Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pemerintah terus mendorong percepatan pengembangan mobil listrik nasional. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mendukung pemanfaatan energi bersih sebagai implementasi hasil persetujuan Conference of Parties (COP) 21 di Paris pada 2015 mengenai perubahan iklim.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan hal tersebut saat membuka Seminar and Exhibition Electric Car di Auditorium BPPT, Jakarta pada Selasa (31/7/2018). Seminar ini digelar oleh Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) 78 serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk menyongsong era kendaraan mobil listrik sebagai wahana tranportasi masa depan.
“Penggunaan mobil listrik dapat meningkatkan diversifikasi penggunaan sumber energi di Indonesia, utamanya dapat menggunakan energi yang tersedia di dalam negeri sehingga menggurangi impor bahan bakar minyak (BBM),” kata Luhut.
Pada kesempatan tersebut, Luhut meminta agar industri mobil listrik bisa dibangun di kawasan strategis di Bekasi-Karawang-Purwakarta karena berdekatan dengan Pelabuhan Patimban dan Bandara Kertajati. Ia berharap, nilai tambah dari industri mobil listrik harus sepenuhnya dirasakan oleh Indonesia. Sebagai kompensasi, pemerintah akan memberikan insentif fiskal dan non fiskal kepada investor.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan Kemenperin telah mengusulkan kepada Kementerian Keuangan mengenai pemberian insentif fiskal berupa tax holiday untuk industri otomotif yang memproduksi kendaraan listrik dan perusahaan yang mengembangkan teknologi baterai dan motor listrik untuk penggeraknya. Upaya ini guna memacu produktivitas dan daya saing sekaligus memperkuat struktur manufakturnya.
Airlangga mengungkapkan strategi pengembangan kendaraan listrik di Indonesia telah dipersiapkan melalui peta jalan program kendaraan rendah emisi karbon atau low carbon emission vehicle (LCEV). “Jadi, program ini menggunakan pendekatan emisi CO2 yang dihasilkan kendaraan,” jelasnya.
Kemenperin menargetkan, pada 2020 sebesar 10 persen dari 1,5 juta mobil yang diproduksi dalam negeri adalah jenis LCEV. Di 2025, populasi LCEV diperkirakan tembus 20 persen dari 2 juta mobil yang diproduksi di dalam negeri. Target meningkat hingga mencapai 25 persen saat produksi 3 juta mobil pada 2030. Kemudian pada 2035 ditargetkan mencapai 30 persen saat produksi 4 juta mobil.
“Dari segi electric motor itu bukan merupakan teknologi baru bagi kita. Sedangkan, untuk baterai kita punya bahan baku nikel murni yang bisa diproduksi di Morowali dan cobalt bisa diekstraksi dari timah di Bangka,” paparnya.
Pada kesempatan tersebut, Deputi BPPT Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM) Eniya Listiani Dewi mengatakan untuk mendukung pengembangan mobil listrik, BPPT telah menciptakan teknologi baterai dengan proses pengisian listrik (charging) lebih cepat. BPPT juga akan menyiapkan empat unit pusat pengisian energi untuk mobil listrik di Kantor BPPT Jakarta dan Serpong, serta Baron, Yogyakarta dan Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Eniya menjelaskan, perangkat pengisian listrik yang memiliki suplai listrik 52 kw akan mampu mengisi baterai listrik sekelas mobil Tesla dalam waktu kurang dari 20 menit. Jika suplai listriknya sekitar 32 kw akan mengisi baterai selama 2 jam. Sementara untuk pengisian baterai di rumah tangga bisa makan waktu 4 hingga 6 jam.
Sumber energi unit pengisian mobil listrik, lanjutnya, akan tersambung dengan listrik PLN dan solar cell. Untuk perangkat yang akan ditempatkan di Sumba sumber listriknya akan menggunakan listrik dari solar cell. “Di sumba karena kita menggunakan energy management system, maka saat plug in suplai listrik dari solar cell bisa lebih besar,” pungkasnya.