Sirine Peringatan Dini Buatan Lokal

Sekitar 80ribu hingga 90ribu km panjang pantai Indonesia merupakan daerah rawan bencana. Salah satu upaya untuk meminimalisasi akibat bencana alam adalah dengan memasang sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami berupa sirine.

Hal itu disampaikan Pariatmono, Deputi Pendayagunaan Iptek Kemenristekdikti dalam seminar Memory Hunting and National Activity Especially on Disaster Suistainable Development. Seminar tersebut merupakan salah satu rangkaian peringatan 10 tahun tsunami di Aceh.

Saat ini Indonesia masih mengandalkan peralatan sistem tsunami dari negara asing seperti Jerman, Amerika Serikat dan Tiongkok. Untuk penyediaan sirine peringatan dini tsunami memerlukan total dana Rp 2,2 triliun. Rinciannya, pantai sepanjang 50.000 km setidaknya memerlukan 130.000 unit. Satu unit sirine dengan radius 200 meter memerlukan dana Rp 20 jt. Biaya tersebut belum termasuk biaya konstruksi, pemasangan dan pemeliharaan.

Sesungguhnya, Indonesia sudah mampu memproduksi sirine peringatan dini tsunami atau gempa bumi. Rancangan sirine produksi Bantul, Yogyakarta telah memenuhi kriteria Standar Nasional Indonesia. Pariatmono berharap daerah lain yang rawan bencana khususnya Aceh dapat melakukan hal serupa. Selain membantu meminimalisasi dampak bencana, kegiatan ini dapat menggerakan perekonomian dan menumbuhkan kesadaran warga pada resiko bencana.

Universitas Syiah Kuala melalui Program Studi Magister Ilmu Kebencanaan diharapkan dapat memberikan kontribusi maksimal dalam pengembangan teknologi,  proses sosialisasi dan inisiasi dalam menumbuhkembangkan industri kecil dan menengah di bidang peralatan kebencanaan seperti sirine peringatan dini tsunami dan gempa bumi.

Peringatan 10 tahun tsunami di Aceh digelar untuk mengenang peristiwa satu dekade peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004. Berdasarkan data Pemerintah Daerah Aceh, bencana ini menyebabkan 126.741 orang meninggal, 93.285 orang hilang, 500.000 orang kehilangan tempat tinggal, dan lebih dari 750.000 orang kehilangan pekerjaan.

Untuk mengenang peristiwa tersebut Pemerintah Aceh dan berbagai lembaga terkait melaksanakan serangkaian kegiatan dari tanggal 25 – 28 Desember 2014 yaitu  Tausiah dan Dzikir Bersama, Upacara Puncak  Peringatan 10 Tahun Tsunami, Expo Kebencanaan, Malam Seni Budaya, Parade Film Dokumenter Tsunami, dan Tsunami 10 K “ Lari untuk Berbagi. Sumber www.ristek.go.id

 

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author