JAKARTA – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah menyelesaikan Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) untuk menyingkap potensi biodiversitas Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada April dan Agustus 2016. Berdasarkan hasil temuan para peneliti, LIPI memberi rekomendasi untuk mengurangi kerentanan masyarakat perdesaan Sumba.
Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI, Bambang Subiyanto mewakili Kepala LIPI mengatakan E-WIN merupakan salah satu kegiatan unggulan LIPI yang dilakukan untuk mengungkap kekayaan alam berupa keanekaragaman hayati di daratan, pesisir, maupun lautan yang dilakukan sejak 2006. Mulai tahun 2015, kegiatan E-WIN difokuskan pada pulau-pulau terluar atau terdepan.
“Pulau Sumba terpilih sebagai tempat kegiatan E-WIN 2016 karena memiliki ekosistem yang unik, dimana Pulau Sumba merupakan bagian dari Wallace Region yaitu wilayah yang memiliki fauna dan flora percampuran dari Asia dan Australia,” kata Bambang dalam Ekspose dan Talkshow E-WIN 2016: Menggali Potensi Bioresources untuk Mengurangi Kerentanan Masyarakat Perdesaan Sumba di Auditorium LIPI, Jakarta, pada Senin (19/12/2016).
Menurut Bambang, tema ini dipilih karena Sumba dengan berbagai permasalahannya memiliki sejumlah potensi bioresources yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan menyertakan kearifan lokal.
Ekspedisi tahun ini melibatkan 50 peneliti dari tiga kedeputian, yang memiliki latar keilmuwan yang berbeda yakni kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH), Ilmu pengetahuan Kebumian (IPK) dan Ilmu Pengetahuan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK).
Kegiatan ekspose ini bertujuan menyampaikan apa-apa yang telah diperoleh oleh para peneliti selama melakukan penelitian di Sumba baik dari sisi potensi bioresources kawasan terrestrial, maupun kawasan laut, sekaligus kondisi sosial kemasyarakatan perdesaan yang ada di pulau sumba.
“Sangat disayangkan keanekaragaman hayati Pulau Sumba ini belum banyak ketahui. Temuan peneliti LIPI menunjukkan bahwa Sumba kaya akan kearifan lokal dan sejumlah bioresources di darat dan laut yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber energi baru, pangan dan obat-obatan,” paparnya.
Bambang menilai, ditinjau dari target dan temuan yang diperoleh secara keseluruhan, kegiatan ekspedisi di Pulau Sumba dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan ini atas dukungan pemerintah daerah mulai dari gubernur hingga kepala desa serta kepala suku dan masyarakat Sumba.
“Temuan-temuan peneliti LIPI dan rekomendasi di Pulau Sumba merupakan informasi awal yang masih perlu ditindaklanjuti dengan melibatkan stakeholder lainnya untuk pengembangannya. Pemda perlu mengacu dan menindaklanjuti hasil tersebut untuk pembangunan yang berkelanjutan,” kata Bambang.
Bambang berharap hasil-hasil penelitian LIPI harus dapat dirasakan oleh masyarakat luas. “Penelitian yang mendasar yang dapat menyejahterakan masyarakat perlu terus dilakukan untuk memecahkan masalah bangsa terutama masalah yang ada di Sumba,” pungkasnya.
Sebagai pertimbangan ilmiah, LIPI memberi rekomendasi berdasarkan hasil ekspedisi untuk pengelolaan bioresources yang ada di Sumba dengan membagi Sumba Timur dan Sumba Barat sesuai dengan karakteristik ekosistemnya.
Rekomendasi pertama, penguatan masyarakat dan lingkungan Sumba Timur meliputi pengembangan intensifikasi ternak dengan sistem Sentra Peternakan Sapi (SPS) di tingkat kecamatan, yang sekaligus memanfaatkan kekayaan alam untuk ekowisata, pengembangan lahan pertanian sekaligus tambak ikan air tawar, serta penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat melalui koperasi. Ketahanan pangan perlu dikembangkan dengan menaikan status tanaman pangan lokal sebagai bahan pangan pokok.
Kedua, untuk Sumba Barat Daya difokuskan penguatan pakan ternak lokal dan produktivitas ternak lokal, dan membangun masyarakat tani polibian di pesisir, serta memperkenalkan teknologi pembuatan gula kelapa kristal.
Ketiga, secara umum rekomendasi pengelolaan perairan dan laut Sumba meliputi penegakan hukum untuk pengamanan dari bom ikan, upaya pelestarian dan transplantasi terumbu karang, serta pelestarian padang lamun dan budidaya rumput laut. Hal ini agar dapat memberikan manfaat jasa layanan ekosistemya secara maksimal.
Pada kesempatan yang sama, LIPI melakukan soft launching empat buku dan film dokumenter serta film bahan ajar biologi hasil E-WIN serta hasil ekspedisi unggulan kedeputian IPH LIPI ke Sulawesi Barat dan Kabupaten Tambrauw, Papua Barat.
——————————