Jakarta – Ancaman sampah plastik di kawasan Teluk Jakarta semakin mengkhawatirkan. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk nencegah pencemaran di pesisir Jakarta Utara tersebut. Salah satunya dengan mengolah sampah plastik sehingga mengurangi tingkat pencemaran dan memberikan nilai tambah.
Mahdi, Sekretaris Koperasi Mina Jaya Muara Baru, mengatakan pengolahan sampah plastik tersebut sangat bagus karena bisa memberikan nilai tambah bagi koperasi dan anggotanya. “Kami sudah punya bank sampah sehingga dengan pencacahan botol plastik sisa minuman tersebut bisa memberikan nilai tambah,” ujar Mahdi, Jumat (23/3), di sela-sela uji coba alat pencacah sampah plastik di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman (PPSNZ), Muara Baru, Jakarta. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian acara Gerakan Bersih Pantai dan Laut (GBPL), penanaman mangrove dan pelatihan pengolahan sampah plastik yang digelar bersama dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Destructive Fishing Watch (DFW) dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia 2018.
Kepala PPSNZ Rahmat Irawan mengatakan pengolahan sampah plastik semakin melengkapi upaya pengelolaan sampah terpadu di pelabuhan tersebut. Hal itu dalam rangka mengurangi ancaman sampah bagi Teluk Jakarta yang belakangan banyak mendapat sorotan.
“Pengelolaannya dilakukan secara bersama dengan para pelaku usaha, masyarakat dan berbagai pihak dalam kawasan pelabuhan. Sampah yang dikumpulkan lalu dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) di luar kawasan ini agar tidak mengganggu lingkungan sekitar. Jadi, alat pencacah plastik semakin melengkapi upaya pencegahan pencemaran kawasan pantai Teluk Jakarta,” ujarnya.
Untuk diketahui, alat pencacah sampah plastik tersebut akan dikelola oleh koperasi karyawan PPSNZ dan Koperasi Mina Jaya. Alat tersebut dibantu oleh Ditjen Pengelolaan Ruang Laut (PRL) KKP sebagai bagian dari kampanye Gerakan Cinta Laut (Gita Laut).
Kepala Subdirektorat Restorasi, Ditjen PRL KKP, Sapta Putra Ginting mengatakan pengelolaan sampah plastik juga semakin mengurangi ancaman pencemaran terhadap ikan melalui mikroplastik. Apalagi, ancaman tersebut tidak saja dari plastik yang lama terurai lalu dikonsumsi ikan, tetapi botol-botol plastik juga sesuai beberapa penelitian diduga menyumbang mikroplastik tersebut.
Untuk itulah, kata dia, bantuan alat pencacah atau pengolahan sampah plastik disebar di sejumlah daerah, termasuk di kawasan PPSNZ Muara Baru. Pengolahan sampah plastik tersebut akan semakin memberikan nilai tambah bagi masyarakat karena bisa dijual dengan harga yang layak.
Seperti diketahui, pengelolaan sampah plastik di kawasan PPSNZ ini juga sudah bekerja sama dengan CV Majestic Buana Group (MBG) yang menampung hasil cacahan botol plastik. Hasil cacahan tersebut akan diolah menjadi biji plastik atau didaur ulang untuk produk lainnya. “Kami menerima cacahan plastik dalam jumlah yang banyak. Namun, prosedur pancacahan dan kualitas harus sesuai dengan standar kami. Kalau tidak sesuai maka akan tegas ditolak,” kata Norman dari CV MBG.
Dikutip dari Agri Food.id