Riset dan Inovasi Daerah Harus Ditingkatkan

 

alt

Ketua DRN Bambang Setiadi dalam Seminar Nasional dalam rangka Sidang Paripurna III DRN

Riset dan inovasi merupakan salah satu harapan untuk meraih keberhasilan pembangunan Indonesia masa depan. Pembangunan berbasis sumber daya alam (SDA) dalam waktu satu atau dua dekade akan kehabisan daya energinya. SDA makin lama makin habis, jika digunakan. Sebaliknya, riset dan inovasi semakin dipakai akan semakin berkembang.

Hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Riset Nasional (DRN) Bambang Setiadi dalam Seminar Nasional Meningkatkan Peran Riset dan Inovasi untuk Pembangunan Daya Saing Daerah, dalam rangka Sidang Paripurna III DRN di Hotel Millenium Jakarta, Rabu (14/12/2016).

“Seminar hari ini sarat dengan muatan pemikiran, keinginan dan niat baik untuk menggerakan riset dan inovasi baik di pusat maupun daerah, di pemerintahan maupun swasta, di kalangan pendidikan maupun penelitian,” kata Bambang

Menurut Bambang, sejak pertengahan tahun ini media massa memuat sangat gencar tentang akibat pemotongan anggaran riset yang dirasakan banyak kalangan dan pengaruhnya terhadap daya saing. “Pemerintah memang harus terus berinvestasi dalam sumber-sumber masa depan pertumbuhan seperti riset dan inovasi. Mengurangi anggaran riset dalam mendukung inovasi dapat memberikan bantuan fiskal jangka pendek tapi akan merusak pondasi pertumbuhan jangka panjang,” lanjutnya.

Bambang mencontohkan beberapa negara yang meningkatkan anggaran riset dalam jangka panjang. China meningkatkan 25% dana pemerintah pusat untuk iptek. Dana pemerintah Swedia untuk riset dan development meningkat lebih dari sepuluh persen antara 2009-2012.

Untuk mendorong aktivitas riset baik di pusat maupun daerah dan universitas untuk berkolaborasi dengan industri, beberapa negara melakukan pendekatan yang masuk akal dengan cara membangun jaringan teknologi dan pusat-pusat inovasi.

“Jaringan teknologi pusat inovasi yang didanai dengan visi jangka panjang saat ini bisa difokuskan pada bidang-bidang yang mempunyai prospek besar untuk dikembangkan antara lain manufaktur dengan teknologi tinggi, riset industri teknologi rendah karbon, sel punca, dan pengobatan dengan obat regeneratif,” kata Bambang.

Ketua DRN juga menyampaikan pentingnya produk hukum supaya inovasi mengikat semua langkah dan pemikiran riset di Indonesia. Beberapa bulan terakhir, DRN membahas dengan intens dan membentuk suatu tim adhoc mengenai inovasi sebagai bagian atau bahkan mungkin UU tersendiri. DRN juga terus mengembangkan pemikiran bahwa inovasi tidak boleh hanya menjadi topik proyek, seminar atau diskusi  

“Di tengah berbagai rundungan masalah riset dan inovasi kita berkumpul untuk menegakkan tekad ilmuwan yang memang dilahirkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi,” pungkasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Jendral Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Ainun Na’im mewakili Menristekdikti mengatakan peningkatan riset dan inovasi daerah sangat penting karena Indonesia merupakan negara besar, kepulauan, terdiri atas daerah-daerah yang masing-masing mempunyai keunikan dan posisi strategis yang berbeda dengan lainnya.

DRN memiliki posisi penting dan strategis baik secara ekonomi maupun legal. Selain DRN, Kemenristekdikti juga memiliki Dewan Pendidikan Tinggi, yang juga punya peran dalam pengembangan riset dan teknologi. Kedua Dewan ini harus saling berkomunikasi, bekerjasama, dan membangun sinergi untuk keefektifan program-program riset dan inovasi.

“Masalah pemanfaatan riset, teknologi, dan inovasi tidak mudah. Kita punya banyak temuan hasil riset yang menurut ukuran kita ini bisa memberikan kontribusi pada perekonomian dan peningkatan daya saing. Tapi pada kenyataannya belum bisa masuk pasar karena berbagai hambatan,” kata Ainun Na’im.

Untuk menghilirkan hasil-hasil teknologi ke pasar perlu satu pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi. “Kita perlu mengembangkan pendekatan kebijakan yang terintegrasi untuk mendorong sektor swasta dalam berperan di bidang riset dan inovasi,” lanjutnya.

Ainun Na’im berharap forum ini bisa mengintegrasikan potensi dan program daerah di bidang penelitian dan pengembangan teknologi sehingga bisa sinergis dan menjadi kekuatan nasional.

 

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author