Jakarta, Technology-Indonesia.com – Empat mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan produk komposit magnetik karbon aktif penyerap kandungan limbah merkuri. Produk ini menjuarai Bussiness Plan Competition 2017 di FMIPA UGM dan menjadi finalis kompetisi PGN Innovation, Kalijaga Research & Innovation, dan Economic Fair UKSW.
Keempat mahasiswa itu adalah M. Rifqi Al-Ghifari (Kimia 2014), Bagas Ikhsan Pratomo (Kimia 2014), Charlis Ongkho (Teknik Fisika 2015), dan M. Ilham Romadon (Akuntansi 2015). Mereka tergabung dalam grup riset Super C6 yang melakukan penelitian tentang limbah tambang. Formula ini menghadirkan terobosan baru dalam mengatasi persoalan limbah merkuri.
“Kami mengembangkan produk karbon magnetik berbentuk bubuk yang bisa menyerap kandungan merkuri dari limbah di lingkungan,” jelas Rifqi, Ketua Tim Riset Super C6, di Yogyakarta pada Jumat (25/5/2018).
Penelitian limbah merkuri ini bermula dari keprihatinan mereka terhadap banyaknya limbah merkuri di kawasan pertambangan. Kebanyakan tambang emas, terutama tambang rakyat memakai merkuri dalam proses penambangannya.
Salah satunya, di lokasi tambang emas Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kulon Progo. Sebagian besar para penambang menggunakan merkuri untuk memisahkan emas dari material lainnya. Sementara pengelolaan limbah merkuri dari kegiatan penambangan belum dilakukan dengan baik.
Limbah merkuri sisa hasil penambangan hanya ditampung di sejumlah kolam penampungan. Pada kolam pertama limbah merkuri ditampung dan didiamkan beberapa saat. Air di kolam tersebut dialirkan ke kolam kedua untuk didiamkan kembali kemudian dibuang ke lingkungan sekitar.
“Meskipun begitu proses pengendapan tidak lantas mengurangi kadar merkuri dalam limbah,” ungkapnya.
Karena itulah mereka berusaha mencari solusi untuk mengatasi pencemaran lingkungan akibat merkuri dengan mengembangkan produk yang dapat mengatasi zat yang membahayakan ini. Mereka mulai melakukan penelitian dengan mengambil sampel air limbah dari kawasan tambang emas Kalirejo, Kulon Progo. Uji coba mengaplikasikan material karbon magnetik ke dalam air limbah menunjukkan hasil signifikan yakni mampu mengikat merkuri dengan optimal.
“Hasilnya menunjukkan produk ini mampu menyerap merkuri hingga 0,01 mg Hg per gram karbon aktif,” tuturnya.
Produk pengikat merkuri ini dikembangkan dengan menggunakan material murah dan mudah dijumpai di masyarakat berupa limbah kayu jati dari industri furnitur yang belum banyak dimanfaatkan. Mereka juga mencoba membuat karbon aktif dari tandan kosong kelapa sawit dan batok tempurung kelapa, tapi dua bahan ini tidak cukup tersedia.
Pada kesempatan tersebut, Bagas Ikhsan menceritakan mereka harus berkali-kali melakukan uji coba dalam pembuatan karbon aktif. Setelah melalui trial and error akhirnya mereka mendapatkan karbon aktif seperti yang diharapkan. “Maunya bikin karbon, tapi tidak jarang yang dihasilkan malah abu,” kisahnya.
Dalam sejumlah penelitian terdahulu diketahui karbon merupakan senyawa yang memiliki kekuatan mengikat merkuri. Namun karbon aktif saat digunakan mudah tersebar sehingga diperlukan upaya pengumpulan kembali dengan metode sentrifugasi. Hanya saja dengan langkah tersebut membutuhkan biaya besar.
Mereka memutar otak untuk mencari cara pengumpulan karbon aktif yang lebih terjangkau. Tercetuslah ide untuk menambahkan senyawa magnetit (fe3o4) ke dalam karbon aktif yang mampu memberikan sifat magnet pada material sehingga permasalahan pengumpulan karbon aktif bisa diatasi.
“Penggabungan magnet ini memudahkan pengambilan kembali karbon aktif yang tersebar usai pemakaian. Komposit magnetik karbon aktif ini dapat digunakan untuk menyerap limbah merkuri hingga tiga kali pemakaian,” urainya.
Saat ini grup riset Super C6 masih terus melakukan penelitian lebih mendalam untuk pengembangan produk dan mematenkan produk tersebut. Mereka juga giat mencari investor dan menjalin kerja sama dengan mitra untuk produksi skala massal.