6 Tahun Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB Mengorbit, Apa Saja Misinya?

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB pertama kali diluncurkan pada pada 22 Juni 2016 dari Sriharikota, India. Selama enam tahun mengorbit, Satelit LAPAN-A3 telah melakukan operasional tracking, telemetry and command (TT&C) selama total 1.972 jam.

Melansir dari laman brin.go.id, satelit LAPAN-A3 dioperasikan dari Stasiun Bumi Rancabungur Bogor sebagai mission control center. Kontribusi satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB selama enam tahun ini tentunya tidak lepas dari peran para operator yang terus menjaga dan mengoperasikannya.

Berbeda dari satelit generasi sebelumnya LAPAN-A2, Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB mengorbit di ketinggian 505 kilometer di atas permukaan bumi. Satelit ini juga memiliki orbit polar (melintasi kutub Utara dan Selatan) sehingga bisa mengamati seluruh permukaan bumi.

Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB telah melakukan operasional tracking, telemetry and command selama total 1.972 jam. Dilengkapi dengan perangkat kamera multispectral Line Image Apace Application (LISA), satelit LAPAN-A3 telah menghasilkan data citra lebih dari 468 juta kilometer persegi selama periodenya mengorbit.

Satelit hasil kolaborasi LAPAN dengan IPB ini memiliki resolusi 16 meter dan lebar swath 100 kilometer. Salah satu fungsi utama satelit ini melakukan pemetaaan di daerah pertanian Indonesia untuk mendukung kedaulatan pangan Indonesia.

Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB juga dapat melakukan pemantauan area maritim Nusantara. Melalui Automatic Identification System (AIS) satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB dapat memantau pergerakan kapal laut. Hingga saat ini telah terkumpul 201 juta data pemantauan pergerakan kapal laut via AIS.

Selama beroperasi, LAPAN-A3 telah mengumpulkan data citra spacecam sebanyak 7 juta kilometer persegi. Satelit ini juga dilengkapi sensor magnetometer untuk pengamatan medan magnet bumi yang digunakan untuk memprediksi gempa. Sensor ini juga telah menghasilkan data pengukuran medan magnet bumi selama 13.651 jam.

Misi LAPAN-A3

LAPAN-A3 merupakan satelit kedua yang dibuat di Indonesia. Proses desain dilakukan sejak 2013, dan integrasi dilakukan pada 2015-2016 di Pusteksat LAPAN, Bogor. Dengan minimnya fasilitas pegujian satelit yang dimiliki saat itu proses pengujian kekuatan struktur dilakukan di lab vibrasi, dan uji sistem radio dilakukan di anechoic chamber, di P2STMP LIPI, Tangerang, yang dimodifikasi untuk memenuhi persyaratan pengujian satelit.

Muatan utama satelit adalah kamera multispektral bernama LISA (Line Imager for Space Application) yang dapat memantau fasa pertumbuhan tanaman pangan. Tujuan misi ini adalah menjadi komplimentari data bagi misi pemantauan tanaman pangan dan agroindustri yang selama ini menggunakan satelit pencitra resolusi menengah milik Amerika, LandSat.

Misi kedua dari LAPAN-A3 adalah membuat citra RGB dengan resolusi 4 m dan ukuran citra 7×7 km. Dengan kamera yang dinamakan Spacecam telah dihasilkan 7 juta km persegi citra. Misi ketiga dari LAPAN-A3 adalah pemantauan lalu lintas maritim global. Selama ini telah terkumpul pula sekitar 201 juta data pergerakan kapal laut via Automatic Identification System (AIS).

Misi keempat dari LAPAN-A3 adalah pembuktian bahwa gangguan medan magnet yang dihasilkan satelit akan dapat diisolasi. Karena itu dilakukan pengukuran medan magnet dengan sensitivitas tinggi, sehingga dampak dari badai matahari dapat diukur. Selama 6 tahun, LAPAN-A3 telah mengukur medan magnet bumi selama selama 13.651 jam.

Misi lain yang diemban adalah flight proving bagi komponen kendali sikap dan navigasi satelit yang dibuat di Pusteksat, yakni reaction wheel dan star sensor. Reaction wheel berfungsi mengubah orientasi satekit dengan prinsip manajemen angular momentum. Serta, star sensor untuk menunjukkan arah dengan membandingkan patern bintang yang dilihat sensor dengan yang tersimpan di database.

Hingga kini kedua komponen tersebut berfungsi dengan sempurna, sehingga siap untuk ditawarkan secara komersial ke pembuat satelit yang memerlukan.

Satelit LAPAN-A3 yang dioperasikan di Indonesia selama ini adalah sebagai pusat kendali utama, dalam beberapa waktu dioperasikan dengan bantuan stasiun kendali dan penerima data di Norwegia.

LAPAN-A4

Adik dari LAPAN-A3, yakni LAPAN-A4 dengan misi utama yang sama, yakni citra multispektral resolusi menengah, namun dengan lebar citra 2x lipat (200 km). Satelit ini rencananya akan diluncurkan pada akhir 2022.

Selain untuk misi pengamatan tutupan lahan, juga membawa misi pemantauan kapal laut dengan kemampuan penerima data yang lebih baik, dan misi pengukuran medan magnet bumi dengan sampling rate yang lebih tinggi.

Selain membawa misi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) LAPAN-A4 juga akan membawa kamera inframerah milik Hokaido University, Jepang, dan misi telekomunikasi low-datarate dari perusahaan startup Indonesia, Netra.

Pengetahuan yang dimiliki Pusat Riset (PR) Teknologi Satelit BRIN, telah memadai untuk pengembangan dan pengoperasian satelit pengamat bumi kelas 150 kg, dan satelit komunikasi low-datarate. PR Teknologi Satelit siap untuk mengembangkan dan mengoperasikan satelit penginderaan jauh operasional, dan konstelasi satelit telekomunikasi orbit rendah. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author