Prof. Dr. Mukh Syaifudin, Profesor Riset Bidang Biologi Radiasi

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir terbukti berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Radiasi banyak digunakan di bidang kesehatan, pertanian, industri, maupun energi. Di bidang kesehatan misalnya, radiasi dapat digunakan untuk membantu pengendalian penyakit infeksi seperti tuberculosis (TB) dan malaria.

Peneliti Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Dr. Mukh Syaifudin mengatakan, di balik manfaat radiasi yang besar tersebut terdapat potensi bahaya radiasi yang dapat mengakibatkan efek biologi yang merugikan seperti katarak, penyakit jantung, dan kanker.

“Untuk menekan atau mencegah efek radiasi pada sel, sejumlah senyawa terbukti memiliki daya protektif seperti cystein, dimetilsulfoksida, dan ampisilin,” ungkap Mukh Syaifudin dalam Orasi Pengukuhan Profesor Riset bidang biologi radiasi di Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta Selatan, Kamis (27/12/2018).

Peneliti kelahiran Purworejo, 1 Juni 1965 ini mengungkapkan, seiring pemanfaatan radiasi, perlu dilakukan program proteksi radiasi. Pekerja radiasi di industri, rumah sakit dan instansi lain harus dipantau secara rutin paparan dosis ekterna yang diterima menggunakan dosimeter fisika yaitu Thermoluminescence dosimeter (TLD).

“Namun dalam keadaan darurat yang melibatkan masyarakat, TLD tidak berguna sama sekali. Karena itu dikembangkan metode biologi atau biomarker untuk pengkajian dan perkiraan dosis radiasi,” terangnya saat menyampaikan orasi berjudul, “Biomarker Pajanan Radiasi Pengion untuk Pengkajian Dosis Radiasi: “Antisipasi Penerapan Teknologi Nuklir di Indonesia.”

Biomarker radiasi adalah materi biologi yang dapat berubah setelah terkena pajanan (exsposure) radiasi yang dapat digunakan sebagai indikator atau penanda (marker) efek radiasi. Di samping untuk perkiraan dosis, biomarker juga dapat digunakan untuk penelitian kerentanan seseorang terhadap radiasi dan deteksi awal efek kesehatan akibat radiasi.

Menurutnya, penelitian untuk mengkaji marker biologi sebagai dosimeter biologi untuk manusia telah dilakukan sejak 1990, terutama kromosom disentrik yang merupakan marker “gold standard” karena memiliki beberapa kelebihan. Biomarker lainnya adalah mikronuklei (MN) yang memiliki bentuk yang lebih sederhana, mudah dikenali, dan perhitungannya relatif lebih cepat daripada disentrik.

Biomarker kromosom disentrik dan MN, lanjutnya, terbukti sangat membantu dalam menangani korban kecelakaan radiasi seperti di Chernobyl dan Fukushima. Meskipun kecelakaan radiasi ini sangat jarang terjadi namun situasi yang muncul akan sangat serius. Uji aberasi kromosom disentrik dan MN ini meskipun sudah mapan, menurutnya, masih perlu dikembangkan.

Berbagai penelitian dan pengembangan terkait efek radiasi yang telah dilakukan menjadi modal dasar dalam pengkajian biodosimeter dalam mendukung program keselamatan radiasi. Salah satu program ini telah diaplikasikan pada penduduk di Mamuju, Sulawesi Barat yang memiliki radiasi alam tinggi. Sejak 2011 telah dilaksanakan pemeriksaan aberasi kromosom (sitogenetik), kerusakan DNA sel limfosit serta biomarker protein terkait perbaikan kerusakan DNA pada darah penduduk setempat.

“Analisis ini dilengkapi dengan pemeriksaan kesehatan penduduk setempat untuk melindungi masyarakat dan mendorong perumusan mitigasi yang tepat agar dampak negatif dapat dihindarkan,” terangnya.

Perjalanan Karir

Putra dari Bapak Amat Ridwan (alm) dan Ibu Siti Asiyah (almh) ini menamatkan SDN Kedungpucang, Bener di Purworejo pada 1976, SMPN V Purworejo pada 1980, dan SMA Muhammadiyah Purworejo pada 1983. Mukh Syaifudin memperoleh gelar Sarjana Kimia dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada 1988. Ia memperoleh gelar Doktor dari Department of Radiation Biologi and Medical Genetics, Graduate School of Medicine Osaka University, Jepang tahun 2002.

Sesuai bidang kompetensinya, Mukh Syaifudin pernah mengikuti beberapa pelatihan seperti Diklat Keahlian Dasar (DKD) di Batan (1989); Internal Dosimetri Service di Environmental Radiation and Toxicology Laboratory (ERTL), Utah University USA (1995); Teknik imaging untuk uji resistensi bakteri TB berbasis nuklir di Department of Microbiology, Seoul National University, Korea Selatan (2005); dan The RCA Post-Doctoral Fellowship Program on “Establishment and Development of Multiple Biodosimetry System” di Radiobiology Laboratory Korean Institute of Radiological and Medical Sciences (KIRAMS), Korea Selatan (2007).

Pelatihan lainnya, training Sporozoite as vaccine candidate for malaria di Jichi Medical University Jepang (2010); Genetics of malaria parasites and its culture di University of Malaya, Malaysia, 2014; Comet assay di Sekolah Hayati, Institut Teknologi Bandung (ITB), 2014; dan Statistik untuk Penelitian Kedokteran di PSTNT BATAN Bandung (2015).

Suami dari Faizatun Nuryati ini bekerja di Batan sejak 1989 dan  sedang menduduki jabatan Kepala Kelompok Radiobiologi. Jabatan fungsional penelitinya diawali sebagai Peneliti Pertama tahun 2002, Peneliti Muda tahun 2005, Ajun Peneliti Madya pada 2009, Peneliti Utama golongan IV/d tahun 2012, dan memperoleh jabatan Peneliti Utama golongan IVe bidang Biologi Radiasi tahun 2015.

Mukh Syaifudin telah melahirkan 144 karya tulis dan publikasi ilmiah, baik ditulis sendiri maupun bersama dengan penulis lain dalam bentuk buku, bagian buku, jurnal, prosiding, dan makalah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah nasional dan internasional, serta buletin.

Ia ikut serta dalam pembinaan kader ilmiah, di antaranya sebagai Penguji S-3 di Universitas Udayana; Pembimbing penguji mahasiswa Pasca Sarjana (S-2) di SITH-ITB, Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; Pembimbing/Penguji mahasiswa S-1 di ISTN Jakarta, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Negeri Semarang Universitas Brawijaya, D4 STTN BATAN, Universitas Al- Azhar Indonesia, dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mukh Syaifudin juga merupakan peneliti utama Riset Intensif Kemenristek (2009-2010); Peneliti Utama pada DIPA PTKMR (1995-1997 dan 2003-sekarang). Serta pengajar mata kuliah Fisika Proteksi Radiasi pada Program Pasca Sarjana (S-2) Jurusan Radiologi, Fakultas Kedokteran UI (2017-2018).

Ia juga aktif dalam beberapa organisasi antara lain menjadi Anggota The Japanese Cancer Research Association pada 1998-2002; Perhimpunan Peneliti dan Pengguna Hewan Laboratorium Indonesia pada 2012-2013; Himpunan Kimia Indonesia (HKI) pada 2005-2013; Anggota South Pacific Environmental Radioactivity Association (SPERA) pada 2016.

Ayah dari Saifa Rahmi Haritsa dan Harits Ahmad Fasa ini menerima tanda penghargaan Satya Lencana Karya Satya X-Tahun (1999), dan XX-Tahun (2009) dari Presiden RI.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author