Untuk mendukung percepatan pembangunan, perlu diciptakan pusat-pusat unggulan baru khususnya di daerah yang tidak memiliki potensi ekonomi.
Hal itu diutarakan Rektor Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Didit Welly Udjianto dalam menanggapi pengembangan pusat-pusat unggulan penting dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
“Tujuan utama dari masterplan adalah tumbuhnya ekonomi yang kuat dan merata di tanah air sehingga dapat mengurangi pengangguran, dan dicapai kemakmuran secara merata bagi bangsa Indonesia,” kata Didit dalam diskusi “Upaya Perguruan Tinggi dalam Penyusunan Kebijakan Inovasi dan Pemanfaatan Hasil-hasil Riset”, dihadiri wakil-wakil dari DRD, perguruan tinggi, Kadinda DIY, dan wakil-wakil dari pemerintah kabupaten dan kota di DIY, di Yogyakarta.
Terkait hal tersebut, Asdep Legislasi Iptek Kemenristek Dadit Herdikiagung, menyampaikan perkembangan daya saing dan inovasi Indonesia, produk-produk kebijakan dan strategi serta langkah-langkah Kementerian Riset dan Teknologi dalam peningkatan dan penguatan inovasi nasional, termasuk juga dukungannya terhadap MP3EI.
Peran penting perguruan tinggi dalam peningkatan inovasi dan penguatan litbang agar dikembangkan berbasis pengguna, termasuk untuk pencapaian sasaran MP3EI.
Untuk itu pengembangan kolaborasi universitas-litbang-industri perlu didukung peningkatan kualitas lembaga penelitian, peningkatan dan penggunaan paten sebagai alat perlindungan hak cipta penemu dan sekaligus alat untuk diseminasi teknologi. Dadit menekankan perlunya lebih mengoptimalkan peran perguruan tinggi dalam upaya penguatan SINas dan pencapaian sasaran MP3EI.
Irhas Effendi, Ketua LPPM UPN “Veteran” Yogyakarta juga menekankan perlunya sinergisme Tridharma Perguruan Tinggi dalam mendukung penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas) dan MP3EI, serta hambatan perguruan tinggi (kasus UPN “Veteran” Yogyakarta) dalam pemanfaatan hasil riset.
Penyebab utama rendahnya kontribusi riset terhadap pembangunan, antara lain potensi riset perguruan tinggi belum diketahui oleh pengguna, kurangnya pemahaman kebutuhan dan mis-orientasi peneliti di perguruan tinggi, serta adanya kompetensi utama perguruan tinggi (misal perminyakan) yang tidak termasuk dalam bidang fokus riset nasional.
Sementara Sutrisno dari Dewan Riset Daerah DIY mengusulkan penguatan supply chain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dan kolaborasi antar perguruan tinggi dan pengguna teknologi dalam kluster kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang besar bagi masyarakat.
Dan Alva Edy Tontowi juga dari Dewan Riset Daerah DIY berpendapat, bahwa permasalahan utama dalam penguatan SINas justru terletak pada implementasi, terutama hambatan pada sisi adopsi teknologi hasil penelitian oleh industri dan BUMN di Indonesia.
Di sisi lain Yunastuti Daud (Kadin DIY) dan Deddy Suwadi (Kadin Sleman) menyatakan dukungannya terhadap aplikasi hasil-hasil riset di kalangan pengusaha DIY, terutama riset teknologi tepat guna dan yang terkait langsung dengan kebutuhan masyarakat, serta himbauan agar hasil riset yang dihasilkan, langsung dijual ke dunia usaha, sehingga bisa semakin capat dimanfaatkan.
Heru dari UPN “Veteran” Yogyakarta mengemukakan riset-riset unggulan yang berbasis kebutuhan industri terutama terkait riset bidang energi. Beberapa kegiatan riset seperti (1) riset dalam kerangka penemuan cadangan-cadangan baru hingga pengembangan lapangan; (2) pengembangan teknologi untuk Heavy Oil; dan (3) reaktivasi sumur suspended (inventarisasi hingga pemanfatan TTG) merupakan kegiatan-kegiatan yang banyak dilakukan bekerjasama dengan industri dan pengguna lainnya.*