Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kapal Riset (KR) Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan ikut ambil bagian dalam pencarian kotak hitam pesawat Lion Air JT 610, yang jatuh di Perairan Karawang pagi tadi. KR Baruna Jaya I dilengkapi peralatan canggih untuk menemukan kotak hitam atau black box pesawat tersebut.
“Kami telah diminta oleh KNKT dan akan koordinasi dengan Basarnas untuk melakukan operasi ini. Kapal Baruna Jaya I akan kami berangkatkan nanti malam atau paling lambat esok pagi, dari Dermaga Muara Baru,” ungkap Deputi BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT, Hammam Riza, di Kantor BPPT, Jakarta, Senin (29/10/2018).
Hammam mengungkapkan KR Baruna Jaya I akan membawa teknologi canggih yang membantu menjalankan misi ini. Peralatan canggih tersebut antara lain Multi Beam Echo Sounder untuk melakukan pemetaan biometri dalam laut. Alat ini merupakan pengembangan dari Single Beam Echo Sounder dan digunakan untuk memperoleh gambaran atau model bentuk permukaan (topografi) dasar perairan.
Peralatan lainnya, Side Scan Sonar. Prinsip alat ini serupa dengan Multi Beam Echo Sonar, namun memiliki jangkauan dan berfungsi untuk melakukan pemetaan yang lebih tajam. Selain itu ada Megato Meter atau alat deteksi logam. Alat ini digunakan jika hasil tes yang di dapat oleh dua alat sebelumnya menunjukan indikasi adanya objek di dasar laut.
KR Baruna Jaya I juga membawa Remote Operated Vehicle (ROV) berupa kendaraan bawah laut yang dikendalikan dari jarak jauh, untuk menampilkan gambar video secara langsung dari dasar laut. Dengan alat ini, pencarian sebuah objek di dasar laut akan lebih cepat dilakukan.

Deputi TPSA mengungkapkan, BPPT sebelumnya dengan Kapal Baruna Jaya membantu menemukan kotak hitam pesawat Air Asia QZ 8501, awal Tahun 2015. Baruna Jaya juga turut membantu proses identifikasi Kapal Sinar Bangun di Perairan Danau Toba, pertengahan 2018.
Baruna Jaya juga terlibat dalam pencarian pesawat Adam Air 574 yang hilang pada Januari 2007 di barat laut Makassar, pencarian kapal feri Baruga di Selat Sunda pada 2013, dan pencarian KM Gurita di Sabang pada 1996.
Selain itu kapal canggih BPPT ini baru saja kembali dari perairan Palu-Donggala, usai melakukan survei batimetri usai bencana gempa dan tsunami, serta mendalami fenomena likueifaksi yang terjadi.
“Baruna Jaya merupakan kapal yang biasa digunakan untuk kegiatan riset batimetri untuk mengukur kedalaman laut dan memetakan struktur bawah laut. Sensor sonar yang dimiliki kapal ini dapat mendeteksi objek hingga kedalaman 2.500 meter,” terang Hammam.
Disampaikan kembali oleh Deputi TPSA bahwa misi kapal ini adalah menemukan black box yang menyimpan informasi penting soal komunikasi terakhir. Kapal Baruna Jaya akan berkoordinasi dengan Badan SAR Nasional selaku koordinator tim pencarian pesawat jatuh tersebut.
“BPPT siap menunjukkan kerja pemerintah tanggap bencana dari aspek teknologi. Kami harapkan dukungan kami dapat membantu dengan cepat menemukan kotak hitam dari Lion Air J 610. Mewakili segenap keluarga besar BPPT, kami juga ucapkan belasungkawa kepada keluarga korban,” pungkasnya.
Sementara Kepala Balai Teknologi Survei Teknologi Kelautan (Teksurla BPPT), M. Ilyas menyebutkan bahwa armada Kapal Riset Baruna Jaya I sudah bersiap untuk melakukan misi menemukan kotak hitam pesawat nahas tersebut.
“Kami akan melaksanakan misi ini dengan sepenuh hati, agar musibah ini segera ditangani dengan baik,” tutup Ilyas.
