TechnologyIndonesia.id – Sebagai negara maritim, perairan Indonesia menjadi jalur lalu lintas bagi ribuan kapal setiap harinya. Di tengah dinamika pelayaran yang tinggi tersebut, risiko tabrakan kapal menjadi salah satu isu strategis yang tidak bisa diabaikan.
Untuk mengantisipasi risiko tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika mengembangkan teknologi keselamatan kapal berbasis analisis crashworthiness.
Riset ini dikembangkan oleh Kelompok Teknologi Mitigasi dan Kendali Risiko Aktivitas di Perairan, yang salah satu fokus risetnya adalah pengembangan metode ilmiah dalam mengkaji kekuatan dan ketahanan struktur kapal saat terjadi benturan.
Perekayasa Ahli Muda dari Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika, Abid Paripurna Fuadi menjelaskan bahwa pendekatan crashworthiness memberikan perspektif baru dalam melihat keselamatan pelayaran, yakni melalui kemampuan struktur kapal menyerap energi tubrukan guna melindungi penumpang dan awak kapal.
Dalam riset ini, BRIN menggunakan pendekatan kombinasi antara simulasi numerik dan pengujian fisik. Simulasi dilakukan dengan metode elemen hingga (finite element method), yang memungkinkan analisis rinci terhadap deformasi, distribusi tegangan, dan potensi kegagalan struktur saat terjadi tabrakan.
“Pemodelan digital ini memungkinkan berbagai skenario bisa diuji secara efisien, tanpa harus mengorbankan sumber daya besar dalam uji coba fisik berulang kali,” ujar Abid dikutip dari laman brin.go.id pada Jumat (16/5/2025).
Untuk memvalidasi hasil simulasi, dilakukan pula pengujian drop test impact di Laboratorium Aero Struktur BRIN yang berada di Rumpin, Bogor. Dalam uji ini, spesimen berupa panel struktur kapal dikenai benturan oleh beban impactor yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu untuk merepresentasikan dampak tabrakan.
Dalam studi ini pun turut dikembangkan suatu sistem pelepasan beban secara otomatis menggunakan solenoid yang juga merupakan salah satu output paten yang berperan dalam pengujian fisik crashworthiness.
Dalam prosesnya dilakukan melalui tahapan sistematis, termasuk pengukuran ketebalan plat menggunakan ultrasonic test, pengambilan kontur spesimen dengan alat CMM, pemasangan strain gauge pada titik kritis, hingga analisis data deformasi setelah tabrakan.
Uji ini juga disaksikan oleh mitra dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), sebagai bagian dari sinergi antara riset dan penyusunan regulasi keselamatan kapal.
Menurut Abid, hasil dari riset ini diharapkan mampu memberikan dampak langsung bagi industri galangan kapal, perancang kapal, pengguna kapal, serta otoritas keselamatan pelayaran.
Bagi perancang, data ini memberikan pemahaman lebih baik tentang batas kekuatan struktur dan area kritis yang perlu diperkuat. Bagi awak kapal, riset ini memberikan informasi tentang bagian kapal yang paling rentan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam kondisi darurat.
Sementara bagi regulator, seperti BKI, hasil riset ini dapat menjadi referensi teknis yang kuat untuk menyusun regulasi dan standar keselamatan yang lebih presisi, relevan dengan kondisi pelayaran nasional.
Crashworthiness bukan hanya sekadar metode evaluasi teknis, melainkan pendekatan strategis dalam merancang kapal yang lebih aman dan tangguh.
Teknologi ini memungkinkan pemahaman menyeluruh terhadap perilaku struktur kapal saat mengalami benturan, termasuk respons material, kekuatan sisa, dan karakteristik deformasi yang terjadi. Dengan demikian, upaya peningkatan keselamatan pelayaran menjadi lebih terukur dan berbasis data.
Riset ini memperlihatkan bahwa keselamatan pelayaran tidak cukup hanya mengandalkan prosedur operasional atau pelatihan kru. Diperlukan pendekatan ilmiah yang mendalam dan terukur, agar risiko dapat dianalisis sejak dalam tahap perancangan kapal.
BRIN melalui riset ini membuka jalan bagi transformasi sistem keselamatan pelayaran Indonesia—lebih cerdas, adaptif, dan sesuai dengan tantangan zaman. (Sumber: brin.go.id)
Tingkatkan Keselamatan Kapal Laut, BRIN Kembangkan Teknologi Crashworthiness
