Prof. Dr. Ir. Ali Asgar, MP, Profesor Riset Bidang Teknologi Pascapanen

Technology-Indonesia.com – Dr. Ir. Ali Asgar, MP dikukuhkan menjadi profesor riset bidang teknologi pascapanen oleh Majelis Profesor Riset Kementerian Pertanian (Kementan) di Bogor pada Selasa (29/10/2019). Dalam orasi ilmiah berjudul “Inovasi Teknologi Pascapanen Kentang untuk Pengembangan Agroindustri” Ali Asgar memaparkan keberhasilannya mengembangkan inovasi cara penyimpanan dan pengemasan umbi kentang untuk menekan kehilangan hasil dan menjaga kualitas.

“Menghadapi pasar kentang dunia yang semakin kompetitif dan meningkatnya persyaratan kualitas serta keamanan pangan, dituntut adanya perbaikan teknologi pascapanen dan pengolahan,” papar Ali Asgar dalam Orasi Pengukuhan Profesor Riset di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Bogor pada Selasa (29/10/2019).

Dalam orasinya, Ali Asgar memaparkan bahwa konsumsi kentang per kapita di Indonesia antara 1,56-2,29 kg/orang/tahun pada tahun 2011-2015 dan sedikit menurun pada 2017 menjadi 2,22 kg/kapita/tahun2. Dari tahun ke tahun permintaan akan produk berbahan dasar kentang makin meningkat. Saat ini, jumlah restoran fast food di Indonesia yang memperkenalkan french fries berkembang cepat. Supermarket juga menjual frozen french fries.

Beberapa industri pengolahan telah memproduksi produk kentang seperti potato chips dan tepung kentang. Industri pengolahan ini membutuhkan sekitar 20-40 ton kentang segar per hari. Salah satu perusahaan penghasil keripik kentang terbesar di Indonesia memerlukan bahan baku kentang industri lebih dari 50.000 ton per tahun. Sementara di Indonesia saat ini terdapat 3-4 pabrik keripik besar, belum termasuk pabrik keripik dengan skala industri rumah tangga.

“Dari segi produksi kentang, terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Produksi kentang meningkat dari 1,09 ton tahun 2012, menjadi 1,16 juta ton pada tahun 2017,” katanya.

Umbi kentang, terang Ali Asgar, merupakan benda hidup yang mengandung air kurang lebih 80 persen dan masih melakukan respirasi dengan mengambil oksigen dan melepaskan karbondioksida serta energi panas meskipun telah dipanen. Karena itu, umbi kentang disebut sebagai produk yang mudah rusak (perishable product). Mikroorganisme (cendawan, bakteri, viroid, virus) dan hama (potato tuber mouth) juga dapat menyebabkan umbi rusak dan membusuk

Pada proses panen dan setelahnya, dapat terjadi kehilangan hasil panen yang dapat mengakibatkan penurunan kuantitas dan kualitas kentang. Di Indonesia kehilangan hasil panen kentang dapat mencapai 25 persen. “Kehilangan hasil panen tersebut dapat terjadi dalam waktu beberapa hari sampai beberapa minggu pada penanganan yang dilakukan secara tradisional. Untuk memproduksi kentang sampai dapat dipanen memerlukan waktu sekitar tiga bulan,” lanjutnya.

Beberapa inovasi teknologi pascapanen kentang segar telah diperkenalkan untuk memperpanjang umur simpan. Teknologi tersebut diantaranya adalah teknologi pendinginan, teknologi pergudangan, metode penyimpanan dan teknologi pelapisan lilin. “Sampai saat ini teknologi pendinginan merupakan teknologi yang paling ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang yang pada umumnya ditujukan untuk mempertahankan kesegaran kentang,” terangnya.

Menurut peneliti kelahiran Subang, Jawa Barat pada 1 Maret 1957 ini, penanganan pascapanen dan pengolahan kentang harus diperbaiki dengan menerapkan teknologi baru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi sehingga memperkuat daya saing kentang Indonesia. Dalam orasinya, Ali Asgar juga menyampaikan pengembangan terkait produk diversifikasi, substitusi, pangan fungsional dan evaluasi kualitas.

Ali Asgar lahir sebagai putra ke 7 (tujuh) dari 9 bersaudara dari pasangan Bapak H. Abdul Hadi (Alm) dan Ibu Siti Rukayah (Almh). Riwayat pendidikannya dimulai dari Sekolah Dasar (SD) Negeri Kelapa Kembar Subang, lulus pada 1970; Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Subang tahun 1973; dan pada 1976 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri I Serang.

Pada 1978, Ali Asgar melanjutkan pendidikan pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran (Unpad) dan memperoleh gelar Sarjana (S1) pada 1985. Tahun 2000 mengikuti pendidikan S2 pada Jurusan Pascapanen, Fakultas Pascasarjana Unpad dan lulus tahun 2003. Pada September 2003, Ia mengikuti pendidikan S3 pada Program Studi Ilmu Pertanian Pascasarjana Unpad dan lulus tahun 2008.

Ali Asgar telah mengikuti beberapa pelatihan yang terkait dengan bidang kompetensi antara lain Pelatihan Aplikasi Peralatan Laboratorium di Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi (1986), Pelatihan Pascapanen dan Prosesing Hasil Hortikultura dan Training Individu Pascapanen di Wageningen Belanda (1990).

Jenjang karir sebagai peneliti dimulai pada Agustus 1985 sebagai staf peneliti Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa). Jabatan fungsional peneliti dimulai sebagai Ajun Peneliti Muda (1993), Ajun Peneliti Madya (1996), Peneliti Muda (1999), dan Peneliti Utama (2012).

Ali Asgar pernah mengikuti seminar/workshop: Their conservation and utilization of indigenous vegetables AVRDC (1999), Integrating Understanding of Various Vegetable Nutrients and Benefits Invitation to 11th AARNET Steering Meeting & Consultation on Vegetables for Health in Kuala Lumpur, Malaysia (2016), International Symposia on Horticulture, Bali (2018), dan International Conference on Food and Bio-Industry, Bandung (2019).

Dalam pembinaan kader ilmiah, Ia telah membimbing tugas akhir mahasiswa dari Unpas, Unpad, Unas , Stiper Yogyakarta, UIN Jakarta, Politeknik Pangkep Sulawesi Selatan dan UPI Bandung.

Ali Asgar juga aktif sebagai Ketua Kelompok Peneliti Pascapanen (1999) dan Ketua Kelompok Peneliti Ekofisiologi (2016-sekarang), Anggota Tim Teknis Keamanan Pangan Kelompok Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Anggota Tim Program Balitsa (2011, 2016-sekarang), Tim Penyusunan Standar Operasional Prosedur Sayuran (2012), Anggota Tim SDM Balitsa (2011, 2016-sekarang), Tim Penyusunan Roadmap Bawang Putih Direktorat Budidaya Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat Dirjen Hortikultura (2014), Tim Pelaksana Teknis Kegiatan Suistainable Management of Agricultural Research and Technology Dissemination (2016), Ketua Dewan Redaksi Balitsa (2011-2017), serta Anggota Ahli Teknologi Pangan (PATPI) (1997-sekarang).

Ali Asgar yang menikah dengan Siti Liza Handasah telah dikaruniai dua anak yaitu Adiba Hasna Ramadhani (25 tahun) dan Ahmad Shafy Allam (23 tahun).

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author