT, Gemini, Copilot, dan Llama. Meskipun tidak ada satu AI pun yang sempurna, teknologi ini harus dimanfaatkan secara bijaksana untuk mendukung kemajuan tanpa mengendalikan kehidupan manusia.

Penting untuk memastikan bahwa teknologi tetap mendukung dan tidak menggantikan peran manusia dalam pengambilan keputusan dan kreativitas.

“Teknologi ini sekarang bersaing semua, AI bersaing mulai dari GPT, Gemini, CoPilot, sampai Llama. Mereka semua ini bersaing sampai nanti paling hanya 3 yang bertahan. Kita, manusia tidak bisa membendung AI. Tetapi kita juga harus ingat, tidak ada satu pun AI yang sempurna. Makanya itu, teknologi memang harus digunakan, tetapi jangan sampai teknologi yang mengontrol kita,” ujar Hermawan Kartajaya.

Selaras dengan pandangan ini, Buku Marketing 6.0: The Future is Immersive karya Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan menjelaskan bahwa pemasaran masa kini sudah memasuki era baru dengan tiga tahap penting, yaitu Multi, Omni, dan Meta.

Pemasaran Multi mencakup pendekatan pemasaran yang menggunakan channel offline dan online secara terpisah, Omni merupakan integrasi antara channel offline dan online, sedangkan Meta menggambarkan pengalaman yang imersif dan holistik yang menggabungkan berbagai elemen teknologi dan manusia.

Hermawan juga menyinggung peran penting Generasi Z, yang mencakup 32% dari populasi dalam dinamika politik dan ekonomi Indonesia. Dengan pesimisme mereka terhadap kondisi ekonomi, penting bagi strategi politik dan bisnis untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan pandangan mereka agar lebih efektif. Memahami dan menanggapi perspektif Generasi Z akan menjadi kunci keberhasilan di masa depan.

Untuk menjawab tantangan ini, Hermawan menyebutkan bahwa strategi pemasaran saat ini harus mengadopsi pendekatan dual: brand building dan volume making. Brand building fokus pada kualitas produk, inovasi, dan kepercayaan pelanggan untuk membangun dan memperkuat merek di pasar.

Sementara itu, volume making berfokus pada harga terjangkau dan efisiensi untuk meningkatkan volume penjualan secara signifikan. Dalam mencapai kedua tujuan ini, integrasi antara teknologi dan manusia dalam komunikasi pemasaran menjadi sangat penting.

Channel offline seperti toko fisik dan layanan pelanggan lebih fokus pada hubungan personal dan dengan customer. Sebaliknya, saluran online seperti media sosial dan situs web memanfaatkan teknologi untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan lebih cepat. Kualitas produk dan layanan jadi titik utama komunikasi offline, sedangkan portofolio produk dan kisah sukses merek lebih ditekankan di online,” jelas Hermawan Kartajaya.

Pendekatan ini juga perlu disesuaikan dengan segmen pasar yang berbeda. Generasi Baby Boomers dan Gen X membutuhkan kredibilitas dari produk dan merek, karena mereka cenderung lebih loyal terhadap brand yang mereka percayai.

Sementara itu, Generasi Y dan Z lebih mengutamakan pengalaman pelanggan yang baik dan interaktif. Untuk Generasi Alpha, interaksi yang berkelanjutan dan hubungan jangka panjang dengan merek menjadi sangat penting untuk membangun loyalitas sejak dini.

Implementasi dual strategy di industri membutuhkan pendekatan yang seimbang antara teknologi dengan manusia. Dengan demikian, perusahaan dapat mencapai hasil yang optimal dalam pemasaran dan penjualan, menggabungkan kekuatan inovasi teknologi dengan sentuhan personal yang tak tergantikan. (Ilustrasi pixabay.com/geralt)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author