BRIN Buka Peluang Hilirisasi Riset Logam Tanah Jarang

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Logam Tanah Jarang (LTJ) merupakan kumpulan 17 unsur kimia pada tabel periodik, terutama 15 unsur deret lantanida ditambah skandinum dan yttrium. Unsur-unsur LTJ telah diaplikasikan dalam pengembangan industri maju di sektor strategis, sehingga bernilai ekonomi tinggi.

Salah satunya adalah pasir monasit dari Pulau Bangka sebagai hasil samping penambangan timah mempunyai kandungan LTJ 67,6%.

Agar dapat bermanfaat, LTJ tersebut perlu diolah dan dimurnikan. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memiliki fasilitas pengolahan dan pemurnian LTJ. Salah satunya berada di komplek Pusat Riset Teknologi Akselerator (PRTA) BRIN Yogyakarta.

“Fasilitas ini telah menjadi rujukan nasional dalam pengembangan LTJ, yang kemudian mendorong tim ahli dari Kemenko Marves mengunjungi Lab LTJ di Yogyakarta untuk memastikan kesiapan dalam pengembangan LTJ ke depan,” terang Plt. Direktur Penguatan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Salim Mustofa pada Jumat, 11 Maret 2022.

Menurutnya, ini merupakan peluang bagi BRIN dalam membantu mendorong disiapkannya skema riset dan hilirisasi hasil riset LTJ.

“BRIN mendukung upaya Kemenko Marves yang akan menggandeng stakeholder dari pihak swasta dalam pengembangan LTJ, ini sekaligus menjadi kesempatan masuknya pihak swasta sebagai mitra BRIN dan membuka peluang hilirisasi hasil riset LTJ,” tambahnya.

Melansir laman brin.go.id, diskusi kelompok terpumpun mengenai LTJ ini bertujuan untuk percepatan industrialisasi LTJ di Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Penasihat Khusus Kemenko Marves Yohanes Surya mengatakan, stakeholder yang berkaitan dengan LTJ sudah berkumpul, berdiskusi, dan menyiapkan peta jalannya.

“Harapannya dalam kurun waktu tiga bulan ke depan kita sudah memiliki hasil konkrit yang akan menjadi pendorong hilirisasi dalam pengembangan LTJ ini,” tegas Surya.

Sementara itu, bagi PRTA BRIN, hal ini penting untuk mengembangkan riset pengolahan LTJ. “Kami mempunyai fasilitas pengolahan dan pemurnian REOH menjadi elemen Ce, La, Nd kapasitas 10 kg/batch,” jelas Plt. Kepala PRTA BRIN, Imam Kambali.

Ia menjelaskan, saat ini PRTA BRIN memiliki SDM periset yang unggul dan kompeten di bidang LTJ yang siap melakukan kolaborasi riset dengan stakeholder.

“PRTA BRIN memiliki SDM periset berpengalaman di bidang ini dan fasilitas pendukungnya. Sedangkan Kemenko Marves sebagai Kementerian Koordinator melihat bahwa LTJ memiliki peluang untuk dikembangkan hingga ke skala industri, karenanya kami siap melakukan kolaborasi risetnya,” ujar Imam.

Menurut Imam, saat ini LTJ banyak diminati. “Banyak pihak yang berlomba mendapatkan LTJ, namun masih sedikit yang tahu cara mengolahnya dari alam,” terangnya.

Ia mencontohkan pasir monasit sebagai sumber LTJ, saat ini hanya menjadi sampah buangan dalam penambangan timah. Padahal menurutnya, apabila dikelola dengan baik maka dapat dimanfaatkan kembali bahkan dapat bernilai ekonomi tinggi.

“LTJ memiliki banyak manfaat untuk meningkatkan kualitas produk industri, sebagai bahan baku produksi radio isotop berbasis siklotron untuk keperluan medis, dan lainnya,” ungkap Imam.

Menurutnya, negara maju seperti Tiongkok dan AS mulai meminati LTJ dan serius mengembangkannya untuk diaplikasikan pada perangkat berbasis teknologi seperti ponsel pintar, computer, televisi, alat kesehatan, pertahanan, dan kendaraan listrik yang saat ini menjadi perhatian banyak negara. Karenanya, potensi besar yang dimiliki LTJ khususnya yang ada di Indonesia perlu dikembangkan lebih lanjut.

Produk Hilirisasi Riset Logam Tanah Jarang

Penelitian LTJ oleh periset BRIN sudah lama dilakukan. Peneliti bidang Kimia Proses BRIN, Suyanti menerangkan, langkah awal industrialisasi LTJ dimulai dengan berdirinya fasilitas pengolahan pasir monasit.

“Kantor ex- PTBGN di Pasar Jum’at yang saat ini juga telah bermigrasi ke BRIN memiliki fasilitas pengolahan monasit untuk memisahkan U dan Th, sehingga diperoleh LTJ hidroksida atau LTJOH. Proses pemisahan dan pemurnian unsur-unsur LTJ dari LTJOH atau REOH diaplikasikan di fasilitas REOH yang ada di PRTA BRIN Yogyakarta,” terang Suyanti.

Menurutnya, dari hasil proses skala lab maupun fasilitas tersebut telah banyak digunakan periset lain di luar PRTA.

“Ce-oksida digunakan sebagai bahan baku Solid Oxide Fuel Cell, sensor, bahan doping pada pembuatan baterai jenis LLTO dan phosphor display. La-oksida sebagai bahan baku cat anti radar dan Nd-oksida untuk bahan magnet,” tambahnya.

“Selain itu, PRTA bersama dengan ex PTBGN yang bekerja sama dengan PT Rekin telah melakukan kajian keekonomian dengan pendirian pabrik pengolahan monasit menjadi Ce-oksida, La-oksida dan Nd-oksida di tahun 2021,” tegas Suyanti.

Ia mengungkapkan, setelah bermigrasi ke BRIN, kegiatan riset LTJ berfokus mendukung salah satu tusi PRTA. “Kami melakukan pemurnian LTJ sebagai bahan target untuk pembuatan radioisotop berbasis akselerator,” tukasnya.

Untuk menjaga kualitas riset LTJ, Imam akan mengupayakan revitalisasi fasilitas. “Yang perlu kita lakukan adalah merevitalisasi fasilitas LTJ, komponen yang aus kita ganti, detektor analisis perlu diperbarui supaya hasil analisisnya akurat,” tutup Imam.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author