Tekuni Kajian Naskah Kuno, Oman Fathurahman Raih Habibie Prize 2023

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum menerima anugerah Habibie Prize 2023 bidang agama, filsafat, dan kebudayaan. Guru Besar Filologi di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta ini menjadi satu-satunya peraih Habibie Prize tahun ini.

Habibie Prize 2023 diserahkan langsung oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dan Ketua Yayasan SDM Iptek, Wardiman Djojonegoro kepada Oman Fathurahman di Gedung B.J Habibie, Jakarta, Jumat (10/11/2023).

Handoko mengatakan, Habibie Prize merupakan kegiatan yang termasuk dalam skala prioritas nasional untuk membangun ekosistem kondusif bagi berkembangnya iptek dan inovasi di masyarakat. Penghargaan ini juga diharapkan dapat mendorong anak bangsa untuk menghasilkan karya terbaiknya yang bermanfaat bagi bangsa. 

“Di tahun 2023 ini, Habibie Prize diberikan pada 10 November, bersamaan dengan Hari Pahlawan. Kita ingin menunjukkan bahwa para penerima Habibie Prize juga merupakan pahlawan yang memiliki kontribusi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta bermanfaat secara berarti bagi peningkatan kesejahteraan, keadilan, dan perdamaian,” ungkap Handoko.

Dijelaskan Handoko, penerima Habibie Prize dipilih melalui proses seleksi Panitia Habibie Prize. Proses tersebut dilakukan melalui metode seleksi penilaian Dewan Juri yang ketat dan berasal dari para tokoh dan ilmuwan yang andal di bidangnya.

Handoko menyebutkan, sampai saat ini, terdapat 79 orang penerima Habibie Prize yang telah terpilih. Penghargaan tersebut diberikan kepada individu yang sangat berjasa dalam penemuan, pengembangan, dan penyebarluasan berbagai kegiatan iptek dan inovasi, serta berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa.

Sementara itu, Penerima Habibie Prize 2023, Oman Fathurahman mengaku tidak pernah membayangkan ketekunannya dalam melakukan kajian-kajian naskah kuno diganjar dengan penghargaan Habibie Prize.

“Saya tidak pernah membayangkan akan sampai pada tahap ini,” ungkap pria berusia 54 tahun ini.

Dikisahkan Oman, 35 tahun lalu, dirinya hanya seorang pedagang asongan di ibu kota. Setiap hari, dia berjalan kaki mengais rezeki dengan gendongan rokok dari Kebayoran Lama, Tanah Abang, hingga ke Teater Djakarta. 

“Mimpi tertinggi saya saat itu adalah mengenakan jaket almamater sebagai mahasiswa dan kemudian menyandang gelar sarjana. Itu saja sudah cukup, saya tidak mau bercita-cita terlalu muluk,” kenangnya.

Karena itu, ketika mendapatkan Habibie Prize 2023, Oman semakin yakin, bahwa ada tangan Maha Kuasa yang berkehendak. Dia menyebutkan bahwa, Habibie Prize yang diterimanya bukan semata penghargaan untuk seorang Oman. Melainkan lebih dari itu, sebagai pengakuan terhadap keilmuan filologi yang memiliki tujuan mulia menggali memori kolektif bangsa dalam manuskrip. 

“Ini juga penghargaan bagi para filolog, para peneliti yang istiqamah, dan untuk para pemilik manuskrip, yang selama ini sering bekerja menyelamatkan manuskrip dalam sunyi, jauh dari keramaian. Atas nama dunia pernaskahan Nusantara, saya menghaturkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas penghargaan ini,” kata Oman.

Bagi Oman, penganugerahan Habibie Prize 2023 ini, menjadi investasi besar untuk penguatan kajian manuskrip Nusantara di Indonesia. Penghargaan ini, memiliki pesan moral yang kuat bahwa manuskrip, sebagai salah satu objek pemajuan kebudayaan, perlu diarusutamakan dalam pembangunan Indonesia di masa depan.

Dengan anugerah Habibie Prize 2023 yang diterimanya, Oman mendorong agar keilmuan filologi, manuskrip, dan kebudayaan, akan semakin diperhatikan publik dan bahkan dijadikan bahan pertimbangan oleh policy makers.

‘Saya meyakini bahwa kebijakan tanpa kebudayaan, ia akan kehilangan kebijaksanaan,” tandasnya.

Menurut Oman, pembangunan Indonesia Emas 2045 tidak boleh melupakan kearifan lokal dalam manuskrip.

“Catatan-catatan tentang apa yang kita lakukan hari ini akan menjadi pengetahuan berharga bagi generasi Indonesia 100, 200, bahkan 1.000 tahun mendatang, sebagaimana hari ini kita memahami manuskrip kuno. Karena itu, penting bagi setiap kita untuk menorehkan catatan rekam jejak yang baik,” kata Oman.

Oman berharap, Habibie Prize 2023 yang diterimanya dapat menjadi inspirasi dalam menuju Indonesia Emas 2045. Sebagai bangsa besar, kita diharapkan agar terus bercermin dan mawas diri dalam menemukan nilai-nilai agama, filosofi kehidupan, dan nilai-nilai budaya dalam manuskrip. 

Sebagai informasi, Habibie Prize merupakan salah satu program utama BRIN bekerja sama dengan Yayasan SDM Iptek, yang telah diselenggarakan setiap tahun sejak 1999. Program ini awalnya bernama Habibie Award. Pada 2020, Habibie Award berganti menjadi Habibie Prize, yang diselenggarakan bersama dengan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional. 

Seleksi Habibie Prize dilakukan untuk lima bidang keilmuan Iptek dan inovasi, yaitu: Ilmu Dasar; Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi; Ilmu Rekayasa; Ilmu Ekonomi, Sosial, Politik, dan Hukum; serta Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan.

Tujuan dari pemberian Habibie Prize salah satunya untuk memberikan dorongan kepada para SDM Inovatif (lembaga litbangjirap, perguruan tinggi, perusahaan, serta masyarakat ilmiah) agar dapat terpacu dalam mewujudkan ide kreatif dalam penciptaan nilai tambah, baik sebagai individu maupun melalui kemitraan dan kerja sama antar unsur inovasi.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author