Jakarta – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan terus mendukung proses transformasi industri melalui reverse engineering dan alih teknologi.
“Dari awal, BPPT didirikan untuk mendukung proses transformasi industri dengan membantu industri-industri strategis melalui reverse engineering dan alih teknologi. Sehingga BPPT lebih tepat sebagai institusi industrialisasi teknologi melalui kegiatan rancang bangun dibandingkan sebagai institusi litbang,” tegas Kepala BPPT Unggul Priyanto di Jakarta, Rabu (12/09/2018).
Unggul mengungkapkan setelah program-program industri strategis dihentikan oleh IMF (International Monetary Fund) pada 1998, kemampuan yang telah terbangun di BPPT dalam mendukung industri strategis, digunakan untuk melakukan kegiatan perekayasaan (rancang bangun) teknologi-teknologi dalam negeri untuk mendukung industri (BUMN).
Keterlibatan BPPT diantaranya, dalam pendirian pabrik garam farmasi (PT. Kimia Farma), produksi massal navigasi penerbangan nir radar/ADS-B (PT. INTI), produksi massal pesawat udara nir awak atau drone (PT. Dirgantara Indonesia), Front End Engineering Design (FEED) pabrik gula Glenmore (PTPN XI dan XII), pabrik enzim (PT. Petrokimia Gresik), dan lain-lain.
BPPT juga mendukung peningkatan konten teknologi pada industri-industri manufaktur swasta. Sebagai contoh, produksi massal implan tulang berbasis stainless steel ZenMed+ (PT. Zenith Allmart Precisindo), produksi massal Rubber Airbag untuk industri galangan kapal (PT. Samudera Luas Paramacitra), pabrik pupuk Biopeat untuk lahan gambut (PT. Riau Sakti United Plantation), dan lain-lain.
“BPPT lebih bertumpu pada reverse engineering dan alih teknologi melalui kerja sama dengan mitra luar negeri dari pada memulai dari riset dasar, dengan menerapkan konsep ‘berawal dari akhir’ untuk mempercepat waktu dalam penguasaan teknologi untuk membangun kemampuan manufaktur industri nasional,” paparnya.
Di sisi lain, lanjut Unggul, BPPT juga tetap menjalankan fungsinya memberikan layanan teknologi sebagai konsultan teknologi negara (dalam skala terbatas) melalui kegiatan kliring teknologi dan audit teknologi, serta memberikan rekomendasi kebijakan teknologi.
Sebagai contoh, kata dia, BPPT terlibat dalam audit desain PT. INKA dalam pembuatan gerbong LRT (light rail transit), audit teknologi informasi (IT) INASGOC (Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee), kliring teknologi kereta semi cepat Jakarta-Surabaya (Kemenhub) dan lain-lain.
Sementara itu, laboratorium-laboratorium skala industri yang dimiliki BPPT digunakan untuk memberikan layanan teknologi kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sebagai contoh, pengujian desain atau prototipe pesawat produksi PT. Dirgantara Indonesia seperti N219, pengujian emisi gas buang standar Euro-4 untuk industri otomotif, dan lain-lain.
Selain mendukung industri manufaktur nasional, Kata Unggul, BPPT juga mendorong tumbuhnya entrepreneurship berbasis teknologi (technopreneurship) dengan proses inkubasi perusahaan-perusahaan pemula berbasis teknologi (technology based start-up companies).
Beberapa perusahaan yang memperoleh dukungan BPPT, yaitu PT. Neoalgae Indonesia Makmur yang memproduksi mikroalga spirulina tropis air tawar. Juga PT. Indocore Rekayasa Teknologi yang memproduksi alat inspeksi Crawler untuk pengendalian korosi, dan lain-lain.
Melalui fasilitasi pembangunan STP (Science and Techno Park) di berbagai daerah, BPPT juga turut mendukung meningkatkan kapasitas inovatif di daerah-daerah yang mendukung pertumbuhan ekonomi daerah berbasis inovasi.
STP yang difasilitasi BPPT antara lain Techno Park Cimahi yang berbasis industri animasi, Techno Park Pelalawan yang berbasis industri hilir kelapa sawit, Techno Park Bantaeng yang berbasis industri benih berbasis teknologi.